David de Gea, penjaga gawang Manchester United berhasil menjadi kunci kemenangan The Red Devils atas tuan rumah Tottenham Hotspur dengan skor 0-1 di pekan ke-22 Liga Primer Inggris.
Satu-satunya gol yang membuat Manchester United meraih kemenangan di laga yang dilangsungkan di Wembley Stadium itu, diciptakan penyerang muda Marcus Rashford pada menit 44. Rashford berhasil menaklukkan Hugo Lloris setelah mendapat asis dari Paul Pogba.
Kemenangan atas Spurs ini merupakan kemenangan keenam secara berturut-turut yang diraih Manchester United setelah dilatih oleh Ole Gunnar Solskjaer. Lima kemenangan di Liga Primer Inggris dan satu kemenangan di babak ketiga Piala FA.
Kemenangan atas The Lilywhites ini juga kembali membuka peluang Ashley Young dan kawan-kawan untuk bisa finis di zona Liga Champions di musim ini. Manchester United kini sudah bisa menyamakan jumlah poin Arsenal di peringkat kelima, dan hanya tersisa selisih 6 poin dengan Chelsea di peringkat keempat.
Melihat performa apik anak-anak asuhan Solskjaer di lima laga terakhirnya di Liga Primer Inggris, impian untuk finis di peringkat empat besar diperkirakan akan sangat mungkin untuk direalisasikan.
Selain gol Marcus Rashford, asis Paul Pogba dan strategi cerdas Ole Gunnar Solskjaer, tokoh yang menjadi pemeran utama dalam mengalahkan Tottenham Hotspur adalah sang penjaga gawang, David de Gea.
de Gea berhasil melakukan 11 penyelamatan dalam laga kontra Tottenham, yang 8 di antaranya penyelamatan gemilang (super saves). Menariknya lagi, dari 11 penyelamatan itu 7 di antaranya dengan menggunakan kaki, bukan tangan seperti yang biasanya dilakukan seorang kiper.
Kedua kaki de Gea bereaksi sangat cepat untuk menutup celah dari tendangan bola datar lawan yang sering menjadi titik lemah seorang penjaga gawang. Kalau biasanya seorang kiper tetap memaksakan diri untuk menjatuhkan badan untuk menutupi ruang, tetapi De Gea lebih mengandalkan kedua kakinya untuk menutup ruang tersebut.
Secara hukum fisika, penyelamatan dengan mengunakan kedua kakinya (tidak dengan menjatuhkan badan) ternyata lebih cerdas. Waktu yang dibutuhkan seorang kiper dengan menjatuhkan diri untuk menutupi ruang di sekitar kaki akan lebih lama dari waktu yang dibutuhkan bola untuk melewati kiper tersebut.
Atau dengan kata lain, kiper yang mengandalkan tangan atau tubuh untuk menyelamatkan bola datar di sekitar kakinya, sering kalah cepat dari datangnya bola.
David de Gea bisa menutupi semua itu dengan mengandalkan kecepatan kedua kakinya. Tentunya tidak semua kiper dianugerahi kecepatan kaki seperti itu. Bahkan bagi penjaga gawang terbaik Piala Dunia 2018, Thibaut Courtois, bola datar di sekitar kedua kakinya itu adalah kelemahannya yang sering menjadi sasaran penyerang lawan. Beberapa kali penjaga gawang Real Madrid ini jadi bahan olok-olok karena dikolongi oleh bola datar penyerang lawan.
David de Gea yang musim lalu tampil sbeagai penjaga gawang terbaik Liga Primer Inggris. Kalau melihat performanya setelah kedatangan Solskjaer, bisa dikatakan kiper timnas Spanyol ini akan kembali menjadi kandidat terkuat penjaga gawang terbaik musim ini.
Tidak saja kesigapan kedua tangannya, tetapi kecepatan kedua kakinya, menjadikan sosok David De Gea bagaikan sebuah dinding tembok yang sangat kokoh menutupi gawang Manchester United.