Piala Dunia 2018

Deretan Laga Paling Kontroversial di Fase 16 Besar Piala Dunia

Layaknya sisi dramatis dan klimaks dari sebuah film, pertandingan sepak bola juga dapat memunculkan sisi keseruan yang sama. Wujudnya pun beragam, mulai dari gol-gol penentu kemenangan pada menit akhir laga sampai kartu merah yang diterima penggawa bintang.

Namun berbeda dengan film, ada satu bumbu yang acapkali menyeruak dari pertandingan sepak bola sehingga para penggemar, enggan untuk berhenti membahasnya. Bumbu itu adalah peristiwa-peristiwa kontroversial yang berkelindan di dalamnya. Entah muncul karena keputusan wasit, perilaku pemain di atas lapangan atau beraneka sebab lainnya.

Piala Dunia 2018 di Rusia, kini sudah menjejak fase 16 besar. Hal itu berarti setiap laga tersisa mempunyai esensi tinggi untuk kesebelasan yang bertanding. Para pemenang akan melaju ke fase berikut sedangkan kubu pecundang, harus pulang kampung lebih cepat.

Seperti turnamen-turnamen sepak bola kelas wahid pada umumnya, laga-laga di fase 16 besar Piala Dunia yang amat krusial juga sering memunculkan aroma kontroversi tak terperi. Alhasil, ada begitu banyak cerita yang tetap membekas di benak penggemar sepak bola. Tidak menutup kemungkinan, jika beberapa laga 16 besar di Piala Dunia 2018 nanti juga memunculkan kisah kontroversial serupa.

Maka dari itu, Football Tribe Indonesia coba merangkum laga-laga paling kontroversial yang pernah terjadi di fase 16 besar Piala Dunia. Berikut daftarnya:

1) Argentina 1-0 Brasil (Piala Dunia 1990)

Perang duo raksasa Amerika Latin ini berlangsung di Stadion Delle Alpi. Argentina dimotori oleh Diego Maradona sedangkan Brasil dikomandoi Branco. Butuh waktu 80 menit agar sebuah gol lahir di partai ini. Mujur buat La Albiceleste, merekalah pihak yang mendapatkannya via Claudio Caniggia.

Sisi kontroversi dari laga ini muncul pada momen pemberian air minum oleh Maradona kepada Branco saat jeda pertandingan. Kabarnya, air tersebut sudah dibubuhi obat penenang sehingga performa bintang Selecao itu menurun di babak kedua. Maradona pun mengakui hal tersebut beberapa tahun berselang kala menghadiri sebuah acara televisi di negaranya.

2) Jerman Barat 2-1 Belanda (Piala Dunia 1990)

Bertempur di Stadion Giuseppe Meazza, perjumpaan Jerman Barat (Jerbar) dan Belanda tak ubahnya Derby Della Madonnina antara Internazionale Milano lawan AC Milan. Pasalnya, trio andalan Jerbar, Andreas Brehme-Jürgen Klinsmann-Lothas Matthäus, bermain untuk I Nerazzurri sementara triumvirat Belanda, Ruud Gullit-Frank Rijkaard-Marco van Basten adalah kepunyaan I Rossoneri.

Di pengujung laga, Jerbar sanggup menyudahi perlawanan Belanda usai gol-gol dari Brehme dan Matthäus cuma bisa dibalas sepakan penalti Ronald Koeman. Namun momen paling panas sekaligus kontroversial yang akan selalu terkenang dari partai ini adalah perang ludah di antara Rudi Völler dan Rijkaard pada pertengahan babak pertama sehingga wasit tak ragu untuk mengganjar keduanya dengan kartu merah.

3) Argentina 2-2 Inggris (Piala Dunia 1998)

Stadion Geoffrey Guichard menjadi arena ‘Perang Malvinas’ jilid kesekian di antara Argentina dan Inggris. Sama-sama mengusung ambisi lolos ke perempat-final, kedua kubu langsung tancap gas sejak wasit meniup peluit tanda dimulainya laga. Aksi jual-beli serangan di antara La Albiceleste dan The Three Lions, membuahkan 4 gol (masing-masing 2 gol untuk setiap kesebelasan) di babak pertama.

Skor imbang 2-2 itu sendiri bertahan sampai babak perpanjangan waktu sehingga pemenang dari laga ini dicari via adu penalti. Beruntung buat Argentina, mereka jadi pihak yang tertawa paling akhir. Untuk penggemar sepak bola dunia, momen David Beckham dihadiahi kartu merah pada menit ke-47 akibat provokasi Diego Simeone pasti abadi di dalam ingatan. Sejumlah pengamat bahkan menyebut jika Inggris tidak bermain dengan 10 orang, mereka bisa menekuk Argentina saat itu.

