Hingga menit ke-65, Belgia jelas terkejut dengan apa yang terjadi di lapangan. Mereka ditahan imbang tanpa gol pada babak pertama dan kecolongan dengan cepat dalam delapan menit ketika babak kedua baru saja dimulai. Hingga akhirnya pelatih Belgia, Roberto Martinez, melakukan pergantian pemain.
Dua pemain yang dimasukan Martinez jelas di luar perkiraan. Belgia jelas membutuhkan gol, setidaknya untuk menyamakan kedudukan. Dalam situasi seperti ini, tentunya memasukkan Michy Batshuayi dan Thorgan Hazard atau Adnan Januzaj yang mencetak gol tunggal kemenangan Belgia di laga terakhir fase grup melawan Inggris, menjadi opsi menarik. Tetapi Martinez justru membuat keputusan yang jelas mengejutkan semua orang. Ia memasukkan Nacer Chadli dan Marouanne Fellaini.
Jepang bertahan dengan sangat baik selama kurang lebih 65 menit pertandingan. Mereka tampil disiplin dan fokus agar gawang Eiji Kawashima tidak bisa dijebol lawan. Mengantisipasi situasi seperti ini, Martinez kemudian memilih opsi yang sebenarnya merupakan pengetahuan umum. Memanfaatkan superioritas fisik orang Eropa atas orang Asia.
Tenaga dikerahkan untuk menjebol pertahanan Jepang. Mesin perang yang tinggi dan kokoh seperti Fellaini dan Chadli tentu merupakan sosok yang ideal untuk melakukan pekerjaan ini. Superioritas fisik mereka memungkinkan Belgia untuk terus bermain bola atas, mengungguli para pemain bertahan Jepang. Hasilnya, empat menit setelah keduanya masuk, Jan Vertonghen berhasil membayar kesalahannya yang berakibat gol perdana Jepang. Sebuah sundulan yang melambung yang kemudian membobol gawang Kawashima.
Rencana Martinez untuk mengungguli Jepang melalui superioritas fisik kembali terlihat di gol kedua yang dicetak Fellaini dalam situasi umpan silang di area yang penuh sesak. Memang agak sulit untuk mengungguli gelandang yang khas dengan rambut kribonya ini. Penempatan posisi, lompatan, dan tenaga menyundulnya selalu pas. Gol yang dicetak pada menit ke-74 ini mengejawantahkan betapa berhasilnya rencana dari seorang Roberto Martinez.
Sementara gol ketiga lebih merupakan kecerdasan para pemain Belgia ketika melakukan serangan balik. Bagaimana Courtois tidak terburu-buru melepaskan bola setelah berhasil mengamankan serangan Jepang. Lalu bagaimana Kevin De Bruyne memilih untuk mengoper kepada Thomas Meunier yang ada di sisi kanan dan lebih bebas. Kredit besar tentu juga diberikan kepada penyerang Romelu Lukaku yang menarik para pemain bertahan Jepang, dan melakukan gerak tipu sehingga Nacer Chadli bisa dengan mudah menceploskan bola ke gawang Jepang.
Fellaini yang menyamakan kedudukan, Chadli yang memastikan kemenangan. Semua pasti tidak menyangka bahwa kedua pemain inilah yang kemudian menjadi pahlawan Belgia untuk melaju ke babak selanjutnya. Apalagi sebagian besar merasa bahwa bukan keduanya yang mesti dimasukkan oleh pelatih Roberto Martinez untuk membuat Belgia keluar dari situasi sulit.
Bahkan sebelum turnamen digelar, dua nama ini begitu kontroversial. Sama seperti Adnan Januzaj, banyak yang menganggap bahwa keduanya tidak pantas masuk tim Belgia yang akan tampil di Piala Dunia 2018 kali ini. Lebih banyak yang memfavoritkan Radja Nainggolan dan Steven Defour. Tetapi di antara semua pemain, justru Fellaini dan Chadli yang muncul sebagai pahlawan kemenangan Belgia di partai sulit melawan Jepang.