Tujuh tahun berlari cepat. Kenangan datang bergantian dan saling berlepas tangkap. Serasa baru kemarin, seorang anak muda kini telah menjelma sebagai pria.
Datang bersama senyum, pergi dengan gagah dan tanpa cela. Suara nyaring di tribun, meneriakkan ia legenda. Tentu saja, nyatanya seperti itu. Meski masih ada piala yang belum diraih dengan seragam biru, tapi adakah hal lain yang lebih berkesan selain kesenangan?
Eden Hazard memberi kesenangan tak berhingga di Chelsea. Kepada bos Roman, para fans, segenap staf, pelatih, kawan sepermainan, sampai lawan di atas lapangan, dan terakhir terhadap dirinya sendiri.
Sebuah spanduk yang terpajang di salah satu tribun Stamford Bridge, bertuliskan “Garden of Eden” atau populer kita sebut Taman Surga. Representasi dari lapangan yang merupakan taman surga bagi Hazard dan kita yang menikmati gocekannya. Tempat kesenangan bernama sepak bola mengemuka.
“Sepak bola bagi saya adalah tentang menyentuh bola di kaki saya, bermain, dan menikmati setiap saat. Kami beruntung memainkan permainan yang indah dan ini selalu menjadi saran saya untuk mereka yang meminta saran latihan! Mainkan sepak bola dan bersenang-senanglah!”
Itu adalah penggalan surat perpisahan Hazard kepada segenap keluarga Chelsea FC yang ia unggah di laman media sosialnya.
Lagi-lagi, kapten timnas Belgia ini menegaskan perihal ‘bersenang-senang’. Sesuatu yang semakin jarang ditemukan di era sepak bola modern. Era di mana sepak bola lebih mengutamakan bisnis dan perlahan meninggalkan aspek paling substansial dari olahraga sebagai kegiatan menyenangkan.
Eden Hazard berada di kutub antara. Mengais duit sebagai pesepak bola profesional, sembari tetap kukuh pada idealisme ‘bersenang-senang’.
Ideologi sepak bola yang Hazard anut tertanam kuat berkat keluarga. Dalam satu cerita, Hazard pernah ikut bertanding sepak bola dan mencetak gol bersama ibunya. Carine, seorang pesepak bola perempuan di Divisi Utama Belgia, yang tetap aktif bermain bola ketika Hazard masih seonggok daging dalam rahim. Kesenangan sepak bola dan teriakan selebrasi dalam mencetak gol, telah Hazard rasakan sejak dari kandungan.
Hazard benar-benar hidup dalam lingkungan sepak bola yang serba menyenangkan. Ayahnya, Thierry Hazard, adalah seorang gelandang dan pemain berstatus semi-pro di kasta kedua Liga Belgia. Ketiga adiknya juga adalah pemain sepak bola.
Thorgan Hazard yang usianya tidak terpaut jauh dari Eden, kini resmi berseragam salah satu time eliet Bundesliga, Borussia Dortmund. Cercle Brugge, klub asal Belgia menjadi tempat berlabuh teranyar Kylian Hazard. Sementara, Ethan Hazard, adik paling kecil di keluarga pencinta sepak bola ini, perlahan merintis karier di AFC Tuzibe.
Di setiap pertandingan yang Hazard jalani, kesenangan itu tampak nyata. Berkali-kali, bersama seragam biru-biru, kesenangan Hazard turut menggairahkan semesta stadion.
Pada musim 2016/2017, ada satu momen magis yang tercipta dari kaki Hazard. Melewati adangan empat pemain dan mengecoh salah satu kiper hebat, Hazard menciptakan gol fantastis ke gawang Arsenal. Gol yang menularkan kegairahan dalam menonton sepak bola.
“Selalu menyenangkan mencetak gol indah, apalagi melawan tim hebat,” tutur Hazard usai laga melawan Arsenal (4/2/17) seperti dikutip dari BBC.
Bermain sepak bola dengan menyenangkan, menjadi kunci Hazard dalam menciptakan momen-momen hebat selama kariernya sebagai pesepak bola – terutama saat masih membela Chelsea. Dari kesenangan di lapangan, menular ke penjuru stadion, dan berakhir sebagai prestasi.
Hazard hampir memenangkan segalanya di Stamford Bridge. Pria kelahiran La Louviere, Belgia, 28 tahun silam ini telah meraih dua gelar Liga Primer Inggris (2015 dan 2017), Piala FA 2018, Piala Liga 2015, serta Liga Europa (2013 dan 2019).
Berbagai penghargaan individu pun terkalung di lehernya, mulai dari empat kali terpilih jadi Chelsea Player of The Year (2014, 2015, 2017, dan 2019), PFA Young Player of The Year 2014, PFA Player’s Player of The Year 2015, hingga Premier League Player of The Season 2015.
Kehadiran Hazard di Chelsea 7 tahun silam memulai kesenangan baru. Kini, pria menyenangkan itu telah berpindah klub. Santiago Bernabeu, Taman Eden yang baru buat Hazard dan kita semua yang menikmati gocekannya.
Tapi, kesenangan itu tak akan pernah sirna, hilang, apalagi terlupa. Eden Hazard akan selalu jadi legenda, tentang bagaimana bermain sepak bola dengan banyak tawa dan rupa jenaka.
Semoga sukses, Eden Hazard!
*Penulis merupakan blogger dan jurnalis paruh waktu. Penikmat sepak bola dari pinggiran. Dapat ditemui di akun Twitter @bedeweib.