4) Korea Selatan 2-1 Italia (Piala Dunia 2002)

Dengan kualitas brilian yang dimilikinya, Italia malah jadi underdog kala bersua tuan rumah Korea Selatan di Stadion Daejeon. Taeguk Warriors hampir saja unggul lebih cepat andai penalti kontroversial yang diberikan wasit Byron Moreno di menit ke-5 sukses ditunaikan Ahn Jung-Hwan. Gli Azzurri pada akhirnya berhasil unggul lebih dahulu setelah Christian Vieri mencetak gol di menit ke-18.

Usaha Korsel untuk menyeimbangkan skor terwujud di menit ke-88 setelah Seol Ki-Hyun memperdayai Gianluigi Buffon. Di fase perpanjangan waktu, ada banyak insiden kontroversial yang lahir dan merugikan Italia. Misalnya saja kartu merah kepada Francesco Totti yang dianggap melakukan diving, sampai gol Damiano Tommasi yang dianulir dengan offside meski tayangan ulang menyatakan sebaliknya. Tim tuan rumah akhirnya muncul sebagai pemenang dari partai ini setelah Ahn membukukan golden goal di menit ke-117.

5) Italia 1-0 Australia (Piala Dunia 2006)

Sekitar 46 ribu pasang mata memadati Stadion Fritz Walter guna menyaksikan duel Italia melawan Australia. Sayang, di sepanjang 45 menit pertama, tak ada satu gol pun yang tercipta. Babak kedua terasa makin alot bagi Gli Azzurri, usai mereka dipaksa bermain dengan 10 orang gara-gara Marco Materazzi diganjar kartu merah. Keadaan itu dimanfaatkan Socceroos untuk menggempur lini belakang lawannya walau selalu gagal membuahkan hasil sehingga jelang pertandingan selesai, skor masih 0-0.

Di saat publik meyakini bahwa laga akan berlanjut ke masa perpanjangan waktu, furbizia Fabio Grosso mengubah segalanya. Aksi teatrikal sang bek kiri membuat Italia beroleh penalti di menit ke-94 yang sanggup dieksekusi Francesco Totti secara paripurna sekaligus membawa Gli Azzurri menang dan berhak lolos ke partai selanjutnya.

6) Portugal 1-0 Belanda (Piala Dunia 2006)

Duel sarat emosi terjadi di Stadion Franken kala Portugal bertemu dengan Belanda. Hal itu sendiri tercermin dengan banyaknya kartu yang dicabut oleh wasit Valentin Ivanov sepanjang laga. Secara keseluruhan, ada empat kartu merah dan enam belas kartu kuning yang keluar dari sakunya. Alhasil, partai dengan label Battle of Nuremberg ini menahbiskan diri sebagai yang paling kotor dalam sejarah Piala Dunia.

Sama-sama bermain dengan 9 orang nyaris di sepanjang waktu normal, Selecao das Quinas jadi faksi yang tertawa paling akhir setelah gol Maniche pada menit ke-23, tak mampu dibalas oleh De Oranje.

7) Inggris 1-4 Jerman (Piala Dunia 2010)

Pertemuan Inggris dan Jerman di Stadion Free State kali ini benar-benar sarat gengsi. Terlebih, keduanya memiliki kualitas skuat yang begitu mumpuni sehingga sama-sama difavoritkan sebagai kampiun pada akhir turnamen. Jual beli serangan dari masing-masing tim membuahkan cukup banyak gol dari laga yang akhirnya dimenangi Jerman dengan kedudukan telak tersebut.

Suporter The Three Lions merasa partai ini sangat pahit lantaran gol bersih (seharusnya jadi gol penyeimbang) Frank Lampard pada menit ke-39 justru tidak disahkan oleh wasit Jorge Larrionda meski dari tayangan ulang, bola tendangannya masuk sekitar satu meter di belakang garis gawang Manuel Neuer. Sebaliknya, pendukung Die Mannschaft menganggap hal itu sebagai balasan setimpal dari insiden di final Piala Dunia 1966. Peristiwa kontroversial yang dialami Lampard ini juga yang memaksa FIFA untuk memperkenalkan teknologi garis gawang.

8) Belanda 2-1 Meksiko (Piala Dunia 2014)

Cuaca panas yang memayungi Stadion Castelao membuat pertandingan di antara Belanda dan Meksiko diselingi dengan water break pada masing-masing babak. Momen itu sendiri jadi yang salah satu partai di Piala Dunia 2014 yang menghadirkan aturan baru yang ditetapkan FIFA andaikata laga berjalan di tengah kondisi yang amat terik.

Walau tidak diunggulkan, El Tri malah jadi kesebelasan yang memimpin lebih dahulu di pertandingan ini usai Giovani Dos Santos mencetak gol pada menit ke-48. Tak ingin dipermalukan, De Oranje bangkit di sisa waktu dengan mencetak sepasang gol di menit ke-88 dan ke-94 via tendangan keras Wesley Sneijder serta penalti Klaas-Jan Huntelaar. Kendati demikian, gol kedua Belanda diiringi oleh kontroversi sebab penalti tersebut diperoleh lewat aksi diving Arjen Robben.