Piala Dunia 2018

Mensyukuri Kepulangan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo

Sepasang laga 16 besar Piala Dunia 2018 yang mempertemukan Prancis kontra Argentina, dan Uruguay versus Portugal, akhirnya selesai dengan hasil manis jadi kepunyaan Les Bleus dan Los Charruas. Performa impresif yang mereka suguhkan berujung pada tawa di akhir laga.

Nama Kylian Mbappe dan Edinson Cavani yang sama-sama mengemas dua gol untuk negaranya, jadi aktor utama keberhasilan Prancis dan Uruguay mengunci satu slot pada fase perempat-final.

Walau begitu, drama yang berputar dari dua pertandingan 16 besar, kesuksesan Prancis dan Uruguay, putar balik kepada sepasang pesepak bola level dewa yang jadi pemantik atensi utama dalam satu setengah dekade pamungkas, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, duo megabintang ini merupakan pilar utama Argentina dan Portugal. Namun ironisnya, usaha ekstra yang sudah mereka tunjukkan masih berujung pada kegagalan mengantar La Albiceleste dan Selecao das Quinas, melaju jauh di Piala Dunia 2018.

Air muka kecewa terpampang jelas dari Messi dan Ronaldo ketika wasit memberi aba-aba jikalau masing-masing laga yang dilakoni Argentina serta Portugal, sudah selesai. Wajah keduanya pun seolah menyiratkan akhir dari petualangan bersama tim nasional.

Terlepas dari kualitas skuat atau pemilihan strategi yang kurang tepat dari para pelatih, ketidakmampuan Messi dan Ronaldo beraksi lebih lama di Piala Dunia 2018 memang sangat mengecewakan.

Meski demikian, kepulangan bintang andalan dua klub LaLiga, Barcelona dan Real Madrid tersebut, juga melambungkan rasa bahagia. Utamanya bagi mereka yang bukan pemuja fanatik Messi dan Ronaldo yang sering menepikan akal sehat.

Sudah bukan rahasia lagi jika kedigdayaan mereka dalam menggelontorkan gol dan mendulang prestasi acapkali dibanding-bandingkan. Pusaran debat itu sendiri tak ubahnya bentuk pelampiasan dari ego, cinta buta dan rasa butuh pengakuan. Komparasi di antara Messi dan Ronaldo senantiasa berkelindan tentang siapa yang lebih baik, siapa yang lebih jago, dan yang lebih, lebih, lebih, lebih, lebih lainnya.

Cara-cara seperti itu pula yang lantas mengerdilkan keistimewaan yang sukses diperlihatkan oleh pesepak bola lain, misalnya saja yang dilakukan Mbappe dan Cavani semalam. Seolah-olah, planet Bumi dapat melakukan rotasi kalau porosnya hanya Messi dan Ronaldo saja.

Maka dari itu, keharusan Messi dan Ronaldo untuk memesan tiket pulang dari Rusia lebih cepat tak perlu diratapi secara berlebihan, kecuali bagi pemuja fanatik keduanya, tentu saja. Pasalnya, dengan begini kita sama-sama diberi tahu bahwa eksistensi sepak bola, tidak akan bergantung kepada Messi dan Ronaldo. Sebaliknya, merekalah yang butuh sepak bola agar tetap hidup, dipuja serta dibenci.

Piala Dunia 2018 tinggal menyisakan waktu sekitar dua pekan lagi, bukan waktu yang lama, juga bukan waktu yang sebentar. Akan tetapi, ketiadaan Messi dan Ronaldo, membuat saya sendiri lebih semringah akibat kepulangan mereka ke negaranya masing-masing, Piala Dunia 2018 nan sakral takkan lagi dihiasi perdebatan dan perbandingan bebal serta banal menyoal Messi dan Ronaldo.

Seringkali, rasa syukur tak melulu berkaitan dengan hal-hal eksepsional. Melihat dengan tatapan takjub bahwa ada figur-figur selain Messi dan Ronaldo yang kemampuan olah bolanya wajib diperhatikan secara seksama juga termasuk momen yang kudu disyukuri.

Setidaknya untuk menyudahi hal-hal irasional yang kelewat sering dipersoalkan, diperdebatkan, serta dibanding-bandingkan dari kedua nama itu. Rontoknya Argentina serta Portugal di Piala Dunia 2018 mengantar kita kembali pada esensi sepak bola itu sendiri yakni tak pernah bisa dimainkan seorang diri, bahkan oleh Messi atau Ronaldo.

Hati-hati di perjalanan pulang kalian, amigos!