Cerita

Kandasnya Bahtera Sriwijaya FC

Setelah nampak limbung sejak pertengahan tahun lalu, akhirnya bahtera Sriwijaya benar-benar kandas. Usai dipukul telak Madura United dengan kekalahan 0-5 dan 1-2, serta dipastikan gagal terus melalu di Piala Indonesia, Sriwijaya FC akhirnya menepi.

Seluruh awak, pemain serta staf pelatih dibubarkan hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Prahara Sriwijaya FC sudah terlihat semenjak mengarungi kompetisi musim lalu. Bahtera semula megah dengan pemain dan pelatih kelas bintang di dalamnya. Namun di tengah jalan, sang nakhoda Rahmad Darmawan beserta beberapa pemain utama memilih pergi lebih dulu. Badai kembali menerjang. Beberapa pemain tersisa mogok bermain diduga karena alasan penunggakan pembayaran.

Nakhoda baru yang didatangkan tak mampu menyelamatkan Sriwijaya FC yang terus bergoyang. Kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan terus melemah di sisa perjalanan. Hingga akhirnya Sriwijaya FC terjerembab di zona merah klasemen Liga 1 2018.

Musibah tidak berhenti sampai di situ. Usai mengarungi musim lalu dengan kegagalan, kabar mengejutkan lain menghampiri. Sang pemilik saham mayoritas SFC, bapak Muddai, disebut akan menjual Sriwijaya FC.

Tentu sangat disayangkan bila bahtera Sriwijaya benar-benar kandas dan tidak dapat diselamatkan. Di dalam bahtera Laskar Wong Kito tersimpan sejarah perjalanan yang begitu cemerlang. Semenjak berubah nama menjadi Sriwijaya FC, berbagai gelar telah tersimpan dan menghiasi perjalanan.

Dua trofi juara Liga Indonesia berhasil dikemas pada tahun 2008 dan 2012. Selain itu Elang Andalas juga menjadi pemilik gelar Piala Indonesia terbanyak yang disabet pada tahun 2008, 2009, dan 2010. Ada juga dua torehan juara turnamen pra-musim Inter Island Cup tahun 2010 dan 2012.

Baca juga: Keith ‘Kayamba’ Gumbs: Satu Gol, Satu Selebrasi

Bukan hanya di Nusantara, bahtera Sriwijaya FC juga telah menjelajah Asia. Di tahun 2009 Sriwijaya FC membawa nama Indonesia di babak penyisihan grup Liga Champions Asia, sedangkan di tahun 2010 dan 2011 Sriwijaya FC berhasil melaju hingga babak 16 besar Piala AFC.

Catatan sejarah terbentuknya klub ini tidak kalah panjang. Semula Sriwijaya FC dibentuk di Jakarta dengan nama Persijatim Jakarta Timur pada tahun 1976. Setelahnya sempat pula mengubah nama menjadi Jakarta FC sebelum akhirnya kembali memakai nama Persijatim.

Huru-hara finansial sempat membuat Persijatim hijrah hingga ke kota Solo dan mengubah nama menjadi Persijatim Solo FC pada tahun 2002 hingga 2004. Hingga akhirnya klub ini dibeli pemerintah provinsi Sumatra Selatan dan diganti namanya menjadi Sriwijaya FC Palembang.

Apa yang menimpa Sriwijaya FC mengingatkan akan runtuhnya kerajaan Sriwijaya yang juga berasal dari Sumatra Selatan. Berabad-abad lalu, kerajaan ini begitu berjaya. Namanya begitu masyur dari Nusantara hingga kepulauan di sekitarnya.

Namun karena krisis perekonomian dan melemahnya armada perang, berakibat pada lepasnya beberapa wilayah kekuasaan. Hingga akhirnya sejarah kejayaan Sriwijaya hanya menjadi catatan dan bahan membelajaran.