Salah satu daya tarik dari Peaky Blinders, serial Britania Raya dari BBC, adalah karakterisasi sang tokoh utama, yaitu Thomas Shelby. Ia adalah sang ‘kepala keluarga’ Shelby Family dan pemimpin perusahaan Shelby Company Limited di usia muda.
Sang karakter digambarkan sebagai seseorang yang tenang, licik, manipulatif, bahkan sering membuat keputusan yang membahayakan anggota keluarga dan teman-temannya, hingga bekerja sama dengan beberapa golongan yang membahayakan pihaknya.
Akan tetapi di balik itu semua, Thomas adalah sosok yang sangat melindungi keluarganya dan semua tindakan yang dilakukannya didasari untuk mengangkat derajat keluarganya, meskipun hal itu membuatnya terpaksa melakukan tindakan kekerasan, terlibat dalam urusan gangster, hingga sampai menjadi orang yang dibenci bagi kalangan kepolisian Britania Raya dan mafia Italia asal New York.
Dengan latar belakang karakter yang menarik dan kompleks serta dipadukan dengan akting mumpuni Cillian Murphy, serial Peaky Blinders menjadi populer di seluruh dunia dan meraih banyak penghargaan. Karakter Thomas Shelby menjadi magnet yang menarik bagi para penonton.
Dalam sepak bola, karakter Thomas Shelby sendiri mengingatkan penulis akan sosok Andrea Agnelli, presiden dari Juventus Football Club. Meskipun kedua sosok tersebut memiliki perbedaan mencolok baik karakter maupun latar belakang, tetapi keduanya memiliki beberapa persamaan.
Baik Andrea maupun Thomas adalah seorang kepala keluarga dan pemimpin instansi perusahaan yang besar di usia muda, dan terkadang demi membahagiakan dan melindungi keluarga tersebut, mereka rela berkorban dan bekerja tak kenal waktu.
Bagi sang presiden, Juventus lebih dari sekadar perusahaan yang dipimpinnya, Juventus adalah sebuah keluarga, belahan jiwanya.
Seperti yang kita sudah tahu, Andrea adalah bagian dari dinasti Agnelli, sebuah keluarga yang cukup tersohor di Italia. Keluarga Agnelli berkecimpung di dunia otomotif dengan bendera FIAT, yang berdiri sejak tahun 1899. Di bawah FIAT, keluarga Agnelli juga berhasil meraih puncak kesuksesan juga berjasa dalam membangun ekonomi Italia saat itu.
Selain FIAT, hasil karya terbaik lain yang dihasilkan dinasti Agnelli adalah Juventus, salah satu klub sepak bola terkemuka di Italia, yang terkenal dengan tradisi meraih trofi dan nama besarnya.
Di bawah kepemimpinan keluarga Agnelli, Juve yang dibeli pada tahun 1923 berhasil meraih berbagai trofi di seluruh kompetisi terkemuka Eropa, dan selalu disinggahi pemain hingga pelatih bintang di setiap eranya. Hingga akhirnya, Juventus mengalami titik terendahnya usai tersandung kasus Calciopoli, yang memaksa Si Nyonya Tua turun ke Serie B.
Sejak saat itu, jangankan trofi, untuk bersaing menggaet pemain bintang maupun sponsor, Juventus ketinggalan jauh dengan klub-klub lain. Tampil di panggung megah bernama Liga Champions yang dulu merupakan kebiasaan kini menjadi hal yang langka. Pujian akan segala kesuksesan yang dibangun selama beberapa dekade berubah menjadi hinaan karena satu ‘noda’ besar.
Baca juga: Juventus dan Mafia ‘Ndragheta
Hingga akhirnya, Andrea muda kembali ke Juventus untuk menjadi presiden klub menggantikan presiden sebelumnya, Jean-Claude Blanc pada tahun 2010.
Tidak hanya mengandalkan nama besar keluarga,berbekal pengalamannya berkarier di beberapa perusahaan sebagai Ferrari, Andrea tak sebatas berambisi mengembalikan martabat dan posisi Juventus sebagai klub tersukses di Italia dan ditakuti di seluruh Eropa, tetapi juga menjadi klub sepak bola yang modern, terdepan, dan menjadikan brand Juventus dikenal tidak hanya di dunia sepak bola, tetapi juga masyarakat umum.
