Cerita

Upaya Liverpool Menghentikan Lelucon dengan Alisson Becker

Naby Keita, Fabinho, dan Xherdan Shaqiri adalah nama-nama baru yang sukses diboyong Liverpool jelang bergulirnya musim kompetisi 2018/2019. Bujet senilai 108 juta paun, The Reds habiskan demi mengamankan jasa ketiganya.

Suporter fanatik dari kesebelasan yang musim kemarin tampil sebagai finalis Liga Champions itu jelas bahagia bukan kepalang. Perekrutan Keita, Fabinho, dan Shaqiri membuktikan bahwa Liverpool ingin memperkuat tim demi performa yang lebih baik di musim anyar.

Kendati demikian, rasa was-was juga masih menggelayuti benak fans, utamanya saat mengetahui jikalau sosok-sosok semisal Loris Karius, dan Simon Mignolet, masih bercokol sebagai opsi utama Jürgen Klopp di bawah mistar gawang.

Dengan status kiper profesional dan punya karier lumayan panjang, keduanya adalah figur yang cukup mumpuni. Sayangnya, baik Karius ataupun Mignolet, selama ini lebih ahli buat menciptakan lelucon demi lelucon alias blunder konyol tanpa akhir sehingga gawang The Reds tidak betul-betul aman saat mereka yang beroleh giliran mengawal.

Gara-gara insiden-insiden komikal itu pula, para pendukung rival gemar mencaci mereka. Situasi ini pun bikin suporter setia Liverpool acapkali geleng-geleng kepala dan jengkel sendiri dengan ulah pandir Karius maupun Mignolet kala beraksi.

Walau begitu, kebutuhan Liverpool akan seorang penjaga gawang dengan skill adiluhung, dengan kualitas yang ada di atas sepasang nama tersebut, guna mencaplok kesuksesan yang lama minggat dari Stadion Anfield sudah sampai di titik didih.

Alasannya simpel saja, buat apa memiliki barisan penyerang hebat sekaligus mengerikan macam Roberto Firmino, Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Shaqiri, kalau jaring gawang mereka masih dihuni oleh Karius dan Mignolet?

Maka dari itu, gerilya manajemen The Reds demi memboyong penjaga gawang asal Brasil kepunyaan AS Roma, Alisson Becker, jadi sesuatu yang amat logis. Performa menawan lelaki berumur 25 tahun semasa memperkuat I Giallorossi memang bikin siapa saja terpikat.

Manakala bermain untuk Brasil di Piala Dunia 2018 pun, Alisson berhasil membuktikan kapasitas apiknya meski Selecao terpaksa pulang lebih cepat usai keok dari tangan Belgia pada babak perempat-final.

Harus diakui oleh pendukung The Reds bahwa Alisson menawarkan sesuatu yang lebih baik dibanding Karius dan Mignolet. Tak sekadar refleks ciamik, konsentrasi, kemampuan membaca permainan atau keberanian untuk berduel sebagai cara menyelamatkan gawang, tapi juga perkara distribusi bola dari bawah.

Seperti yang telah saya paparkan di bagian awal, Karius dan Mignolet bukanlah kiper yang jelek-jelek amat. Akan tetapi, Klopp dengan skema permainan andalannya, perlu figur yang atributnya, terutama soal penggunaan kaki dalam menguasai dan mendistribusikan bola, sangat molek.

Keberadaan Alisson, seolah memberi jaminan bahwa skema kesukaan Klopp akan berjalan lebih mulus. Jika sudah begini, peluang The Reds untuk meraup prestasi tentu semakin tinggi. Dilansir oleh beberapa media kenamaan Eropa, uang senilai 67 juta paun adalah harga yang kudu dibayarkan Liverpool untuk mengangkut sang kiper dari ibu kota Italia.

Nominal itu sendiri bakal menahbiskan Alisson sebagai kiper paling mahal sejagad. Mengungguli biaya yang dikeluarkan Manchester City saat merekrut penjaga gawang Brasil lainnya, Ederson Moraes, dari Benfica pada bursa transfer musim panas 2017 lalu (35 juta paun).

Sukses memboyong Alisson, sudah pasti membuat pendukung Liverpool semringah bukan main. Asa untuk menyudahi sindiran “Next Year Is Ours” bakal membubung ke angkasa.

Namun satu hal yang patut diingat, mereka juga wajib berdoa sepanjang waktu, kalau perlu tanpa henti, supaya penjaga gawang kelahiran Novo Hamburgo itu, tidak kehilangan keistimewaannya secara tiba-tiba akibat sering bergaul dengan Karius dan Mignolet di Melwood, markas latihan The Reds.