Rasanya, hampir semua pembaca Football Tribe Indonesia pernah memainkan gim Football Manager, betul begitu?
Football Manager adalah gim simulasi sepak bola, namun jangan samakan gim ini dengan seri FIFA atau Pro Evolution Soccer (PES). Sesuai dengan namanya, Football Manager (FM) membuat kita merasakan bagaimana menjadi manajer sepak bola.
Baca juga: Membedah Fitur Baru di Trailer FIFA 18 dan PES 2018, Siapa Unggul?
Kita bisa merasakan betapa sulitnya untuk meracik taktik yang pas, melakukan kegiatan transfer yang terkadang membuat jengkel, atau menjaga mood pemain-pemain tim asuhan kita untuk tetap baik. Meskipun FIFA dan PES juga memiliki mode manager, di FM penerapannya jauh lebih kompleks, apabila rumit bukan kata yang tepat.
Karena begitu kompleks tersebut, FM justru menjadi gim yang begitu digandrungi, bukan hanya oleh orang awam, namun juga oleh pelakon sepak bola. Untuk para praktisi sepak bola, bermain FM mungkin hanya sekadar untuk membunuh waktu, namun bagi orang awam, termasuk kita, FM bisa menjadi sarana tersendiri untuk belajar banyak hal tentang sepak bola.
Aspek taktikal menjadi hal yang paling krusial ketika bermain gim yang satu ini. Jika PES atau FIFA sangat bergantung kepada kemampuan si pemain saat memegang joystick, FM mengharuskan sang pemainnya untuk secara jeli menerapkan taktik. Sebagian orang mungkin memilih untuk mengunduh taktik-taktik yang sudah tersedia di beberapa website untuk diterapkan di timnya, namun kebanyakan memilih untuk bereksperimen menyoal taktik dan skema permainan yang akan ia terapkan untuk timnya.
Selain tentunya hal ini mengasyikkan, pengaturan taktik ketika bermain FM membuat pemainnya mendapat banyak pengetahuan tentang pengaturan taktik sepak bola, yang ternyata sama sekali tidak mudah.
Tak hanya sekadar mengatur formasi di lapangan, namun juga mengatur instruksi tim, bagaimana ketika menyerang, bagaimana menjaga kohesi tim di atas lapangan, operan dan umpan silang seperti apakah yang menjadi preferensi, dalam atau tinggikah lini pertahanan yang diterapkan, dan masih banyak lagi. Belum lagi mengatur eksekusi bola mati (set-pieces), mulai dari tendangan penjuru, sampai ke lemparan ke dalam. Dari sini, kita bisa paham tentang bagaimana cara kerja satu skema dan instruksi taktik yang diterapkan di dunia nyata.
Tak hanya selesai di situ, kita juga mesti memilih peran apa yang akan pemain kita jalani sesuai posisinya. Begitu banyak pilihan peran untuk kiper, pemain bertahan, pemain tengah, pemain sayap, dan tentunya penyerang, yang harus kita tentukan bagi pemain kita sebelum pertandingan dimulai.
Untungnya, FM memiliki penjelasan dari tiap-tiap peran itu, sekaligus atribut apa yang dibutuhkan untuk memaksimalkan satu peran tertentu bagi satu pemain. Melalui penjelasan ini, kita dapat mengetahui, misalnya, apa itu false nine atau regista, dan atribut apa yang dibutuhkan bagi satu pemain untuk dapat memainkan dua peran tersebut.
Dari segi taktikal saja, sudah banyak hal yang dapat kita pahami melalui FM. Menonton sepak bola di layar kaca pun tentu menjadi lebih menyenangkan ketika kita mampu tahu instruksi apa yang diterapkan oleh sebuah tim di lapangan. Namun, tentunya, bukan hanya persoalan taktik saja yang membuat gim ini begitu edukatif.
Saya yakin, pembaca sekalian pasti banyak yang mengetahui tentang peraturan homegrown dari gim yang satu ini, bukan? Selain mengenai regulasi, ada juga tentang lika-liku rumitnya transfer pemain, seperti bervariasinya jenis-jenis klausul, fakta bahwa pembayaran satu pemain dapat dicicil, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini, bisa jadi diketahui melalui gim ciptaan Sports Interactive ini.
Menerapkan ujar-ujar learning by doing, belajar dengan melakukan, FM menjadi medium yang tepat untuk memahami lebih jauh tentang sepak bola, karena kita melakukan apa yang manajer sepak bola lakukan saat mengatur timnya, meski tentu tidak serumit aslinya.
Kita juga jadi dapat menghargai, bahwa pekerjaan sebagai manajer tim sepak bola adalah pekerjaan yang luar biasa sulit. Bermain FM saja terkadang sudah membuat pusing kepala, bagaimana dengan aslinya, menjadi pelatih sebuah kesebelasan di dunia nyata yang penuh tekanan nyata.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali meremehkan FM, dengan menyebut permainan ini hanya sekadar gim biasa. Janganlah mencela orang yang menggunakan FM sebagai media untuk belajar tentang taktik sepak bola. Manajer sekelas Andre Villas Boas dan Ole Gunnar Solksjaer saja menggunakan gim ini untuk mengasah dan mempersiapkan diri di dunia sesungguhnya, yang juga berarti menunjukkan bahwa gim ini memiliki pengaruh yang tak kecil bagi para pemainnya.
Database yang dimiliki FM bahkan sempat dibeli oleh beberapa klub, salah satunya Everton, demi kepentingan perekrutan pemain. Makanya kawan-kawan pembaca, jangan terlalu sering meremehkan gim Football Manager.
Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket