Football Tribe kembali menghadirkan fitur Tribe Talk, berupa wawancara eksklusif bersama pemain, pelatih, rekan jurnalis dan suporter di seluruh Asia. Kali ini kami berkesempatan untuk berbincang dalam Tribe Talk dengan Indra Sjafri, pelatih yang ditunjuk menangani Timnas U-22.
Bagaimana persiapan tim jelang Piala AFF U-22 di Kamboja?
Football Tribe (FT): Terkait perubahan komposisi negara yang mengikuti Piala AFF U-22, (dengan mundurnya Singapura, Timor-Leste dan Brunei), apakah menggangu persiapan timnas Indonesia?
Indra Sjafri (IS): Tidak menggangu persiapan tim sama sekali, semua negara mungkin juga berpikir demikian. Mungkin yang paling berpengaruh adalah berkurangnya jumlah pertandingan. Tetapi prioritas saya tidak berubah untuk menyiapkan tim di Piala AFF U-22, Kualifikasi Piala AFC U-23, dan SEA Games nanti.
FT: Tiga hasil seri dari tiga laga uji coba Timnas U-22, sejauh ini apakah puas dengan penampilan tim dan apa saja yang perlu dibenahi sebelum bertolak ke Kamboja dan menghadapi Myanmar di laga perdana?
IS: Ya memang ada beberapa hal yang perlu dibenahi tetapi tidak perlu saya bocorkan ke media sampai detil, karena semua lawan pasti mencari tahu (cara untuk mengantisipasi) tim ini. Tidak perlu juga ada konferensi pers, nama-nama final yang terpilih akan langsung saya serahkan ke pihak PSSI agar dipublikasikan di situs resmi.
FT: Bagaimana kabar terbaru Saddil Ramdani yang kabarnya tidak dilepas oleh Pahang? Meski sudah diantisipasi dengan beberapa pemain seperti Rifal Lastori dan Billy Keraf apakah sudah puas dengan performa tim?
IS: Saya hanya memanggil pemain saja, kalau mereka datang oke, kalau tidak juga tidak masalah. (Kasus Saddil) sama seperti Ezra dan Egy yang tidak bisa datang ke tim. Tetapi perlu diingat, tumpuan tim ini adalah sebelas orang yang bermain, bukan satu-dua pemain. Pemain-pemain ada di tim sekarang adalah pemain-pemain terbaik.
FT: Jadi bagaimana soal target di Piala AFF U-22 ini?
IS: Ada hal yang lebih besar, bukan hanya bicara target saja. Kita harus bicara tentang pembangunan tim Indonesia yang berproses dan bagus. Dari awal saya selalu punya concern tentang pembentukan tim.
Indra Sjafri dan warisannya pada sepak bola Indonesia
Sosok Indra Sjafri adalah sosok pelatih fenomenal, kita semua pasti tahu jalan panjang nan terjal yang ia lalui untuk membentuk Timnas U-19 Indonesia hingga menjadi yang terbaik di Asia Tenggara pada 2013 lalu. “Jadi juara itu nggak gampang, jadi yang terbaik itu perlu proses,” ujar pelatih berusia 56 tahun tersebut.
Indra Sjafri pun memberikan komentar bagaimana masyarakat harusnya mengawal tim Indonesia dan mendukung dengan sepenuh hati. “Penting untuk masyarakat mengawal pembentukan tim ini, benar atau tidak, mulai dari scouting, periodesasinya, dan tentunya supporting dari federasinya.”
Eks pelatih Bali United ini pun mengatakan bahwa masyarakat dan media tak perlu larut membicarakan target. “Kalau bicara tentang target terus, patah hati terus nanti kita,” ujarnya sembari melempar beberapa saran dan kritik kepada semua pihak soal sepak bola Indonesia.
“Jangan terlalu kecil (membuat berita tentang pemenuhan target), buatlah tulisan yang mencerahkan. Concern saya sejak awal adalah proses. Proses ini yang perlu dikawal di Indonesia, kalau ada proses bagus ya harus dilanjutkan. Jangan sebentar-sebentar diganti atau diubah.”
Pelatih yang dikenal kerap blusukan untuk mencari bakat-bakat terpendam di seluruh pelosok Indonesia ini berhasil mengorbitkan banyak pemain muda. Terhitung sejak Evan Dimas dan kawan-kawan menjuarai Piala AFF U-19 2013 lalu, kini beberapa penggawa Garuda Muda yang pernah dibesutnya menjadi tulang punggung klub dan timnas.
Pelatih yang pada 2017 lalu sempat berencana mendirikan akademi sepak bola di Bontang, Kalimantan Timur, ini juga berpesan agar tak perlu kita mengistimewakan satu-dua pemain Indonesia, karena ia selalu menegaskan bahwa semua pemain yang dipanggil membela Indonesia adalah pemain terbaik.
“Janganlah memupuskan harapan masyarakat karena semata-mata tidak hadirnya satu pemain. Sepak bola adalah permainan tim, janganlah kita mengecilkan pemain-pemain lainnya. Media harus cerdas dan tidak boleh memakai kata-kata yang pesimistis,” ujarnya menutup wawancara.