Piala Dunia 2018

Belgia dan Secuil Asa Mengulang Kisah Manis 32 Tahun Lalu

Walau meninggalkan sosok sekelas Christian Benteke dan Radja Nainggolan, tim nasional Belgia tetap masuk ke dalam tim dengan kategori kuda hitam selama Piala Dunia 2018. Pasalnya, skuat asuhan Roberto Martinez masih punya segudang talenta ciamik lain semisal Toby Alderweireld, Thibaut Courtois, Eden Hazard, Romelu Lukaku, sampai Dries Mertens.

Tergabung di Grup G bersama Inggris, Panama, dan Tunisia, De Rode Duivels berani memasang target lolos ke babak selanjutnya via predikat juara grup. Terlihat angkuh memang, namun di sisi lain, hal itu juga mengungkapkan fakta jikalau Belgia punya ambisi dan harapan tinggi saat bertempur di Rusia.

Usai mentas di Piala Dunia 2002 silam, secara menyedihkan Belgia tak pernah lagi berpartisipasi pada turnamen sepak bola kelas mayor sekelas Piala Dunia serta Piala Eropa. Penurunan prestasi ini sendiri jadi bahan evaluasi asosiasi sepak bola Belgia (KBVB). Mereka tentu enggan berkubang di dalam kesemenjanaan pada waktu yang amat panjang. Kendati demikian, mereka pun sadar jika pembenahan yang dilakukan bakal memakan waktu yang tidak sebentar.

Namun mulai empat tahun lalu, dahaga tampil di turnamen sepak bola kelas wahid hilang sudah. Secara luar biasa, De Rode Duivels finis sebagai kampiun Grup A pada babak kualifikasi zona Eropa sehingga beroleh tiket otomatis ke Piala Dunia 2014.

Hebatnya, langkah Belgia di kejuaraan itu sungguh gemilang. Dengan materi skuat mumpuni karena diisi Hazard dan kawan-kawan (disebut sebagai golden generation era baru), mereka sukses menyudahi turnamen dengan label perempat-finalis.

Selang dua tahun kemudian, Belgia kembali ikut serta di turnamen mayor, Piala Eropa 2016, lantaran sukses menjadi jawara Grup B pada babak kualifikasi. Walau dianggap pantas melesat sebagai kandidat juara, laju mereka terhenti lebih awal gara-gara rontok pada babak perempat-final dari tim debutan, Wales. Unggul lebih dahulu via Nainggolan, gawang De Rode Duivels malah digelontor tiga kali oleh The Dragons, masing-masing lewat aksi Ashley Williams, Hal Robson-Kanu, dan Sam Vokes.

Tren positif Belgia buat terjun di turnamen mayor kembali berlanjut di Piala Dunia 2018 setelah memuncaki Grup H, di atas Yunani dan Bosnia-Herzegovina, pada fase kualifikasi. Seperti yang telah saya tuliskan di bagian awal artikel, mereka pun mengusung ambisi cukup tinggi dalam gelaran tersebut. Asa buat mengulangi kisah manis di Piala Dunia 1986 membubung tinggi.

Tepat 32 tahun silam, De Rode Duivels yang dimotori oleh Hugo Broos, Jan Ceulemans, Eric Gerets, Jean-Marie Pfaff, dan Enzo Scifo, sukses melesat hingga babak semifinal meski tidak diunggulkan. Nama-nama itu sendiri dicatut sebagai generasi emas Belgia di era 1980-an.

Pada akhir turnamen, Belgia mencaplok status sebagai tim peringkat keempat. Hingga saat ini, performa gemilang di Meksiko itu adalah pencapaian terbaik mereka selama ikut Piala Dunia. Dengan bekal skuat yang kualitasnya jempolan pada seluruh lini, asa untuk mengulangi kisah manis itu pun kembali menyembul saat Belgia melakoni kampanye di Piala Dunia 2018. Sebaliknya, akan terasa begitu memalukan jika De Rode Duivels malah angkat koper lebih cepat dari Negeri Beruang Merah.

Publik pun kini menunggu dengan segenap rasa ingin tahu sembari membawa satu pertanyaan besar, sanggupkah Hazard dan kolega mewujudkan hal itu secara paripurna di Rusia nanti?