Suara Pembaca

Antara Blackpool, Football Manager, dan Memori Keduanya

Blackpool nama yang bisa jadi tak terlalu familiar di telinga penggemar Liga Primer Inggris di Indonesia. Tim berjuluk The Tangerines ini terakhir kali berlaga di kasta tertinggi musim 2010/2011.

Perjalanan tim ini memang lebih sering dihabiskan di level bawah Liga Inggris. Bahkan musim 2010/2011 menjadi kali pertama setelah musim 1970/1971 mereka mencicipi level utama. Sayangnya, memang di kedua musim tersebut, Blackpool langsung terdegradasi di musim selanjutnya.

Prestasi Blackpool tidak terlalu mentereng tapi tetap memiliki sejumlah prestasi unik. Blackpool menjadi tim tersukses dalam promosi ke level atas kompetisi Football League lewat jalur play-off.

Lalu pada level individu, legenda Blackpool, Sir Stanley Matthews, merupakan peraih pertama penghargaan pemain sepak bola terbaik Ballon D’Or.

Blackpool juga mengirim beberapa pemainnya ke tim nasional, termasuk Jimmy Armfield dan Alan Ball. Keduanya turut mengantar Inggris juara Piala Dunia 1966.

Perkenalan dengan Blackpool

Penulis pertama kali mengenal Blackpool beberapa tahun sebelum klub ini tampil di layar kaca siaran langsung Liga Primer Inggris. Tepatnya ketika permainan simulasi Football Manager (FM) mulai penulis kenal. Entah bagaimana prosesnya, tapi Blackpool lalu ditangani.

Itu ketika Blackpool masih berlaga di Divison Two (Sekarang League One). Ketika menangani Blackpool itu beberapa nama sempat “dilatih”. Misalnya Fredy Adu dari Amerika Serikat yang masih menjadi wonderkid awal millenium kedua. Zlatko Zahovic salah satu legenda Slovenia tengah berada di ujung karier permainannya.

Baca juga: Tujuh Wonderkid Piala Dunia yang Gagal Setelah Dipinang Klub Besar

Pemain lain yang direkrut di FM (versi tahun berikutnya) adalah Stephen Crainey. Sementara di jajaran pemain ‘asli’ Blackpool (sudah ada di Blackpool ketika FM dimainkan), yang diingat antara lain Keith Southern dan Danny Coid. Keduanya pun kelak bertahan lama cukup di klub. Coid malah hampir menjadi one-club man untuk Blackpool meski akhirnya pindah menjelang akhir karier.

Sayang perjalanan Blackpool di Liga Primer Inggris hanya semusim berlangsung. Sempat menjanjikan di paruh pertama, tetapi Blackpool merosot di sisa musim 2010/2011. Pada akhirnya memang Blackpool kembali terdegradasi ke Divisi Championship tanpa mampu bertahan lebih lama.

Hal yang juga terjadi musim 1970/1971. Ketika itu Blackpool yang juga baru promosi hanya bertahan semusim di divisi teratas untuk kemudian terdegradasi.

Beberapa pemain utama lalu pergi seperti kapten Charlie Adams ke Liverpool dan David Vaughan ke Sunderland. Sebagian bertahan termasuk Stephen Crainey. Sementara itu manajer Ian Holloway, yang juga membawa Blackpool ke Liga Primer Inggris masih tetap dipercaya memimpin lagi dari Championship.

Baca juga: Dear Liverpool, Maafkan Kami yang Dulu

Namun upaya untuk naik lagi ke kasta teratas gagal pada final play-off pada musim berikutnya. Ian Holloway tak lama berselang pergi dari Blackpool (sempat kembali ke Liga Primer Inggris lewat Crystal Palace, meski tak berjalan sukses).

Setelah itu Blackpool limbung. Terjadi kekisruhan pada level manajeman atas. Hal itu merembet ke tim. Blackpool pun turun drastis hingga sempat berlaga di League Two (level empat Liga Inggris). Kini Blackpol ada di League One (level tiga Liga Inggris), setelah memenangi play-off  lagi, sekaligus rekor pemenang play-off tersering.

Football Manager: Fantasi melatih klub dan realita yang ada

FM sendiri terus populer sebagai salah satu permainan simulasi sepak bola terbaik. Tiap tahun selalu ada versi baru yang makin mendekat kenyataan melatih. Namun memang semakin ke sini semaki rumit pola memainkan FM. Penulis pun tak lagi memainkan FM karena memang cukup menyita waktu.

Simulasi FM benar-benar mampu memainkan emosi sehingga merasa seolah-olah benar-benar menganani sebuah tim. FM sekaligus menjadi salah satu cara penulis belajar memahami bahasa Inggris. Hal yang bahkan dimulai dari seri Championship Manager (seri pendahulu FM).

Banyak hal bisa didapat dari FM. Terkadang apa yang terjadi dalam permainan tersebut benar menjadi nyata, meski tak benar-benar mirip secara alur. Blackpool pernah saya bawa promosi ke Division One (sekarang EFL Champiohsip), pada kesempatan kedua mengulang permainan FM.

Baca juga: Jangan Remehkan Gim Football Manager!

Ternyata di dunia nyata malah benar-benar naik dan masuk Liga Primer Inggris. Ketika mendengar itu, serasa seperti mimpi yang menjadi nyata. Ada harapan agar Blackpool lama di Liga Primer Inggirs. Meski hal itu belum tercapai akhirnya.

Lalu diantara pemain yang pernah ditangani, menjadi beberapa cerita tersendiri dari FM. Crainey kemudian benar-benar bergabung Blackpool. Ketika melihat Blackpool bermain di televisi, ada rasa bercampur melihat Crainey bermain. Ia malah cukup lama bermain di Blackpool.

Zahovic belum pernah terdengar mendekat ke Blackpool. Sementara Adu (yang tak lagi menjadi wonderkid) sempat trial di Blackpol tapi gagal mendapat kontrak permanen. Southern dan Coid yang masih ada di Blackpool ketika berlaga di Liga Primer Inggirs, tapi penulis tak sempat melihat keduanya bermain langsung seperti ketika seolah memainkan keduanya di FM.

Blackpool bisa jadi salah satu tim yang paling sering dipakai selain Manchester United dan tim nasional Inggris (meski FM selalu saya hapus ketika terasa terlalu menjadi candu). Maka menyaksikan Blackpool di layar kaca menjadi sedikit haru terasa.

Kabar tentang Blackpool sering saya ikuti via media sosial klub atau kabar dari media Inggris. Hal itu dimulai setelah mulai mengenal Blackpool lewat FM. Hingga kini media sosial klub masih sering terlihat di beranda linimasa, dan semoga kelak mampu masuk dan bertahan lama di level teratas.