Indonesia tak henti-hentinya jadi destinasi para pesepak bola baik untuk berwisata, menggelar acara, atau bermain di kompetisi kasta tertinggi. Sosok yang datang pekan ini adalah Anouk Hoogendijk, si petualang dari Belanda. Tak banyak yang tahu sosoknya yang kini menyandang status salah satu legenda sepak bola wanita Negeri Kincir Angin.
Anouk Anna Hoogendijk adalah sosok serba bisa ketika aktif bermain. Semasa kecil ia pernah menjadi winger dan playmaker, tapi di masa jayanya pengoleksi 103 penampilan bersama timnas wanita Belanda ini lebih banyak bermain sebagai gelandang bertahan dan bek tengah. Beberapa klub tercatat telah dibela oleh pemain yang identik dengan nomor punggung enam ini seperti Ajax dan Arsenal.
Kedatangannya ke Indonesia bersama dengan organisasi World Coaches KNVB di mana ia menjadi ambassador organisasi ini. “Aku sangat suka berpergian dan melihat budaya orang lain. Itu kenapa aku mengambil kesempatan bermain di Inggris. Tetapi aku tak pernah menyangka bisa jadi bagian dari organisasi seperti ini.”
Sejak Senin (21/1) Anouk telah tiba di Indonesia dan sebagian besar menghabiskan waktu di Bandung, Jawa Barat hingga Sabtu (26/1) mendatang untuk melakukan coaching clinic dan membuat film dokumenter bersama salah seorang pelatih wanita asal Indonesia, Sicilia Setiawan.
Wanita yang pernah bermain untuk FC Utrecht dan Bristol Academy ini mengaku senang melihat para pemain yang dilatihnya sejauh ini. “Mereka sangat suka belajar, mereka mendengarkan instruksi dengan baik dan kurasa dalam waktu seminggu mereka akan belajar banyak hal.”
Seperti halnya orang asing lainnya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Nusantara, Anouk merasa terkesan dengan keramah-tamahan penduduk dan kecintaan orang-orang yang begitu besar akan sepak bola terutama di Bandung.
Anouk sendiri berharap bahwa sepak bola Indonesia termasuk di dalamnya sepak bola wanita dapat maju seperti di Belanda. “Di Belanda saat ini hanya ada delapan tim di Eredivisie Vrouwen, dan sistemnya pun masih semi-profesional. Ada banyak masalah yang dihadapi, kami masih harus bekerja dan belajar selain bermain.”
Memang sebagian besar pesepakbola wanita tetap belajar dan memiliki pekerjaan di luar kewajibannya sebagai pemain. Citra ini yang tak jauh berbeda dengan sepak bola wanita Indonesia yang kembali merintis jalannya. Banyak sekali sumber daya pemain dari usia aktif sekolah menengah hingga bangku perkuliahan.
Tak menyesal pensiun dini dan kehidupan setelah sepak bola
Anouk yang pernah menjadi penentu kemenangan Oranje Leeuwinnen kontra Prancis di perempat-final Women’s EURO 2009 melalui babak adu penalti, memutuskan untuk pensiun di usia yang terbilang masih matang. Dia pensiun pada musim 2016/2017 saat masih berusia 32 tahun baik di timnasita maupun klub profesional.
Uniknya, Piala Dunia Wanita Kanada 2015 jadi satu-satunya Piala Dunia yang dia mainkan dan dia memutuskan pensiun beberapa waktu sebelum Women’s EURO 2017 dimulai, dan harus menjadi komentator di layar kaca saat ternyata teman-teman seangkatannya berhasil memenangkan gelar Eropa pertama bagi Negeri Kincir Angin.
“Aku tidak menyesali keputusanku. Keputusan ini (untuk pensiun) bukan keputusan yang dibuat dalam hitungan hari. Sebelumnya aku banyak cedera dan kupikir ini waktu yang tepat untuk berhenti. Aku bangga dengan mereka, terutama teman-teman seangkatanku dan para pemain muda setelahnya yang mereka didik dengan baik.”
Tak hanya sebagai komentator untuk timnasita Belanda, Anouk juga terlibat dalam beberapa proyek di luar sepak bola seperti ikut dalam dua reality show di Belanda. Salah satunya adalah Expeditie Robinson, sebuah reality show berkonsep survival yang dilangsungkan di Filipina beberapa bulan lalu. Anouk yang menjadi salah satu peserta dari berbagai kalangan profesi mencoba membagikan pengalamannya.
“Aku kehilangan berat badanku hingga delapan kilo. Tidak ada telepon, aku tidur dan bertahan hidup di alam terbuka mungkin menjadi titik tolak perubahan hidupku yang baru.” Namun Anouk yang saat ini tengah mengerjakan proyek film musikalnya tetap tak bisa jauh dari dunia sepak bola selepas pensiun.
“Kurasa pekerjaan terbaikku (setelah pensiun) saat ini adalah menjadi analisis pertandingan dan juga ikut melatih dan mendukung sepak bola untuk kaum disabilitas,” pungkas wanita yang ternyata satu kampung dan pernah bersekolah bersama striker Indonesia keturunan Belanda, Irfan Haarys Bachdim ini.
Anouk melalui coaching clinic bersama World Coaches KNVB seminggu ini mendorong anak-anak perempuan Indonesia untuk tak khawatir memilih jalan hidup sebagai pesepak bola dan bagaimana kehidupan mereka setelah pensiun nanti. Jadi girls, apakah kalian terinspirasi dengan cerita Anouk?