“Perayaan sederhana menjadi jalan keluar pasca-keterpurukan. Harap bisa bermakna dan bisa mengawali perubahan ke depan. Doa setiap elemen semoga cepat terealisasikan. Datang dan rayakan! Macan Tidar, berkoar, menuju kejayaan.”
Sebuah undangan terbuka disebar panitia pelaksana perayaan 100 tahun hari jadi PPSM Magelang. Klub sarat sejarah yang mulai bangkit menata kejayaan.
1 Abad Menendang Bola menjadi tajuk rangkaian acara yang dilaksananakan 12 dan 13 Maret lalu. Rencananya, dalam acara yang terselenggara di Atrium Artos Mall Magelang ini akan mempertemukan komunitas suporter dari 7 klub pendiri PSSI.
Sebenarnya rencana tersebut sudah mengemuka beberapa tahun lalu. Dalam obrolan warung kopi kala itu, muncul semangat untuk saling bertukar cerita khususnya tentang sejarah klub kebanggaan masing-masing. Waktu berlalu hingga komunitas suporter PPSM berkesempatan menjadi penggagasnya. Sayangnya, beberapa perwakilan komunitas tidak dapat hadir karena kesibukan masing-masing.
Acara 1 Abad Menendang Bola dibuka Selasa sore (12/3). Setelah pembukaan dan pemutaran film acara dilanjutkan dengan diskusi media komunitas 7 pendiri PSSI. Teman-teman dari Abidin-Side (Persija), Bawah Skor Mandala (PSIM), Madiun Football (Madiun Putra), Nekataiment (Persebaya), Campusbois1923 (Persis), dan Tidarian (PPSM) menjadi pembicara.
Mengangkat tema “Peran Media Komunitas terhadap Pengarsipan Sejarah dan Pemberitaan Tim”, para narasumber bukan hanya bercerita tentang klub kebanggaannya masing-masing, tapi juga bercerita tentang geliat literasi di kotanya. Isu literasi dirasa penting agar para suporter bukan hanya sekedar mengenal tim, tapi juga paham perjalanan sejarah yang menyertainya.
Dalam diskusi tersebut komunitas menceritakan tantangan menjadi penggiat lierasi di kotanya. Selain itu mereka juga saling berbagi ilmu tentang teknik menggali arsip sejarah yang memang tidak mudah untuk dilakukan. Dengan terbatasnya sumber, perlu niat dan keseriusan lebih serta waktu tidak sedikit untuk melakukannya.
Abdilah Afiif dari Abidin-Side misalnya. Dalam beberpa kesempatan dia bercerita, beberapa tahun lalu harus setiap hari berkunjung ke Perpustakaan Nasional sepulang kuliah. Selain itu dia juga mengunjungi para mantan pemain dan saksi sejarah lainnya untuk mencari data yang diinginkan. Hingga berkeliling pulau Jawa untuk berburu buku di pasar loak dilakukan. Baginya, semua adalah wujud kecintaan dan dukungan pada Persija Jakarta.
Lebih lanjut Afiif bercerita, semua berawal dari keprihatinan. Saat penggusuran stadion Menteng dilakukan, artefak sejarah klub yang dibanggakannya ikut musnah. Kemudian muncul semangat untuk mengumpulkan arsip-arsip kembali. Afiif bercita-cita klub sebesar Persija memiliki museum sendiri untuk merangkum sejarahnya. Namun selama belum ada, tidak salah bila kita, suporter, yang coba melakukannya.
Semua sepakat bila melalui sejarah dan literasi dapat membuat suporter bukan hanya sekadar mengenal klub kebanggaannya, tapi juga benar-benar paham dan akan menimbulkan kecintaan berbeda. Sudah seharusnya acara-acara dengan format seperti ini lebih sering dilakukan dan di kota-kota yang berbeda.
Hari berukutnya acara kembali diisi dengan diskusi. Kali ini tema yang diangkat adalah “Sejarah Sepak Bola Magelang”. Narasumbernya adalah Pudi Jaya dari Pakuningjawa dan Bagus Priyatna dari Kotatoea_mgl.
Kemudian acara 1 Abad Menendang Bola, ditutup dengan launching jersey dan upacara peringatan 1 abad berdirinya PPSM Magelang.
Bangkitlah Macan Tidar. Sukses selalu menata kejayaan, doa terbaik untukmu. Dan semoga kelak 7 bond pendiri PSSI kembali berkumpul di kasta tertinggi seperti cita-cita kita kala di warung kopi.