Cerita

Sudah Saatnya Zaha

Musim 2018/2019 telah usai, Wilfried Zaha semakin menunjukkan kebintangannya di Crystal Palace dengan mencetak 10 gol dan 10 asis untuk The Eagles.

Usai menjalani musim kelimanya di Selhurst Park, banyak yang menilai sudah saatnya Zaha menengok peluang pindah ke klub besar demi tantang lebih tinggi dan prestasi yang lebih besar sebagai seorang pesepak bola.

Pemain kelahiran Abidjan, 26 tahun lalu ini memang diisukan akan meninggalkan klub asal London Selatan tersebut bersama beberapa pemain bintang lainnya seperti Aaron Wan-Bissaka dan Luka Milivojevic. Namun manajemen Palace sendiri belum buka suara dan jelas lebih memilih menahan ketiganya yang dianggap sebagai aset penting demi eksistensi klub di Liga Primer Inggris.

Baca juga: Luka Milivojevic yang Dicintai Manajer Fantasy Premier League

Namun dibanding Wan-Bissaka ataupun Milivojevic, nama Zaha sedikit spesial karena merupakan pemain binaan akademi The Eagles, meski kemudian dilirik Manchester United setelah berhasil masuk tim senior Palace di 2013. Sayangnya karier Zaha di Manchester tak begitu cemerlang, ia bahkan hanya dua kali berseragam merah ala The Red Devils dan sisa perjalanan kariernya dihabiskan sebagai pemain pinjaman.

Tak bisa jauh-jauh dari London, Zaha pun kembali ke Selhurst Park sebagai pemain pinjaman di awal musim 2013/2014. Sempat singgah di Cardiff City di musim dingin, semusim setelahnya ia kembali ke rumah keduanya sebagai pemain pinjaman sebelum dipermanenkan manajemen The Eagles di musim dingin 2015.

Jika ditotal baik sebagai pemain pinjaman hingga kini berstatus pemain vital Palace, Zaha telah bermain sebanyak 163 kali, mencetak 32 gol dan 33 asis. Angka tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran Zaha untuk menjaga si Elang dari London Selatan untuk tetap eksis dan terbang tinggi di Liga Primer Inggris.

Zaha, layaknya para pesepakbola lainnya, ingin perkembangan karier yang signifikan dan ia tahu, mungkin sudah saatnya kakinya melangkah ke luar rumah untuk merajut mimpi bermain di tim yang lebih besar dan kompetisi yang lebih besar seperti Liga Champions.

Stroke sang ayah menunda kepergian Zaha

Zaha adalah sosok pesepak bola yang selalu ingin dekat dengan keluarga dan teman-temannya, terutama sang ayah, Tiende Zaha. Dilansir dari South London Press, pemain yang berpindah kewarganegaraan dari Inggris ke Pantai Gading ini ingin dekat dengan sang ayah yang menderita stroke.

“Saat ayah saya terkena stroke ia tinggal jauh dari saya, itu langsung membuka mata saya untuk lebih dekat dengannya. Kini dia tak muda lagi dan setiap Jumat sebelum hari pertandingan kami biasa berdoa bersama-sama. Jika saya tidak di rumah, saya tidak dapat melakukannya dan itu terasa berbeda,” kata pemain yang menghabiskan masa kecilnya di Croydon, salah satu area di London Selatan.

Baca juga: Bernd Leno Sang ‘Der Retter’

Zaha sendiri merasa stroke yang diderita sang Ayah dan bagaimana keinginannya untuk tak lupa asal-usul membuatnya kembali ke Palace. Namun meski sudah memperpanjang masa bakti di Palace hingga 2023 wajar jika ia ingin sesuatu yang lebih.

Toh dengan kesembuhan sang ayah sudah saatnya Zaha, sebagaimana pria lainnya, siap keluar dari rumah keluarganya, mencari rumah baru untuk keluarga kecilnya sebagai seorang suami, tulang punggung dan seorang ayah.

Palace sendiri membuka tawaran sebesar 100 juta paun untuk melepas Zaha sebagaimana dilansir oleh The Guardian. Meski hingga kini pihak klub belum menerima tawaran dari klub lain nampaknya meski pindah Zaha tidak akan jauh-jauh dari London.

Tottenham Hotspur, menurut The Guardian, digadang-gadang mengincar Zaha dan gelandang atraktif milik Leicester City, James Maddison, yang diproyeksi untuk menggantikan Christian Eriksen jika hengkang.

Selain Spurs tentu eks klub Zaha, Manchester United, juga melirik kemungkinan mendatangkan sang pemain ke Old Trafford meski Ole Gunnar Solskjaer lebih memilih rekan setimnya, Aaron Wan-Bissaka, ketimbang Zaha untuk memperbaiki sisi kanan pertahanan Setan Merah yang dianggap sebagai titik lemah musim ini.

Namun Zaha yang berposisi natural sebagai sayap kanan dan bisa bermain di pos penyerang tengah ataupun sayap kiri ini mungkin akan menjadi sosok yang pas untuk mempertajam lini depan Setan Merah musim depan.

Tinggal masukkan nama Romelu Lukaku, yang flop musim ini sebagai alat tukar ke Selhurst Park, maka Zaha akan menjadi mentor yang pas untuk seorang Manchunian Pele, Marcus Rashford, agar lebih tajam musim depan.

Well, entah bertahan ataupun tidak mungkin sudah saatnya Zaha lebih bersinar di musim 2019/2020 mendatang. Langkah kecil yang mungkin dapat ia buat dalam beberapa waktu ke depan adalah tampil maksimal bersama Les Éléphants di Piala Afrika 2019 di Mesir musim panas nanti.