Suara Pembaca

Umbro Menolak Mati di Tanah Kelahiran

Liga Primer Inggris saat ini memang menjadi salah satu liga atau turnamen sepak bola (atau setidaknya) olahraga paling populer di seluruh dunia. Pemain-pemain berkelas dunia yang bermain dari minggu ke minggu, pelatih-pelatih kawakan yang beradu taktik maupun strategi, hingga gol-gol atau momen-momen spesial yang selalu hadir, menjadi salah satu nilai atau daya tarik yang menarik minat khalayak di seantero dunia.

Maka tak heran, Liga Primer Inggris bisa dikatakan liga paling glamor, karena nilai hak siar yang begitu tinggi, turis-turis dari luar negeri yang hadir di setiap pertandingannya, dan tentu saja sponsor-sponsor ternama dari luar tanah Britania yang terus berdatangan untuk menggaet pasar.

Hal tersebut memang mempunyai dua efek yang berlawanan. Di satu sisi adanya sponsor-sponsor ternama tentu membantu keuangan tim agar bisa meningkatkan level kualitas tim maupun bersaing dengan tim lain. Namun di sisi lain , jika bisa dibilang negatif ialah sponsor-sponsor lokal asal Inggris dan Britania Raya yang semakin tergusur dan tidak bisa bersaing akibat tidak bisa menawarkan penawaran yang lebih tinggi dan sponsor dari luar punya kemampuan untuk menggaet pasar dari luar Inggris, khususnya Asia dan Amerika Serikat.

Salah satunya adalah sponsor di bidang apparel, pemasok seragam atau perlengkapan olahraga. Saat ini ada tiga jenama apparel ternama yang bermain di Liga Primer Inggris, yaitu, Nike, adidas, dan PUMA. Belum lagi ditambah para “pemain baru” yang mulai menarik perhatian seperti New Balance, tentu saja membuat apparelapparel lokal semakin sulit bersaing.  Salah satunya adalah Umbro, apparel  lokal yang kini mencoba bangkit kembali setelah melewati fase ‘mati suri’.

Baca juga: Velocita³ Pro HG Football Boots: Ketika Umbro Mengajak Berlari Kencang

Umbro sendiri adalah pemain lawas di bidang apparel sepak bola. Berdiri sejak tahun 1924 di Mwilmslow, Manchester, Inggris, oleh Humphreys bersaudara. Apparel  yang namanya berasal dari gabungan kata H(um)preys (Bro)thers ini memulai debutnya pada Final Piala FA tahun 1934 yang mempertemukan Manchester City (juara) dengan Portsmouth, di mana Umbro memproduksi seragam kedua tim.

Hingga bergantinya tahun bisnis Umbro semakin berkembang tidak hanya di bidang sepak bola, namun juga olahraga lain seperti rugbi dan tenis. Dan  pada tahun 1954 Umbro resmi menjadi sponsor untuk asosiasi sepak bola Inggris, baik untuk seragam pertandingan, bola, dan perlengkapan lainnya. Dan puncaknya pada tahun 1966, saat tim nasional Inggris yang digawangi oleh Bobby Charlton dan kawan-kawan mengangkat trofi Piala Dunia mengenakan seragam produksi Umbro.

Bahkan dilansir dari laman resminya, di tahun yang sama 85% dari klub-klub di Britania Raya disponsori oleh apparel berlogo berlian tersebut.  Pada saat Liga Primer Inggris pertama kali bergulir pada musim 1992/1993, Umbro mendominasi sebagai apparel tim dengan 11 tim yang disponsori.

Banyak sekali klub yang pernah memakai jasa dari apparel tersebut mulai dari Umbro, selain dari timnas Inggris, ada pula Manchester United, Manchester City, Lyon, dan Everton. Banyak sekali pasang-surut, prestasi-nihilprestasi, dan kejayaan-keruntuhan yang dilalui tim-tim tersebut bersama Umbro.

Baca juga: Mengapa Kerja Sama Umbro dan Barito Putera Terasa Manis?

Namun perlahan-lahan, Umbro mulai kalah dengan perkembangan jaman dan persaingan dari apparel  lain dari luar Inggris. Kepopuleran Liga Primer Inggris yang semakin meingkat mulai menarik minat sponsor dari luar, termasuk dari bagian apparel.

Pemain-pemain besar seperti Nike, adidas, dan PUMA mulai menginvasi tanah Britania sejak Liga Primer Inggris bergulir. Dengan mengandalkan teknologi perusahaan yang lebih maju, nilai kontrak yang lebih besar, dan kemampuan menjangkau pasar yang lebih luas, membuat klub-klub Liga Primer Inggris mulai berpaling dari apparel  lokal yang semakin tersisihkan.

Belum lagi kehadiran para pemain baru seperti New Balance, yang berhasil mensponsori tim raksasa seperti Liverpool. Bahkan keadaan tersebut membuat Umbro terpaksa dibeli oleh Nike sebesar 285 juta paun pada 2007, sebelum akhirnya dijual ke Iconix Band Group sebesar 225 juta Euro tahun 2012.

Selama masa itu, pergerakan Umbro semakin lesu dan tidak eksis. Bahkan Nike sendiri menggantikan Umbro sebagai supplier seragam timnas Inggris per 2013. Banyak yang meyakini bahwa Umbro, yang dulunya adalah salah satu pelopor bisnis apparel tertua dan terbesar, perlahan mulai ditinggalkan dan terlupakan.

Saat banyak orang dan analis memperkirakan kiprah Umbro akan berakhir di negara asalnya sendiri, justru Umbro mulai kembali bangun dari fase ‘mati surinya’ perlahan-lahan. Untuk tim yang berkiprah di Liga Primer Inggris, Umbro mensponsori Everton (sejak musim 2014/2015, dan baru saja memperpanjang kerja sama hingga beberapa musim ke depan), Bournemouth (per musim 2017/2018), West Ham United (per musim 20114/2015) dan Huddersfield Town (per musim 2018/2019).

Baca juga: Duopoli Nike dan Adidas Berlanjut di Piala Dunia Wanita 2019

Selain tim-tim di atas, beberapa tim yang sudah punya nama bahkan di luar Britania Raya mulai bekerja sama dengan Umbro untuk memproduksi apparel klub mereka. Seperti Schalke 04, Werder Bremen (Jerman), PSV Eindhoven (Belanda), hingga Colo-Colo (Chile).

Ini membuktikan bahwa tim-tim tersebut percaya dengan kualitas produk dan desain Umbro yang tidak kalah dengan apparel lainya seperti Nike dan adidas, apalagi tim-tim tersebut berkompetisi di liga teratas dan populer di dunia, seperti Liga Primer Inggris.

Bahkan beberapa berlaga di kompetisi antarbenua seperti Liga Champions dan Copa Libertadores yang saat ini banyak orang bisa menyaksikan tim yang mengenakan apparel tidak hanya melalui stadion, tapi bisa melalui televisi maupun streaming internet. Dengan begitu akan membuat nama Umbro terangkat secara tidak langsung.

Memang butuh waktu yang tidak singkat bagi Umbro untuk bersaing dengan apparel-apparel besar lainnya. Namun kebangkitan Umbro dari fase ‘mati surinya’ patut diapresiasi bagi publik sepak bola, khususnya di Liga Primer Inggris sendiri. Mereka bisa melihat apparel legendaris lokal bisa terpasang di jersey para pemain klub kebanggaan mereka, dan membuktikan bahwa produk lokal tidak kalah bagusnya dengan produk luar.

 

*Penulis bisa dijumpai di Twitter @pradipta_ale dan Instagram @pradiptale