Belgia sukses menjadi juara ketiga Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Inggris dengan skor 2-0. Meraih medali perunggu ternyata bukan hal paling spesial bagi De Rode Duivels. Di bawah asuhan pelatih Roberto Martinez, mereka membuktikan diri sebagai tim paling atraktif di Piala Dunia 2018 ini.
Dengan torehan dua gol di Stadion St Petersburg, Sabtu 14 Juli 2018, Belgia menutup turnamen dengan mencetak 16 gol. Bukan hanya itu, gol cepat mereka ke gawang Inggris dari kaki Thomas Meunier menyamai rekor Piala Dunia yang ditorehkan Prancis di tahun 1982 dan Italia di tahun 2006. Sepuluh pemain berbeda sukses menuliskan nama mereka di daftar pencetak gol.
Kesepuluh nama tersebut adalah Romelu Lukaku, Eden Hazard, Adnan Januzaj, Michi Batshuayi, Dries Mertens, Jan Vertonghen, Marouane Fellaini, Nacer Chadli, Kevin de Bruyne dan yang terakhir Meunier. Banyak yang menyayangkan kolektivitas Belgia ini tidak berakhir dengan penampilan di laga final setelah mereka takluk 0-1 di tangan Prancis.
“Kami cukup ambisius dan hanya memikirkan tentang memenangi Piala Dunia. Piala Dunia tidak terjadi setiap hari, dan seseorang hanya bisa berpartisipasi dua atau tiga kali dalam hidup Anda, jika Anda beruntung,” kata gelandang Belgia, Kevin De Bruyne, seperti dikutip dari Marca menjelang laga melawan Prancis.
Generasi Belgia kali ini memang bisa dibilang yang terbaik sepanjang masa, maka wajar jika mereka sangat berambisi ingin memenangkan Piala Dunia. prestasi terbaik mereka sebelumnya, di Piala Dunia 1986 yang berlangsung di Meksiko, Belgia yang saat itu hanya dianggap sebagai underdog mampu mencapai semifinal. Sayang, mereka tak mampu finis sebagai peringkat tiga.
Saat itu Belgia mengalahkan Spanyol di perempat-final melalui adu penalti setelah hasil imbang 1–1 di waktu normal. Namun, Rode Duivels harus menyerah kalah 0-2 dari Argentina di semifinal. Mereka harus menyerah kepada kebrilianan Diego Maradona dan kawan-kawan yang akhirnya keluar sebagai juara. Di perebutan tempat ketiga, lagi-lagi mereka harus menyerah kalah di tangan Prancis dengan skor 2-4.
Prestasi lumayan setelah itu ditorehkan Belgia di Piala Dunia 2002. Mereka mencapai babak 16 besar sebelum takluk 0-2 di tangan Brasil. Setelah turnamen di Jepang dan Korea Selatan itu, kekuatan mereka cenderung melemah dengan tak mampu menembus putaran final lima turnamen besar berturut-turut dari Piala Eropa 2004 hingga Piala Eropa 2012.
Seteah kembali memunculkan generasi emas yang diperkuat para pemain yang berlaga di liga-liga besar Eropa, barulah Belgia mulai kembali unjuk gigi di Piala Dunia 2014. Mereka lagi-lagi takluk atas Argentina dengan skor 0-1.
Di bawah asuhan pelatih asal Spanyol, Roberto Martinez, ekspektasi menggunung menyertai perjalanan De Bruyne dan kawan-kawan di Rusia 2018. Sayang, Prancis lagi-lagi menghentikan mimpi negara yang terkenal dengan karakter fiksi Tin-Tin ini. Meski demikian, penampilan super atraktif di sepanjang turnamen membuktikan bahwa De Rode Duivels pantas dianggap sebagai juara tanpa mahkota.