Isu penunggakan gaji pemain Sriwijaya FC yang merebak sejak awal Juni lalu ternyata lebih serius dari yang diduga. Tak hanya menyebabkan aksi mogok latihan, namun masalah ini merembet sampai hal terburuk, yakni eksodus para pemain bintang Laskar Wong Kito.
Bertepatan dengan masa bursa transfer putaran kedua Liga 1 musim ini, setidaknya terdapat 9 pemain yang akan meninggalkan tim yang bermarkas di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring tersebut. Kondisi ini diperparah dengan turut hengkangnya sang pelatih, Rahmad Darmawan, dan sejumlah asistennya.
9 pemain yang disebut akan hengkang adalah kapten Hamka Hamzah, Mahamadou N’Diaye, Adam Alis, Bio Paulin, Novan Setya Sasongko, Makan Konate, Alfin Tuasalamony, Rachmad Hidayat, dan Patrich Wanggai. Kabar eksodus ini dipastikan cukup akurat sebab 9 nama tersebut diucapkan sendiri oleh Rahmad Darmawan, seperti yang diunggah dalam akun instagram sriwijayastats.
https://www.instagram.com/p/BlJLW5wg1oo/?taken-by=sriwijayastats
Destinasi berikutnya 9 pemain tersebut pun belum ada yang benar-benar resmi. Hanya rumor-rumor yang mengaitkan nama-nama tersebut dengan sejumlah klub. Namun kemungkinan besar mereka tak akan lagi memperkuat Sriwijaya di laga pekan ke-16 melawan Mitra Kukar pada Selasa (17/7) mendatang. Bahkan Rahmad Darmawan pun dipastikan tak akan lagi mendampingi tim.
Sejauh ini, baru ada dua pemain Sriwijaya yang mengumumkan kepergian mereka, yakni kapten Hamka Hamzah dan Adam Alis. Keduanya menggunakan akun instagram masing-masing untuk memberikan pernyataan pahit itu. Lewat serangkaian video yang diunggah di akunnya, Hamka mengucapkan perpisahannya kepada para suporter Sriwijaya. Sementara itu, Adam Alis menggunakan cara yang lebih sederhana, yakni foto tim.
Baik Hamka maupun Adam Alis tak membeberkan alasan apapun terkait kepindahan mereka. Hanya ucapan terima kasih dan doa kepada klub serta suporter yang tertuang dalam pesan tersebut. Namun masalah penunggakan gaji yang tak kunjung reda seolah menyiratkan bahwa memang itulah yang menjadi persoalan utama.
Meski begitu, dilansir dari Sriwijaya Post, Muddai Madang selaku direktur PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) yang menaungi Sriwijaya FC, mengatakan bahwa hal ini bagian dari evaluasi tim. Dibandingkan masalah gaji, ia lebih mengedepankan alasan memberikan kesempatan kepada talenta-talenta muda asli Sumatera Selatan Sementara itu untuk persoalan gaji, ia mengatakan bahwa pihak manajemen akan melunasi semua gaji yang tertunggak tanpa terkecuali.
Kasus yang dialami Sriwijaya ini benar-benar menjadi sorotan. Apalagi muncul desas-desus bahwa kondisi Sriwijaya yang memprihatinkan ini disebabkan presiden klub Sriwijaya, Dodi Reza Alex Noerdin yang memanfaatkan klub sebagai kendaraan politiknya di pemilihan kepala daerah.
Lalu bagaimana peluang Sriwijaya di Liga 1 selepas terjadinya eksodus ini?
Terancam Merosot Jauh di Klasemen
Sejauh ini, laju Sriwijaya di Liga 1 bisa dikatakan baik. Mereka masih bersaing di papan atas klasemen, dengan bercokol di peringkat 3 dan hanya terpaut 4 poin dari Barito Putera yang memuncaki klasemen sementara.
Terjadinya eksodus pemain dan pelatih (beserta stafnya) tentu amat merugikan dari segi teknis. Datangnya pelatih baru membuat para pemain yang ada harus beradaptasi lagi. Prinsip dan cara bermain Sriwijaya selama ini pun, meskipun bisa dipertahankan oleh pelatih baru, tampaknya akan sulit diulang.
Hal ini disebabakan mayoritas pemain yang hengkang adalah pilar utama Sriwijaya selama 15 pekan berlangsungnya Liga 1 2018. Kepergian N’Diaye, Bio Paulin, dan Hamka secara sekaligus akan membuat lini belakang praktis bolong. Tak adanya Novan dan Alfin juga akan membuat Marckho Sandy (yang juga dirumorkan hengkang, namun namanya tak disebut Rahmad) tak punya pelapis maupun tandem sepadan di sisi sayap.
Belum lagi mengingat serangan Sriwijaya juga bergantung pada keberadaan Adam Alis maupun Konate, yang cukup banyak menyumbang asis. Dilepasnya Wanggai juga akan membuat Beto Goncalves kehilangan pelapis yang sewaktu-waktu mampu menjadi supersub.
Dengan alasan memberikan kesempatan kepada talenta-talenta muda lokal serta adanya isu keterlambatan gaji Hamka dan kawan-kawan yang tergolong cukup mahal, bisa diprediksi bahwa para pemain pengganti yang mengisi posisi mereka harganya akan jauh lebih murah, dan oleh sebab itu diperkirakan kualitasnya belum setara dengan mereka yang pindah, bahkan harus diuji lagi.
Jika sudah begini, Sriwijaya terancam mengalami penurunan kualitas dan kedalaman tim, serta kesulitan bersaing dengan tim-tim lain. Apalagi klub-klub besar lainnya sejauh ini tak terkena masalah serupa. Selisih 7 poin saja antara Barito Putera yang memuncaki klasemen sementara saat ini dengan Bali United yang terdampar di peringkat 10 sudah menunjukkan ketatnya persaingan di papan atas. Kalah sekali saja, peringkat bisa merosot jauh.
Jika skuat baru Sriwijaya FC tak bisa menunjukkan performa yang sama baiknya seperti yang dilakukan skuat sebelumnya, jangan heran jika kita melihat nama Sriwijaya FC bercokol di papan tengah (atau mungkin bawah) klasemen akhir Liga 1 2018 nanti.