Piala Dunia 2018

Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia!

Dua bulan menjelang diselenggarakannya Piala Dunia 2018, ‘pesawat’ tim nasional Jepang mengalami turbulensi yang hebat gara-gara hasil buruk yang mereka tuai di sejumlah partai. Alhasil, Vahid Halilhodzic yang memanggul posisi ‘pilot’ terpaksa didepak oleh federasi sepak bola Jepang (JFA).

Melalui sang presiden, Kozo Tashima, JFA mengungkapkan bahwa Halilhodzic memiliki masalah komunikasi sehingga federasi dan juga para pemainnya, kehilangan rasa percaya. Oleh sebab itu, pendepakan jadi satu-satunya solusi yang bisa ditetapkan oleh JFA pada momen tersebut.

Sebagai pengganti, JFA lantas menunjuk sang direktur teknik, Akira Nishino, buat menangani Samurai Blue selama tampil di Piala Dunia 2018. Bagi penggemar timnas Jepang, sosok Nishino bukanlah nama asing sebab di era 1990-an lalu, ia merupakan pelatih tim U-20 dan U-23.

Meski demikian, keputusan Jepang untuk mengganti pelatih dua bulan sebelum Piala Dunia 2018 juga mendatangkan skeptisme di kalangan publik. Mereka merasa bahwa hal itu bukanlah opsi terbaik walau Toshima percaya apabila pergantian juru strategi bisa membuat Jepang jadi lebih baik.

“Kami mengambil keputusan ini karena saya merasa bahwa pergantian pelatih dapat meningkatkan peluang Samurai Blue untuk berbicara lebih banyak di Piala Dunia 2018”, tutur Toshima seperti dikutip via sportsyahoo.

Pandangan sinis publik terhadap Nishino semakin menjadi-jadi karena di beberapa kesempatan uji tanding, melawan Ghana dan Swiss, yang Shinji Kagawa dan kawan-kawan lakoni, mereka senantiasa gagal memetik hasil positif. Alhasil, Jepang dinilai bakal jadi tim penggembira saja di Rusia.

Ironis memang tapi publik sepertinya lupa bahwa Jepang bukanlah tim lemah yang selalu lunglai ketika berjumpa dengan situasi-situasi tak menguntungkan. Berbekal determinasi, keyakinan, dan kerja keras, Nishino berhasil membalikkan peruntungan Samurai Blue di atas lapangan hijau.

Bertemu Paraguay di laga uji tanding terakhirnya, optimisme di dalam tubuh Jepang akhirnya mengangkasa. Kemenangan 4-2 yang didapat dari wakil Amerika Selatan tersebut, benar-benar jadi pelecut motivasi Kagawa dan kolega jika sesungguhnya, mereka bisa tampil apik di Piala Dunia 2018.

Menjalani partai pertama di babak penyisihan Grup H melawan Kolombia (19/6), Jepang memperlihatkan aksi yang begitu impresif. Nama besar Juan Cuadrado, Radamel Falcao sampai James Rodriguez, tak membuat kaki-kaki anak asuh Nishino gemetaran.

Secara heroik, mereka justru sanggup meladeni permainan tim besutan Jose Pekerman. Dalam tempo singkat, Jepang berhasil unggul lebih dahulu via eksekusi penalti Kagawa pada menit ke-6 sebelum akhirnya dibalas gol tembakan bebas indah Juan Quintero di menit ke-39.

Namun performa spartan Samurai Blue yang terus berlari dan berjuang, membuahkan hasil teramat manis kala pertandingan menjejak menit ke-73. Yuya Osako, sukses membuat suporter Jepang yang hadir di Stadion Mordovia Arena, Saransk, bersorak gembira usai menciptakan gol buat mengantar timnya unggul 2-1. Kedudukan itu sendiri, bisa dipertahankan oleh Jepang sampai pertandingan selesai!

Berbekal kemenangan pada laga pertama, semangat Jepang yang sudah membara berujung dengan manuver ciamik di laga kedua versus Senegal (24/6). Hasrat besar yang melingkupi kedua kubu guna meraih hasil positif dan melenggang lebih cepat ke babak 16 besar bikin intensitas laga teramat adiluhung. Dua kali Lions of Teranga mencetak gol buat memimpin terlebih dahulu, dua kali juga Samurai Blue memberikan jawaban istimewanya. Di pengujung pertandingan, masing-masing kubu pun harus menerima skor imbang 2-2.

Mengantongi empat poin dari sepasang laga awal, membuat Jepang begitu percaya diri menatap partai ketiga babak penyisihan grup kontra Polandia malam tadi (28/6). Yakin bahwa timnya akan lolos ke 16 besar, Nishino berani melakukan rotasi guna mengistirahatkan kaki-kaki para penggawa pilar supaya tak kelelahan.

Wajib diakui bahwa sebenarnya keputusan itu nyaris mendatangkan petaka bagi Kagawa dan kawan-kawan sebab mereka tumbang dengan skor 0-1. Akan tetapi, takdir masih berpihak kepada Samurai Blue karena di laga lain, Kolombia sukses memetik kemenangan tipis 1-0 dari Senegal sehingga Grup H mengutus Kolombia dan Jepang yang duduk di posisi satu serta dua klasemen akhir lolos ke fase berikutnya.

Baca juga: Piala Dunia 2018, Jepang vs Polandia: Kekalahan yang Tak Membuat Samurai Biru Pulang Kampung

Terasa makin unik, keberhasilan Jepang menembus babak 16 besar ditentukan oleh poin fair play (perolehan kartu mereka jauh lebih sedikit ketimbang Senegal) lantaran poin, selisih gol dan rekor head-to-head kedua belah tim jumlahnya sama. Keadaan ini sendiri jadi momen perdana di turnamen sekelas Piala Dunia.

Kesuksesan Negeri Matahari Terbit melangkah ke babak 16 besar bikin pandangan sebelah mata yang sebelumnya mereka terima, hilang perlahan-lahan. Sejumlah pihak bahkan rela menjilat ludahnya sendiri karena sekarang memuji penampilan eksotis yang dipertontonkan Kagawa dan kawan-kawan.

Meski demikian, publik tak sepatutnya kaget dengan pencapaian Samurai Blue sejauh ini. Pasalnya, Jepang sudah beken sebagai salah satu negara di Asia yang amat getol mengembangkan berbagai aspek penting dalam sepak bola sehingga prestasi tinggi yang mereka incar, bisa digapai. Lebih jauh, Jepang pun semakin maju dan sanggup bersaing dengan negara lain, di Asia maupun dunia.

Di tengah parade kegagalan yang dialami kompatriotnya asal Benua Kuning untuk melaju lebih jauh di Piala Dunia 2018, Jepang seolah memberi tahu kepada kita semua bahwa mereka memang cahaya sepak bola di Asia karena berhasil melakukan hal sebaliknya sekaligus mengulangi pencapaian manis serupa yang pernah diukir di Piala Dunia 2002 dan 201. Terakhir, Jepang pulalah yang berdiri paling depan guna mempertahankan martabat sepak bola Asia di mata dunia.

Ganbatte!