Berita Nasional

Momentum Kebangkitan Laskar Mataram

Masuknya investor baru membuat Laskar Mataram kembali bergairah. Tidak main-main, Bambang Susanto yang merupakan pengusaha asal Jakarta langsung mematok target promosi menuju Liga 1 musim depan. Baginya, PSIM Yogyakarta yang memiliki sejarah panjang di kancah sepak bola Tanah Air sudah selayaknya bersaing di kasta tertinggi.

PSIM memang bukan sekadar klub kebanggaan Yogyakarta. Klub yang berdiri 5 September 1929 ini juga tercatat sebagagi salah-satu Bond yang memprakarsai lahirnya induk sepak bola negeri ini. 19 April 1930 di Gedung Sosited HandePryo, yang bersebelahan dengan markasnya kini, PSIM Yogyakarta bersama enam Bond lain melahirkan PSSI.

Klub yang semula terlahir dengan nama Perserikatan Sepak Raga Mataram atau disingkat PSM adalah representasi sepak bola Daerah Istimewa Yogyakarta pada masanya. Klub yang dijuluki Warisane Simbah ini pernah menjadi juara kompetisi PSSI 1932 sebagai prestasi tertingginya. Kemudian PSIM konsisten beberapa kali melaju hingga final kompetisi tahun-tahun berikutnya.

Sayangnya, dengan sejarah panjangnya, Warisane Simbah mengalami pasang surut di era Liga Indonesia. Sang klub kebanggaan Brajamusti pernah terdegradasi dari kasta tertinggi di musim Liga Indonesia 1994/1995. Meski berhasil kembali promosi dua tahun berselang, PSIM harus kembali terdegradasi ke Divisi I pada musim kompetisi 1999/2000.

Baca juga: PSIM Jogja: Warisan Simbah yang Tak Boleh Dilupa

Musim 2003 PSIM Yogyakarta mulai kembali menata kekuatan. Tapi PSIM baru berhasil lolos ke kasta tertinggi Liga Indonesia pada tahun 2005 setelah keluar sebagai juara divisi I. Sayangnya Laskar Mataram memutuskan untuk mundur dari kompetisi Divisi Utama karena terjadi gempa bumi Yogyakarta 2006 silam.

Bambang Susanto sebagai investor berniat mengembalikan kejayaan dan kembali mencatat prestasi dalam catatan sejarah PSIM Yogyakarta. Ketahanan finansial, ditambah dukungan kalangan pandemen PSIM (pendukung PSIM), menjadi modal. Ditambah kemungkinan besar PSIM Yogyakarta akan kembali ke rumahnya, Stadion Mandala Krida yang telah selesai direnovasi.

Menariknya, melansir halaman psimjogja.id, manajemen memberi catatan, masuknya investor tidak perlu menjadi kekhawatiran suporter, maupun pandemen PSIM seluruhnya. Pasalnya, investor tidak akan mengubah apapun yang selama ini telah menjadi identitas Laskar Mataram, seperti kandang tetap di Yogyakarta dan warna biru sebagai warna kebesaran, sekaligus corak jersey utama.

Lebih lanjut, sebagai bukti komitmennya investor sudah kulonuwun pada wali kota Yogyakarta bahkan hingga sowan dengan penguasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Kraton Kilen, beberapa waktu lalu. Pada prinsipnya, dua stakeholder ini mendukung masuknya investor untuk membina dan memajukan prestasi PSIM.

Baca juga: Wajah Yogyakarta dalam Sepak Bola

Komitmen dari investor baru dirasa penting agar identitas Warisane Simbah tidak hilang dan terlupakan. PSIM adalah kebanggaan Brajamusti dengan jersey biru dan bermarkas di Yogyakarta. PSIM adalah Warisane Simbah dan Warisane Simbah sangat tidak pantas dilupakan.

Dengan komitmen dan target yang telah ditetapkan manajemen beserta investor baru, pandemen PSIM nampaknya tidak perlu lama menunggu Warisane Simbah mengembalikan prestasi yang hilang. Namun perlu diingat, manajemen juga menyampaikan, dibutuhkan kedewasaan suporter dalam mendukung klub kebanggaannya untuk penyempurnakan pembenahan besar yang terjadi di tubuh Laskar Mataram musim ini.