Suara Pembaca

Adakah Campur Tangan Dewi Fortuna di Laga PSG vs MU?

Sepak bola memang tidak pernah berhenti menghadirkan drama. Babak 16 besar Liga Champions sudah menghasilkan beberapa hasil mengejutkan.

Juara bertahan 3 musim berturut-turut sekaligus raja Eropa, Real Madrid, harus menerima kekalahan pahit 1-4 di Santiago Bernabeu dari Ajax dan kalah agregat 3-5. Bergeser sedikit ke Prancis, Paris Saint-Germain secara dramatis kalah 1-3 dari Manchester United yang notabene justru sedang pincang menyusul badai cedera yang menerpa mereka.

Bagi PSG sendiri, kekalahan ini mengingatkan mereka pada musim 2016/2017 di mana pada babak yang sama, Barcelona berhasil mencetak rekor comeback terbesar sepanjang sejarah UCL dengan memutarbalikkan keunggulan 4 gol PSG dengan kemenangan 6-1. Bedanya, kekalahan musim ini terasa lebih menyakitkan karena justru terjadi di kandang mereka sendiri, Parc des Princes.

Partai ini sendiri banyak menjadi sorotan. Beberapa orang menyatakan jika United berhasil mengalahkan PSG semata-mata karena faktor keberuntungan. Hal ini disebabkan oleh 2 gol pertama United yang terjadi akibat blunder Thilo Kehrer dan Gianluigi Buffon, serta gol penalti Marcus Rashford di akhir pertandingan.

Pertanyaannya, benarkah hal itu murni keberuntungan?

Dalam kasus gol pertama, Kehrer sedang mendapat tekanan dari Rashford. Merasa tertekan, Kehrer mencoba memberi operan kepada Buffon. Apes, bola justru mengalir ke tengah, di mana Romelu Lukaku telah bersiap untuk menyambut bola.

Thiago Silva yang terlambat kemudian kalah adu sprint dan Lukaku dengan tenang menceploskan bola setelah terlebih dahulu melewati Buffon.

Baca juga: Kenapa Wasit Sering Terlibat Kontroversi?

Dalam kompetisi level Eropa, faktor kemampuan teknis saja tidak cukup. Faktor lain yang cukup dominan adalah mental. Hal ini pula yang membuat blunder Kehrer menjadi sedikit bisa dimaklumkan. Selain usianya yang masih 22 tahun, musim ini adalah musim pertama Kehrer bermain di Liga Champions.

Sebelumnya ia hanya pernah bermain di Liga Europa bersama Schalke. Namun tentu saja atmosfer yang terjadi di lapangan sangat berbeda. Mungkin ini yang menyebabkan ketika ia ditekan oleh Rashford, Kehrer kemudian salah melepaskan backpass.

Salah satu faktor non-teknis lain juga adalah posisi United yang membutuhkan 3 gol untuk lolos. Hal ini membuat United langsung menerapkan garis pertahanan tinggi sejak awal pertandingan. Taktik yang kemudian membuat Rashford berhasil memaksa Kehrer melakukan kesalahan dan terjadilah gol pertama.

Gol kedua United sedikit berbeda. Sekadar mengingatkan, gol Lukaku terjadi lagi-lagi dari usaha Rashford yang melepaskan tendangan jarak jauh. Kesalahan kali ini dilakukan Buffon gagal menangkap bola dengan sempurna dan membuat bola rebound disambut oleh Lukaku.

Baca juga: Peter Crouch yang (Mungkin) Luput dari Pantauan PSG

Apakah mental Buffon jelek? Tentu tidak. Buffon justru adalah pemain dengan pengalaman terbanyak dalam pertandingan itu.

Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah tendangan Rashford. Salah satu kemampuan Rashford yang semakin menonjol adalah teknik knuckleball-nya dan terlihat dalam pertandingan ini. Silakan tonton gol Rashford ke gawang Cardiff City musim ini.

Bola yang ditendang Rashford turun dan mendarat tepat saat Buffon mencoba menangkapnya. Hal ini membuat bola lebih sulit untuk ditangkap. Akibatnya, bola terlepas dari tangan Buffon. Lukaku dengan cepat (lagi-lagi) menyambut bola rebound dengan sontekan manisnya.

Kredit plus layak diberikan kepada Lukaku yang memutuskan untuk bersiap menyambut rebound bahkan ketika Rashford baru saja melepaskan tendangan.

Gol terakhir adalah puncak dari anti-klimaks PSG. Atas bantuan Video Assistant Referee (VAR), wasit Damir Skomina menghadiahi United tendangan penalti karena siku Kimpembe menyentuh bola saat ia mencoba menghalau tendangan Diogo Dalot. Rashford lalu dengan cerdik menempatkan bola di pojok kanan atas gawang Gianluigi Buffon.

Benarkah itu handball? Untuk melihat secara objektif, mari kita lihat definisi handball menurut International Football Association Board (IFAB), lembaga yang membuat dan mengawasi regulasi pertandingan sepak bola. (Law 12, Fouls and Misconduct)

Handling the ball involves a deliberate act of a player making contact with the ball with the hand or arm.

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

 

  • The movement of the hand towards the ball (not the ball towards the hand)
  • The distance between the opponent and the ball (unexpected ball)
  • The position of the hand does not necessarily mean that there is an offence

 

Kata kunci dalam kasus ini adalah adanya unsur kesengajaan (deliberate) dan dapat dipengaruhi oleh pergerakan tangan (movement), jarak pemain (distance) dan posisi tangan (position). Melihat dari definisi ini, maka keputusan wasit untuk memberikan penalti sudah benar.

Kimpembe memang membalikkan badannya untuk memblok tendangan, namun lengan kanannya kemudian terbuka dan mengenai bola. Akan beda hasilnya jika saja tangan Kimpembe menempel pada tubuhnya. Hal ini ditegaskan pula oleh mantan wasit Liga Inggris, Peter Walton seperti dikutip dari Mirror.

He’s left his arm out, he’s turned his back, he’s taken no responsibility for where that ball is striking, he’s made himself bigger.”

Komentar Walton menyatakan bahwa apa yang dilakukan Kimpembe adalah untuk membuat dirinya “besar”, dalam artian ia sengaja melebarkan tangannya untuk memblok bola. Maka di luar segala kontroversi, sesungguhnya keputusan Skomina sudah benar dan sesuai dengan Laws of the Game FIFA.

Baca juga: Beberapa Kompetisi Sepak Bola Dunia dengan Peraturan Aneh

Kejadian ketiga gol United ini menunjukkan bahwa sebenarnya keberuntungan itu tidak terjadi begitu saja. Gol pertama berasal dari pressure Rashford. Gol kedua adalah kombinasi dari kemampuan Rashford dan refleks cepat Lukaku. Gol terakhir adalah keterpaksaan Kimpembe untuk menyentuh bola demi mencegah Dalot mencetak gol.

Dalam sepak bola, semua aksi yang dilakukan setiap pemain saling berhubungan satu sama lain. Tidak ada satu kejadian yang terjadi begitu saja tanpa didahului kejadian lain. Malam itu, United memenangkan pertandingan dengan cara mereka, menekan PSG sejak awal dan berhasil memaksa pemain PSG melakukan kesalahan.

Begitupun pertandingan lain yang pernah kita saksikan. Semakin kita teliti, semakin kita menyadari bahwa keberuntungan setiap tim tidak datang secara tiba-tiba.

 

*Penulis bisa dijumpai di akun Twitter @devin_satya