Di musim pertama di bawah kepemimpinannya, Juventus memang gagal meraih satupun trofi bahkan gagal mendapat tempat di kompetisi Eropa. Barulah pada musim 2012, di bawah komando pelatih Antonio Conte, yang merupakan pemain legendaris Juventus, I Bianconeri meraih scudetto pertama mereka sejak tahun 2006 (jika tanpa dikurangi calciopoli).
Di saat itu juga Juventus resmi membuka stadion yang mereka miliki secara penuh (tanpa dimiliki oleh pihak lain, seperti pemerintah daerah/kota), sehingga bisa disebut bahwa musim 2011/2012 sebagai titik balik Juventus yang mulai bangkit dari masa-masa kegelapan, menuju masa Rennaissance-nya mereka.
Total sejak musim 2011/2012 Juventus sudah meraih 16 trofi dalam waktu 8 tahun! Juga dibantu dengan orang-orang kompeten di posisi manajemen seperti Pavel Nedved, Fabio Paratici, hingga Beppe Marotta (yang kini hengkang ke Inter), manajemen Juve mulai dikenal luas sebagai manajemen yang tidak hanya solid, tetapi juga cerdas dan memiliki strategi transfer yang cerdik.
Andrea Pirlo dalam biografinya yang berjudul I Think Therefore I Play, menyebut bahwa Andrea Agnelli sebagai sosok yang berkharisma dan kata-katanya mampu memotivasi dan memberikan inspirasi.
Meskipun nama Agnelli berarti domba, namun jika ada pihak-pihak yang berusaha menyakiti, menyerang, maupun menghancurkan Juventus yang sudah dianggap bagian dari hidupnya, sang presiden akan berubah menjadi singa buas yang akan mengaum penuh dengan rasa amarah dan menyerang musuh-musuh yang menyakiti keluarganya.
Dia akan selalu berusaha melindungi Juve, yang merupakan warisan dari paman, kakek, dan kakek buyutnya tersebut, hingga titik darah penghabisan. Dia akan mengerahkan seluruh waktu, jiwa, tenaga, dan gagasan untuk keluarga besarnya itu.
Sama seperti Thomas Shelby yang bekerja sama dengan musuh bebuyutannya, Inspektur Campbell, untuk mengembangkan bisnis rumah taruhan pacuannya dengan imbalan Freddy Throne (seorang komunis dan buronan kepolisian), kekasih adiknya, Ada Shelby, Andrea juga dikenal sebagai presiden yang tidak segan-segan mengambil langkah yang kontroversi dan dianggap mendobrak tradisi.
Contohnya ketika dia memutuskan tidak memperpanjang kontrak legenda hidup Juventus, Alessandro Del Piero. Padahal Del Piero adalah ikon Juventus, sang capitano yang terus memimpin klub bahkan di saat terdegradasi ke Serie-B.
Baca juga: Il Pinturicchio, Pahlawan Masa Kecilku
Atau saat Andrea bersama manajemen memutuskan me-rebranding logo Juventus menjadi lebih sederhana dan modern seperti sekarang, demi mengikuti perkembangan zaman dan tren pasar saat ini. Walaupun hal itu terlihat revolusioner dan brilian (termasuk bagi saya sendiri), tapi keputusan itu justru mendapat kecaman dari para fans dan menjadi lelucon di internet. Sang presiden pun tidak bergeming.
Dari contoh-contoh tersebut bisa disimpulkan bahwa Andrea Agnelli berani merombak tradisi maupun sistem yang ada di Juventus, dengan tujuan agar klub bisa menjadi modern dan bisa bersaing dengan klub-klub Liga Primer Inggris dan duo Spanyol, Real Madrid serta Barcelona, yang telah melangkah lebih maju.
Hewan domba dikenal hidup dalam kelompok, dan setiap kelompok kawanan memiliki satu domba pemimpin, yang akan selalu diikuti oleh kawanannya. Dalam hal ini Andrea Agnelli adalah domba pemimpin kawanan yang menjadi pengarah posisi dan gerakan kawanannya, yaitu Juventus untuk menuju suatu tujuan atau cita-cita.
Sang pemimpin domba inilah yang terdepan dan melindungi Juventus bila diserang oleh para pemangsanya. Tidak takut melakukan revolusi, pekerja keras, dan rela berkorban demi ‘keluarga’ hitam putihnya.
Itulah sosok il presidente, Andrea Agnelli.
*Penulis adalah seorang desainer grafis asal Yogyakarta yang juga menggemari menulis sepak bola. Bisa dihubungi melalui akun Twitter @pradipta_ale dan Instagram @pradiptale.