Cerita

Menanti Kiprah ‘Skuat Portugal’ Wolverhampton Wanderers di Liga Primer Inggris

Pada musim 2012/2013 wajah Newcastle United mendadak berubah. Aroma Prancis begitu terasa di dalam tubuh klub yang bermarkas di St. James Park Stadium tersebut. Total ada sembilan nama Frenchmen yang berada di bawah komando Alan Pardew pada musim itu. Sontak julukan klub The Toon Army di musim itu, sempat diplesetkan menjadi Le Toons Army agar lebih bernuansa Prancis.

Langkah ini kemudian ditiru oleh klub promosi Wolverhampton Wanderers enam tahun kemudian, yang menghadirkan sembilan pemain asal Portugal di Liga Primer Inggris 2018/2019.

Di musim 2011/2012 dengan lima Frenchmen di kubu Newcastle United, Alan Pardew berhasil membawa The Magpies finis di posisi kelima Liga Primer Inggris. Hal itu yang nampaknya membuat Pardew girang dengan skuat racikannya. Ia pun menambah beberapa pemain Prancis lagi ke St. James Park di musim 2012/2013.

Yoan Gouffran, Moussa Sissoko, Romain Amalfitano, Mapou Yanga-Mbiwa, Massadio Haidara, dan Mathieu Debuchy, menambah pekatnya aroma Prancis di tubuh Newcastle yang musim sebelumnya sudah dihuni Hatem Ben Arfa, Yohan Cabaye, Sylvian Marveaux, dan Gabriel Obertan (minus Mehdi Abeid yang hijrah ke Liga Skotlandia di musim dingin 2011/2012).

Banyaknya pemain Prancis di tubuh Newcastle United membuat mereka perkasa di Liga Europa, yang notabene menjadi kompetisi kasta kedua antarklub Eropa. Newcastle saat itu berhasil melaju hingga babak perempat-final Liga Europa 2012/2013, setelah langkahnya dihentikan Benfica.

Namun, hal terbalik justru terjadi di kompetisi lokal. Anak asuh Alan Pardew hanya menempati posisi ke-16 di Liga Primer Inggris. Meski demikian, Newcastle tak berhenti mengoleksi pemain-pemain Prancis di musim-musim berikutnya. Sebut saja Loic Remy, Oliver Kemen, Florian Thauvin, dan beberapa pemain Prancis lainnya yang sempat singgah di stadion yang kini bernama SportDirect Arena.

 

Nuno Espirito Santo, sang penyambung lidah

Enam tahun kemudian, Wolverhampton Wanderers yang resmi kembali ke Liga Primer menghadirkan roman serupa di musim 2018/2019. Pertanyaannya, bisakah mereka meraih sukses di Liga Primer Inggris sembari mengulang kesuksesan Le Toon Army melenggang jauh di kompetisi antarklub Eropa?

Boleh jadi kesulitan utama Newcastle dari pekatnya aroma Prancis di tubuh mereka adalah faktor komunikasi. Komunikasi antara Alan Pardew, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, dengan sebagian besar pemain utama mereka tiap pekan, yang berbahasa Prancis, mungkin adalah kendala utama.

Beruntung bagi Wolves, mereka memiliki sosok Nuno Espirito Santo yang rela turun kelas untuk menangani tim yang bermain di divisi Championship pada musim 2016/2017 ini.

Pelatih yang sekilas mirip Laurence Fishburne di film Matrix ini sebelumnya menukangi dua tim elite Eropa, FC Porto dan Valencia, sebelum menjejakkan kakinya di Stadion Molineux, kandang Wolverhampton. Ia kemudian berhasil membawa Wolverhampton kembali ke kasta tertinggi sepak bola Inggris, dalam waktu dua tahun saja

Nuno tak menyia-nyiakan gelontoran dana melimpah dari sang presiden klub, Jeff Shi, dalam pembelian pemain yang efektif, seperti Ivan Cavaleiro dan Romain Saiss di musim perdananya. Hal tersebut dilanjutkan di musim kedua Nuno dengan semakin menghadirkan nuansa Portugal di ruang ganti.

Diogo Jota, Ruben Neves, Ruben Vinagre, dan Roderick Miranda menjadi nama-nama yang turut menjadi aktor utama superioritas Wolves di Divisi Championship 2017/2018. Nuno dan mayoritas pemain yang memiliki bahasa ibu yang sama tentu tak kesulitan berkomunikasi di ruang ganti. Selain fakta bahwa para pemain yang didatangkan juga memiliki kualitas di atas rata-rata pemain lain di Divisi Championship.

Bukan mendatangkan ekspatriat sembarangan

Nuno kembali menunjukkan kecerdasannya dalam pembelian pemain di bursa transfer musim panas kali ini. Kehilangan sosok Carl Ikeme sejak pertengahan musim lalu akibat leukimia, dan kemudian menyatakan diri pensiun di musim ini, membuat ia berusaha mendatangkan sosok kiper baru untuk Wolves.

Di luar dugaan, sosok yang didatangkan Nuno ternyata adalah eks penjaga gawang Sporting Lisbon dan juga kiper nomor satu timnas Portugal sekarang, Rui Patricio. Andai (nantinya) transfer Patricio terus dipermasalahkan pihak Sporting pun, masih ada sosok kiper senior Inggris, John Ruddy, sebagai penjaga gawang utama.

Di lini tengah, Diogo Jota dan Ruben Neves yang menjadi motor serangan Wolves tentunya akan kegirangan dengan hadirnya sosok Joao Moutinho sebagai kompatriot mereka. Moutinho sendiri sempat menjadi primadona bursa transfer beberapa musim lalu saat datang ke AS Monaco, tim yang kemudian melegonya ke Wolverhampton.

Kehadiran dua penggawa timnas Portugal di Piala Dunia 2018 ini jelas semakin menambah pekatnya warna Portugal sekaligus kualitas di klub yang kini dapat kita beri julukan Os Lobos (Serigala, dalam Bahasa Portugal). Jadi, apakah upaya Portugal-isasi Wolverhampton akan membuahkan hasil di Liga Primer Inggris?