Berita Nasional

Robert Rene Alberts Ajak Media Perangi Isu Pengaturan Skor

Raut wajah muram dan tegang sepanjang laga hingga masuk ke ruang konferensi pers mendadak berubah. Ada senyum tipis di wajah Robert Rene Alberts usai laga kontra Bhayangkara Senin (3/12) malam WIB. Itulah ekspresi satir yang muncul dari wajahnya saat ditanya tentang pengaturan skor.

Sosok pelatih kelahiran Amsterdam 64 tahun silam ini memang dikenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos dalam berkomentar. Tak hanya saat di wawancarai oleh media, eks pelatih yang berhasil mengatar Arema Malang juara Liga Indonesia 2009-2010 ini juga kerap melancarkan saran dan kritiknya di dalam sepak bola Indonesia melalui akun instagramnya.

 

Baca Juga: Bhayangkara FC vs PSM Makassar: Tentang Hasil Seri Dan Perburuan Gelar

 

Pria berkacamata itu ditemani penerjemahnya, Roy, saat melakukan konferensi pers pasca laga dan sesekali terlihat beberapa kali mengusap wajahnya. Peluh bercampur air hujan dan mungkin juga tangis bercampur tak bisa ditutupi. Kekecewaan jelas meliputi wajahnya.

“Ya saya bangga dengan kedua tim, terlebih pemain-pemain saya. Kedua tim berusaha untuk menang malam ini. Apalagi di 20 menit terakhir ada dua kartu merah (untuk Elio Martins dan Hasyim Kipuw) Saya bangga mereka tetap bisa menghadapi tekanan,” buka Rene Alberts dalam pernyataan pasca pertandingan versus Bhayangkara FC.

Pelatih yang identik menggunakan topi baik di dalam maupun luar lapangan itu juga sempat mengkritik beberapa keputusan wasit yang patut dipertanyakan. Bahkan ia sampai mengomentari kinerja sejumlah wasit yang berlaga di pekan krusial ini.

“Katanya di pertandingan lain (Bali United versus Persija Jakarta) wasit menyudahinya tanpa sebab, tanpa extra-time. Sekarang kami hanya diberi 2 menit tambahan waktu, harusnya bisa lebih lama.”

Rene Alberts yang ditemani Hendra Wijaya sebagai perwakilan pemain dalam konferensi pers pasca laga mengaku tetap optimis untuk mengejar gelar juara meski saat ini terpaut satu poin dengan pemuncak klasemen, Persija. Secara khusus Alberts yang semasa bermain berposisi sebagai gelandang ini memuji penampilan kiper muda, Hilmansyah.

“Hilmansyah sangat bagus, dan sampai hari ini saya masih dibuat terkejut dengan penampilannya. Apalagi kita satu-satunya tim yang memainkan kiper U-19 di Piala Presiden lalu,” tutupnya memuji kiper muda yang mulai menjadi andalan Juku Eja.

 

Pengaturan Skor, Isu Yang Membuat Gerah Semua Pihak

Malam di Jakarta tetap panas meski diguyur hujan seharian. Teriakan “Mafia, Mafia!” yang membahana dari sisi kiri tribun yang dipadati sejumlah suporter PSM Makassar kerap terdengar acap kali sang pengadil lapangan membuat keputusan kontroversial.

Teriakan tersebut terdengar lebih keras saat menjelang akhir laga, dimana sejumlah suporter dari tribun kanan berteriak “Juara, Juara!” Wajar jika suporter Juku Eja kecewa, tangis pecah baik di dalam maupun di luar lapangan terutama dari para suporter perempuan.

Apalagi tidak semua suporter PSM dapat masuk menyaksikan Wiljan Pluim dan kawan-kawan berlaga. Pasalnya hingga sepak-mula dilakukan, ada sejumlah penonton yang tidak kebagian tiket meski mereka sudah datang dari sore hari. Bahkan diantaranya memaksa masuk dengan melewati pagar pintu-pintu masuk stadion PTIK. Ya inilah realita yang terjadi di hadapan mata dan telinga saya selama lebih kurang 4 jam di kawasan stadion.

Isu pengaturan skor dan mafia sepak bola kembali naik ke permukaan dan di perbincangkan khalayak akhir-akhir ini. Robert Rene Alberts pun punya tanggapan sendiri tentang pengaturan skor saat ditanya seorang wartawan dalam sesi tanya jawab pasca laga.

 

Baca Juga: 3 Kronik Suram Mafia dan Sepak Bola

 

“Jangan tanyakan pengaturan skor itu pada saya, lakukan tugasmu sebagai seorang wartawan. Saya banyak baca berita sebelum pertandingan ini, orang-orang juga berkomentar bahwa Roberts Rene Alberts juga tahu (isu pengaturan skor) di Malaysia dan Singapura. Tapi saya katakan di Indonesia ini berbeda. Ada banyak yang terlibat di dalamnya.”

Robert bahkan mendorong para awak media untuk terus menyuarakan dan mengangkat isu-isu semacam ini, “Kalau saya jadi wartawan akan saya tulis itu baik-baik dan saya korek semuanya. Ini judul yang bagus dan semua orang mau baca berita ini.”

Dukungan moriil dari Robert Rene Alberts ini setidaknya akan memberikan semangat bagi para pewarta untuk menyuarakan kebenaran. Terlebih sembari bercanda dan keluar dari ruang konferensi pers ia mengatakan bahwa  kalau wartawan ingin bukti (tentang pengaturan skor) ia bisa saja memberikannya. “Tapi saya tidak bisa bicara di sini. Ini out of record ya.”

Ewako, coach Robert. Bagus!