Sriwijaya, kerajaan asal Sumatera Selatan yang pernah berjaya beberapa abad lalu, harus runtuh dalam waktu singkat. Penyebabnya adalah melemahnya perekonomian akibat semakin sedikit para pedagang yang singgah di wilayah mereka, dan melemahnya armada perang yang berakibat langsung pada lepasnya beberapa wilayah kekuasaan.
Beralih ke tahun ini, Sriwijaya FC, klub sepak bola asal Sumatera Selatan yang juga pernah berjaya dengan dua gelar juara Liga Indonesia, tiba-tiba terguncang, bila tidak bisa dikatakan hampir ambruk. Permasalahannya tidak jauh berbeda, yakni keuangan klub yang melemah.
Persoalan ini sudah mulai terbaca sejak beberapa bulan lalu banyak pemberitaan mengenai keterlambatan gaji yang dialami para pemain. Dampaknya, menjelang dimulainya putaran kedua, Sriwijaya FC secara resmi melepas sejumlah penggawa mereka.
Nama-nama seperti Hamka Hamzah, Mahamadou N’Diaye, Alfin Tuasalamony, Novan Setya Sasongko, Bio Paulin, Makan Konate, Rachmad Hidayat, Patrich Wanggai, dan Adam Alis, yang mayoritas adalah pilar utama musim ini, memutuskan angkat kaki dari Palembang.
Jika dulu yang diuntungkan dari runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang mendapat wilayah kekuasaan, sekarang peristiwa serupa terulang kembali. Yang diuntungkan dari terguncangnya Sriwijaya FC adalah klub-klub pesaingnya di Go-Jek Liga 1 2018. Mereka berlomba mengamankan tanda tangan pemain Sriwijaya FC yang dilepas, untuk menjadi tambahan kekuatan mengarungi putaran kedua.
Bali United berhasil mendaratkan Novan Setya Sasongko dan Mahamadou N’Diaye, untuk memperkuat lini pertahan mereka yang rapuh di putan pertama. Khusus bagi N’Diaye, ia sekaligus menambal tempat Ahn Byung-keon yang mengalami cedera bahu, dan Demerson Bruno yang cedera panjang.
Kemudian Persib Bandung akhirnya benar-benar mendatangkan Patrich Wanggai, meski diiringi pro dan kontra di kalangan suporternya. Sementara itu Adam Alis memilih pulang ke Jakarta, tapi bukan ke Persija. Ia menerima tawaran bergabung dari Bhayangkara FC sang juara bertahan.
Untuk klub yang paling diuntungkan, Arema FC sangat layak masuk di kategori tersebut. Ada tiga mantan pemain Laskar Wong Kito yang bergabung dengan Singo Edan. Hamka Hamzah, Alfin Tuasalamony, dan Makan Konate, menjadi tambahan kekuatan sekaligus harapan mendongkrak peringkat klub asal Malang tersebut di putaran kedua.
Alfin bertugas mengisi posisi yang ditinggal Syaiful Indra Cahya, sedangkan Konate menggantikan slot pemain asing di lini tengah, yang sebelumnya ditempati Balsa Bozovic. Kemudian kembalinya Hamka yang merupakan pilar lini belakang Arema FC di Torabika Soccer Championship (TSC) A 2016, diharapkan dapat menjadi tandem sepadan bagi Arthur Cunha, mengingat tipisnya stok bek tengah berkualitas usai digesernya Bagas Adi Nugroho ke bek kiri.
Hasil rekrutan tiga pemain tersebut pun langsung terlihat di dua laga terakhir Arema FC, saat menghadapi PS Tira dan Sriwijaya FC. Alfin sukses mengukir satu asis di laga kontra PS Tira yang berkesudahan 2-2, sedangkan saat bertamu ke Stadion Sriwijaya Jakabaring Palembang, para pemain buangan Sriwijaya FC itu turut berkontribusi dalam kemenangan 3-0 skuat asuhan Milan Petrovic.
Usai badai yang menerpa armada Sriwijaya FC, patut dinanti bagaimana kiprah mereka di putaran kedua Liga 1. Sebab, dari dua laga setelah kehilangan sejumlah pemain utama, mereka harus menelan dua kekalahan beruntun dengan skor 3-0, masing-masing dari Mitra Kukar (tandang) dan Arema FC (kandang).
Ditambah lagi mereka harus terusir dari kandang sendiri karena aksi anarkis suporter usai laga melawan Arema FC, yang melempar sekitar 300 bangku penonton dari tribun. Plus motivasi pemain yang sangat menurun, terlihat dari sikap Beto Goncalves yang justru asyik mengikat tali sepatu ketika Mitra Kukar mencetak gol kedua.