Piala Dunia tahun ini bukanlah Piala Dunia yang indah untuk tim nasional Jerman. Tanda-tanda kegagalan sebenarnya sudah ada sejak mereka menjalani beberapa laga pemanasan sebelum tampil di Rusia. Seri dari Spanyol, kalah dari Brasil dan juga Austria, lalu menang tipis atas Arab Saudi, adalah sebuah tanda bahwa kekuatan mereka mulai melemah. Tapi tak sedikit orang yang masih berharap dan kecewa karena kepercayaan yang diberikan.
Secara mengejutkan, sang raksasa tumbang di pertandingan pembuka mereka melawan Meksiko. Gol Hirving Lozano sudah cukup membuat mereka tunduk. Melawan Swedia, Der Panzer harus bersusah payah terlebih dahulu dan berkat gol spektakuler Toni Kroos, mereka akhirnya menang. Tapi kejutan kembali menghampiri mereka. Masih punya kesempatan untuk lolos ke fase berikutnya, mereka justru kalah dari Korea Selatan dengan skor 2-0.
Ya, tahun ini memang bukan tahunnya Jerman berkuasa. Saat ini, para pemain mereka mungkin sudah pulang ke rumah masing-masing, menikmati liburan yang terlalu cepat datangnya. Namun, beda sekarang, beda yang dulu, karena tepat di hari ini, empat tahun yang lalu, adalah hari di mana mereka berjaya.
Jerman juga bukan tanpa cela di tahun 2014. Setelah menang empat gol tanpa balas atas Portugal, mereka ditahan imbang oleh Ghana, dan menang tipis 1-0 atas Amerika Serikat di babak penyisihan grup. Di babak 16 besar, Jerman dipaksa bermain sampai babak tambahan oleh Aljazair, tapi untungnya ada André Schürrle dan Mesut Özil yang jadi pahlawan kemenangan.
Selanjutnya, perjalanan pasukan Joachim Löw terasa lebih mulus. Mereka sukses melewati Prancis berkat gol dari Mats Hummels. Semifinal Piala Dunia 2014 juga menjadi momen bersejarah mereka. menghadapi tuan rumah Brasil, Der Panzer melibas lawannya tersebut dengan skor 7-1.
Skuat Jerman dulu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan skuat Jerman sekarang. Namun ada perbedaan yang mencolok di antara dua skuat tersebut. Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah tidak ada nama Mario Götze di skuat Jerman untuk Piala Dunia 2018, dan ternyata itu juga membedakan nasib Jerman di Rusia dibandingkan di Brasil.
Hari itu adalah hari terbaik bagi Götze. Masuk di menit-menit terakhir babak kedua menggantikan Miroslav Klose, tak ada yang tahu bahwa pergantian kedua Der Panzer akan berbuah trofi Piala Dunia, walaupun harus menunggu sampai babak tambahan dijalankan.
Umpan dari Schürrle berhasil dikontrol oleh Götze menggunakan dadanya. Tak perlu berpikir panjang, pemain yang saat masih berseragam Bayern München itu melesatkan tendang voli yang tak mampu ditahan oleh Sergio Romero.
Sejarah pun tercipta dari momen yang menentukan itu. Jerman sukses meraih titel Piala Dunia keempatnya, setelah menjadi yang terbaik di edisi 1954, 1974, dan 1990. Itu juga merupakan puncak prestasi Der Panzer, setelah menjadi runner-up tahun 2002, kemudian meraih peringkat ketiga di 2006 dan 2010.