Rapat dewan AFF pada 25 Agustus lalu menelurkan satu terobosan baru. Akan ada Piala AFF U-22, dan kejuaraan itu bakal diselenggarakan mulai tahun 2019. Kamboja menjadi negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah pertama.
Namun untuk bulan atau tanggal pasti penyelenggaraannya, AFF belum bisa memutuskan. Opsinya ada dua, antara sebelum atau sesudah SEA Games 2019 yang diselenggarakan di Filipina.
Khusus bagi Indonesia, untuk mengikuti Piala AFF U-22 dibutuhkan perombakan besar di tim nasional. Sebab, sebagian besar penggawa di Asian Games 2018 akan melewati batas usia 22 tahun pada 2019.
Sebagai contoh di lini belakang, hanya ada Andy Setyo (20 tahun) dan Bagas Adi Nugroho (21 tahun) yang tahun depan belum melewati umur 22 tahun. Kemudian di posisi kiper tinggal menyisakan Awan Setho (21 tahun), dan Satria Tama jika ia masih dipanggil timnas.
Sementara itu di lini tengah, Indonesia akan kehilangan generasi yang menjuarai Piala AFF U-19 2013. Trio Evan Dimas, Hargianto, dan Zulfiandi tahun depan akan menginjak usia 23-24 tahun, yang tentunya tidak bisa diturunkan di Piala AFF U-22. Dua pemain yang mungkin masih bisa tampil adalah Hanif Sjahbandi dan Septian David Maulana. Keduanya sekarang berumur 21 tahun.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah komposisi lini depan. Indonesia sampai detik ini belum memiliki penyerang kategori U-22 dengan kualitas mumpuni, bahkan di Asian Games 2018 sampai harus menggunakan jasa Beto Goncalves sebagai pemain senior naturalisasi.
Opsi terbaik sementara ini adalah Saddil Ramdani yang belum genap berkepala dua, itupun ia berposisi penyerang sayap. Untuk penyerang tengah memang ada dua nama populer yakni Ezra Walian (20 tahun) dan Egy Maulana Vikri (18 tahun) tapi sebaiknya kita tidak terlalu berharap, karena belum tentu mereka dilepas klubnya.
Lalu bagaimana jika memanggil Bagus Kahfi yang tampil gemilang di Piala AFF U-16? Tidak menutup kemungkinan ia mendapat panggilan ke timnas U-22, tapi juga tidak bisa dibebani ekspektasi yang tinggi karena usia yang masih sangat belia.
Giatkan pemain muda di liga
Tahun depan Indonesia akan ditinggal sejumlah besar angkatan pemain U-23 yang tampil di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Artinya, timnas Garuda Muda akan memasuki era baru dengan para pemain baru. Sayangnya, saat ini belum terlihat pemain mana yang berpotensi menjadi andalan di Timnas U-22 tahun depan.
Persoalan ini sebelumnya juga pernah dihadapi Indonesia jelang SEA Games 2017. Minimnya jumlah pemain U-22 yang cukup menit bermain di klubnya, kemudian membuat PSSI dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) membuat regulasi anyar dengan mewajibkan seluruh tim Liga 1 memainkan pemain U-23 sebagai starter.
Regulasi tersebut kemudian berhasil. Ada banyak pemain muda yang meroket seperti Rezaldi Hehanussa, Hanif Sjahbandi, Febri Hariyadi, Osvaldo Haay, hingga Marinus Wanewar. Itu menunjukkan bahwa jika klub berani memberikan porsi bermain pada pemain muda, akan ada banyak bakat besar yang terus berkembang.
Langkah serupa mungkin bisa kembali diterapkan jelang Piala AFF U-22. Memang akan menimbulkan pro dan kontra, juga bakal ada efek negatifnya bagi beberapa klub. Tapi jika kesadaran untuk memainkan pemain muda masih belum dimiliki klub, maka harus ada peraturan yang “memaksa” untuk melakukannya.
Timnas junior Indonesia terus menyabet prestasi dan hasil membanggakan. Sebagian besar skuat juara tersebut kemudian menjadi tulang punggung di kategori usia selanjutnya. Jika trofi juara bisa disabet di Piala AFF U-22 2019, bukan tak mungkin kita akan memiliki calon generasi juara di Piala AFF senior.