Belgia memiliki relasi yang begitu erat dengan Republik Demokratik Kongo, atau yang dulunya disebut sebagai Zaire. Dimulai dari aneksasi oleh Raja Leopold II di tahun 1908, Kongo resmi menjadi negara koloni dari Belgia.
Setelah melewati berbagai macam periode, mulai dari pembentukan negara bernama Belgian Congo, pembunuhan Patrice Lumumba, pemimpin Kongo yang kemudian memercik Congo Crisis, lahirnya Zaire di tahun 1971 selepas krisis, yang kemudian berubah nama menjadi Republik Demokratik Kongo hingga saat ini, negara tersebut masih memiliki hubungan dengan Belgia.
Hubungan kedua negara ini sebenarnya mirip dengan Belanda dan Indonesia, namun dengan tensi yang lebih tinggi. Jika pada saat ini hubungan Belanda dan Indonesia sudah membaik, tensi antara Belgia dan Kongo masih terasa. Kejahatan yang kerapkali dilakukan oleh Belgia di masa penjajahan terhadap rakyat lokal Kongo masih belum bisa terlupakan sepenuhnya. Di tahun 2016 lalu, Belgia sempat mengeluarkan larangan kepada rakyatnya untuk terbang ke Kongo karena adanya masalah politik. Sentimen antara kedua negara saat ini masih begitu terasa.
Meskipun begitu, Belgia juga menerima imigran dari Kongo untuk tinggal di kota-kotanya. Salah satunya adalah Roger Lukaku, eks pesepak bola Zaire yang kemudian menetap di kota Antwerp, kota yang terletak di utara Belgia.
Menetapnya Roger di Belgia memang bukan tanpa alasan. Ia memang menjalani karier sepak bolanya di negara tersebut. Meski tercatat sebagai warga negara Zaire yang jelas-jelas terbentuk karena kudeta yang dilakukan oleh Mobutu Sese Seko saat Congo Crisis, Roger membela klub-klub sepak bola yang ada di Belgia seperti KV Oostende dan KV Mechelen untuk mencari rezeki. Pada akhirnya, Roger memutuskan untuk tidak pulang ke negara asalnya, dan menetap di negara yang pernah menjajah tempat kelahirnnya.
Walaupun begitu, salah besar apabila kehidupan Roger sejahtera ketika tinggal di Belgia. Bersama istrinya, Adolphine Lukaku, dan dua anaknya, mereka harus rela tinggal di sebuah apartemen bobrok.
Makanan yang mereka makan pun tidak layak, dan susu yang anaknya minum pun harus dicampur dengan air. Tak ada listrik di flat yang mereka tempati, dan terkadang mereka harus mengutang kepada tukang roti yang ada di dekat tempat tinggal mereka. Hal-hal menyedihkan ini dituturkan oleh Romelu, anak pertama Roger.
Menjalani hidup sebagai anak imigran dari pesepak bola yang sudah bangkrut, Romelu memiliki ambisi yang tinggi namun sederhana, mampu memberikan kesejahteraan bagi orang tuanya. Pada akhirnya, ia memilh untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi pemain sepak bola.
Singkat cerita, karier Romelu sebagai pesepak bola berkembang dengan sangat pesat. Ia berhasil meraih kontrak profesionalnya bersama Anderlecht, salah satu klub sepak bola terbesar di Belgia ketika umurnya masih 16 tahun. Ia berhasil merajai Liga Belgia berkat gelontoran golnya ketika usianya belum genap 18 tahun. Ia juga memilih untuk membela negara tempat ia lahir, menjadi penggawa timnas Belgia dari tim junior hingga senior saat ini.
Sayangnya, kehidupannya pun tetap terpengaruh oleh hubungan buruk antara Belgia dan Kongo. Dalam kolomnya di The Players Tribune, ia mengakui bahwa statusnya sebagai seseorang yang memiliki darah Kongo tak bisa lepas begitu saja.
“Ketika saya bermain baik, saya membaca tulisan di surat kabar dan mereka memanggil saya Romelu Lukaku, penyerang Belgia.”
“Ketika saya tidak bermain baik, mereka memanggil saya Romelu Lukaku, penyerang Belgia keturunan Kongo.”
Bagi Romelu, hubungan ‘cinta tapi benci’ antara Kongo dan Belgia memliki dampak yang tidak kecil. Namun ia terus menyatakan bahwa ia adalah orang Belgia.
“Apabila orang Belgia tak menyukai permainan saya, itu tak masalah. Namun saya lahir di Belgia, saya besar di Antwerp, dan bermain di Liege serta Brussels. Saya bermimpi untuk bermain bagi Anderlecht ketika saya kecil. Saya mengidolakan Vincent Kompany. Saya memulai ucapan saya dengan bahasa Prancis, dan mengakhirinya dengan bahasa Belanda. Saya adalah orang Belgia.”
Kecintaan Romelu terhadap negara yang telah memberikannya kesempatan untuk meraih cita-citanya yang sederhana nan mulia pun tak setengah-setengah. Bahkan, saat ini bisa dibilang justru Belgia-lah yang membutuhkan Romelu. Penyerang yang saat ini sudah berusia 25 tahun ini menjadi top skor sepanjang masa Belgia dengan total 38 gol.
Romelu juga menjadi bintang Belgia di pertandingan perdana Piala Dunia 2018 melawan Panama berkat dua golnya. Untuk mencapai ambisi Belgia di Piala Dunia, Romelu adalah salah satu aktor utamanya. Siapa yang sangka bahwa seorang anak dari Kongo akan menjadi pahlawan bagi Belgia?