Piala Dunia 2018

Bunga Sakura Bersemi di Samurai Jepang yang Tumpul

Aura pesimisme mengemuka di kalangan pendukung timnas Jepang, sesaat sebelum Piala Dunia 2018 digelar. Permasalahannya kompleks, mulai dari pergantian pelatih (Vahid Halilhodžić ke Akira Nishino), sampai uzurnya usia para pemain kunci. Tak pelak, nada pasrah menggema jika berbicara tentang potensi tim Samurai Biru di Rusia.

Menjelang Piala Dunia 2018, persiapan Jepang memang kurang meyakinkan. Waktu yang mepet ketika pergantian pelatih, berdampak pada minimnya waktu adaptasi bagi pemain terhadap skema permainan baru. Terbukti, di dua laga pemanasan sebelum menuju Rusia, