Belum reda angin ribut di jagad maya soal denda yang dinilai berlebihan kepada Persib Bandung, kali ini kondisi sepak bola nasional kembali tertimpa bencana, menyusul kejadian tak mengenakkan di laga lanjutan pekan 24 Liga 1 2018.
Selepas wasit Dodi Setia Purnama meniup peluit, euforia kemenangan tipis tuan rumah Singo Edan atas Bajul Ijo berubah drastis. Suasana mencekam meliputi Stadion Kanjuruhan yang disulap menjadi medan tempur oleh sekumpulan Aremania.
Chaos yang terjadi di Stadion Kanjuruhan dalam laga bertajuk Derbi Jawa Timur antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya pada Sabtu (6/10) sore, sekaligus menjadi ujian konsistensi Komdis untuk menegakkan hukum di lapangan hijau.
Mirisnya, lawan yang dihadapi sejumlah oknum Aremania tak sebanding. Bukan Bonek yang tak jadi datang ke Malang, melainkan para ofisial dan pemain Persebaya Surabaya yang jadi bulan-bulanan keganasan suporter tuan rumah, baik secara fisik maupun verbal.
Sesaat sebelum sepak-mula dilakukan, aksi fair-play sudah dinodai oknum Aremania, ketika announcer meminta mereka ikut mengheningkan cipta untuk Haringga Sirla, juga korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, mereka tidak berhenti bernyanyi bahkan yel-yel berisi ujaran kebencian semakin kencang terdengar.
Fanatisme yang membabi-buta, seolah mereka lupa hilangnya nyawa Haringga Sirla dan ribuan korban gempa di Palu beberapa waktu silam! Yel-yel semacam itu bahkan masih bergaung ketika laga amal yang dipersembahkan untuk Haringga digelar di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu. Tempat di mana ikrar damai antar suporter klub Liga 1 juga dibuat di stadion berkapasitas 40.000 penonton itu.
Tak berhenti di situ saja, dua penggawa Persebaya, Alfonsius Kelvan dan Robertino Pugliara, juga mendapat intimidasi dari beberapa Aremania yang masuk ke lapangan saat jeda babak pertama. Keduanya yang tengah melakukan pemanasan disambut dengan gestur membanting uang oleh oknum Aremania tersebut, bahkan Kelvan sempat terlibat adu mulut dan saling dorong dengan mereka.
Beberapa saksi mata sempat melihat ada oknum Aremania yang buang air kecil di tiang gawang yang akan dipakai tim Persebaya. Puncaknya adalah chaos yang terjadi seusai laga, di mana ribuan Aremania yang memadati stadion turun ke lapangan, bahkan ada oknum yang terlihat merobek bendera Persebaya.
Di akhir laga tim tamu kemudian disambut dengan hujan botol minuman yang dilempar para Aremania. Asap merah yang membubung tinggi dari flare yang mereka nyalakan semakin menambah kelamnya suasana di salah satu sudut Kabupaten Malang.
Sayangnya, seluruh aksi tersebut terekam jelas dan disiarkan ke seluruh penjuru Indonesia melalui siaran langsung, yang sudah pasti akan semakin membuat tatapan nanar ke wajah sepak bola Indonesia bertambah.