Cerita

Lebih Dekat dengan Coach Sicilia Setiawan dan Aspirasinya

Football Tribe Indonesia berkesempatan meliput acara coaching clinic yang diadakan di salah satu SMA di kawasan Bandung, Rabu (23/1) sore lalu. Kami sempat mewawancarai seorang pelatih yang menjadi bagian dalam acara tersebut. Mari berkenalan lebih dekat dengan coach Sicilia Setiawan dan aspirasinya.

Sicilia adalah salah satu pelatih lulusan World Coaches KNVB yang menjadi sponsor utama coaching clinic di ibu kota provinsi Jawa Barat tersebut. Selain coaching clinic, World Coaches KNVB juga tengah membuat film dokumenter bersama eks pemain timnas wanita Belanda, Anouk Hoogendijk, selama kurang lebih seminggu ini.

Dalam wawancara kali ini coach Sicil banyak berbicara tentang perjalanannya menjadi satu dari sedikit pelatih wanita yang bergelut di sepak bola Indonesia. Football Tribe Indonesia berkesempatan mendengar curhat pelatih Inspire FC ini.

Inspire FC sebelumnya bernama Football Plus, sebuah wadah sepak bola yang berbasis di Bandung. Mereka memiliki tim sepak bola laki-laki dan perempuan di usia muda dengan fasilitas lapangan yang berkualitas. Namun sayang, khususnya di tim perempuan, minimnya kompetisi sepak bola wanita membuat tim ini beralih ke futsal.

“Awalnya ya memang sepak bola, tetapi kenapa memutuskan pindah ke futsal? Karena kompetisinya lebih rapi dan tertata (dibanding sepak bola).” Coach Sicil sendiri tak menampik jika di kemudian hari PSSI serius membentuk Liga Wanita Inspire FC akan ikut meramaikan kompetisi tersebut.

Baca juga: PSSI Ajak Klub Gelar Kembali Liga Wanita di 2019

Beberapa klub seperti Putri Priangan dan Queens pernah menjadi bagian dari sejarah sepak bola wanita di jantung Bumi Parahyangan, maka bukan tak mungkin 2019 nanti giliran Inspire FC yang bisa saja diakuisisi oleh Persib Bandung di Liga 1 Wanita. “Optimis sih ada Liga 1 Wanita, tapi takutnya akan ada perebutan pemain ke depannya.”

Perebutan pemain yang dimaksud coach Sicil adalah antara sepak bola wanita dan futsal. Apalagi harus diakui PSSI tertinggal dari ‘anak’ mereka sendiri, Federasi Futsal Indonesia, untuk membuat si kulit bundar tak hanya milik laki-laki saja.

“Sekarang semua fokusnya ke futsal, sudah ada Liga Pro, Liga Nusantara, bahkan beasiswa untuk universitas itu dari futsal. Saya belum pernah dengar beasiswa dari sepak bola.” Ia pun berharap ke depan sepak bola dan futsal dapat berjalan beriringan karena ia mengakui bahwa Indonesia tak perlu khawatir dengan kuantitas pemain.

 

Urgensi kompetisi dan peran penting federasi dalam sepak bola wanita

Pelatih kelahiran Wonosobo yang lama menetap di Bandung ini giat mengampanyekan permainan terpopuler di kolong langit ini kepada kaum hawa. Salah satunya adalah ikut menjadi moderator dalam acara diskusi bertema Super-Sports Women bersama gelandang Washington Spirit, Joanna Lohman, kurang lebih setahun lalu.

“Jumlah pemain kita banyak, meskipun masalahnya kadang timnas sepak bola kerap berisikan pemain-pemain yang matang di Liga Pro Futsal. Tapi masalahnya tidak banyak pelatih yang mau melatih tim sepak bola wanita,” sebut pelatih yang memiliki lisensi kepelatihan sepak bola dan futsal dari KNVB ini.

“Salah satu alasan saya enggan melatih di sepak bola wanita karena minimnya turnamen. Buat apa melatih capek-capek jika tidak ada kompetisi? Pemain juga nantinya akan malas berlatih. Kembali lagi ke federasi, kalau mereka susah turun ke bawah untuk menggelar kompetisi ya ke depannya akan susah.”

Menariknya coach Sicil sendiri tak akan menolak jika suatu hari nanti dirinya diminta melatih timnasita Indonesia. “Siap, karena lisensi pertama yang saya dapatkan di Belanda adalah sepak bola. Saya siap meskipun tidak dalam waktu dekat dengan situasi terkini yang terjadi di federasi.”

Hal yang ia takutkan adalah situasi federasi yang gonjang-ganjing usai terungkapnya beberapa kasus match fixing dan match manipulation beberapa bulan ke belakang. Bahkan nama Papat Yunisal, salah satu anggota Exco PSSI dan ketua ASBWI (Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia) sempat disebut dan diperiksa dalam pusaran kasus ini.

“Saya berpikir dua kali jika terlibat di dalam keadaan seperti ini, takut kalau nama saya disebut-sebut (di kemudian hari).” Namun bukan berarti tak merapat ke federasi membuatnya berhenti menggiatkan sepak bola dan futsal di kalangan kaum hawa.

Salah satunya dengan menggelar coaching clinic seperti yang dilakukan olehnya bersama World Coaches KNVB, meskipun belum ada wacana mengirimkan pemain-pemain Indonesia berlatih di Negeri Kincir Angin.

“Sepak bola dan futsal perempuan Belanda levelnya sudah jauh. Pemain-pemain kita belum siap untuk dikirim atau berlatih di sana,” ujar pelatih yang mendapat sanjungan dari eks pemain Arsenal Women, Anouk Hoogendijk, karena kemampuan motivasinya kepada anak-anak ini saat menutup wawancara Rabu sore.