Cerita

2018/2019, Musim Penentuan Jose Mourinho di Manchester United

Setelah Piala Duia 2018 usai, sepak bola Eropa kini disibukkan dengan persiapan menjelang musim yang baru. Berbagai klub top mulai melakukan jual beli untuk memperkuat skuatnya jelang musim yang akan datang. Selain itu, fase pra-musim juga telah dimulai dan pemain-pemain pun telah kembali berlatih bersama klubnya, terkecuali pemain yang berpartisipasi di fase gugur Piala Dunia 2018.

Bagi Jose Mourinho, manajer Manchester United (MU), fase pra-musim kali ini akan sangat penting baginya. Pasalnya, musim 2018/2019 yang akan datang nanti bisa menjadi musim penentuan baginya dan masa depannya bersama Sang Setan Merah.

Mourinho telah menangani MU sejak tahun 2016 lalu. Artinya, musim 2018/2019 akan menjadi musim ketiganya menjadi bos di Carrington. Sebagai manajer dengan reputasi mentereng, ia diharapkan untuk mengembalikan kejayaan The Red Devils di Inggris. Semenjak ditinggal oleh Sir Alex Ferguson di tahun 2013 lalu, MU tak mampu kembali lagi menjadi juara di Inggris. Memang, di bawah asuhan Mourinho, performa dan prestasi MU mulai meningkat. Namun, untuk ukuran tim seperti MU yang merupakan jagoan, tak hanya di Inggris dan Eropa, apa yang telah diraih Mourinho tentu tidak bisa dibilang cukup.

Di bawah asuhan Mourinho, MU berhasil mengangkat dua trofi. Yang pertama adalah trofi Piala EFL (Piala Carabao) di musim 2016/2017 lalu. Trofi ini menjadikan Mourinho sebagai manajer pertama MU yang memenangkan piala di musim pertamanya. Di akhir musim 2016/2017, Mourinho dan timnya memang hanya finis di peringkat enam klasemen sementara. Namun, keberhasilan mereka menjuarai Liga Europa membuat mereka mengunci satu tempat di Liga Champions musim selanjutnya.

Musim pertama Mourinho terhitung memuaskan, sangat jauh dari kata buruk. Sayangnya, musim keduanya bersama MU tak berjalan sebaik musim pertamanya. Sang Setan Merah memang berhasil finis di urutan kedua, namun mereka tertinggal 19 poin dari sang pemuncak klasemen sekaligus tetangga mereka yang berisik, Manchester City. Di Liga Champions, mereka harus tersingkir secara mengejutkan di tangan Sevilla, di babak 16 besar. Tak satu pun trofi yang berhasil mereka dapatkan di akhir musim.

Kegagalan Mourinho untuk menjuarai apapun di musim keduanya ini tentu menimbulkan keraguan. Lebih lagi, tak sedikit uang yang telah dikucurkan manajemen MU untuk memperkuat skuat yang akan ia gunakan. Hingga saat ini, sudah hampir 380 juta paun dikeluarkan MU untuk membeli pemain sejak Mourinho didapuk sebagai manajer. Pemain-pemain dengan profil top seperti Romelu Lukaku, Alexis Sanchez, dan tentunya Paul Pogba tentunya menjadi bintang di antara pemain-pemain yang didatangkan untuk Mourinho. Namun, banyak di antara pembelian mahal tersebut, termasuk Pogba dan Sanchez yang tak kunjung tampil maksimal, atau tepatnya dimaksimalkan oleh Mourinho.

Ketidakmampuan Mourinho untuk memaksimalkan pemain-pemain (mahal) yang ia miliki ini tentu menimbulkan pertanyaan. Mungkinkah taktik dan skema yang diterapkan Mourinho telah usang, dan ia yang semakin tua tak memiliki inovasi yang cukup untuk memberikan kesegaran dalam skemanya?

Sayangnya, tugas mantan manajer Internazionale Milano ini untuk membuktikan diri di musim 2018/2019 sudah dihadapkan dengan masalah. Kepada Guardian, Mourinho mengaku bahwa pra-musim yang akan ia jalani bersama timnya akan berjalan buruk. Ini disebabkan banyak pemainnya yang berlaga di fase gugur Piala Dunia 2018 dan belum kembali, seperti tentunya Pogba, Lukaku, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard.

“Pra-musim kami sangat buruk. Hal positif saat ini hanyalah pemain muda yang kami miliki saat ini memiliki kesempatan besar untuk berlatih dengan kami. Minggu depan, David De Gea, Nemanja Matic, dan Fred akan datang, dan hal ini baik bagi kami karena ia adalah pemain baru.”

“Namun, semuanya tetap buruk karena kami harus kembali ke Inggris dengan cepat. Jadwal pertama kami berlangsung di hari Jumat (melawan Leicester City) dan itu memperburuk situasi. Sejujurnya, saya khawatir karena kami tak berlatih dengan semua pemain yang kami miliki dan kami harus memainkan laga perdana tanpa banyak pemain. Namun kami harus berusaha keras,” ujar Mourinho.

Mourinho mungkin telah mengeluarkan alasannya, namun ia tetap harus membuktikan diri, setidaknya dengan trofi, di akhir musim 2018/2019 nanti. Apabila MU dan Mourinho kembali gagal, bukan tak mungkin kontrak sang manajer yang berakhir di tahun 2020 akan berakhir lebih awal.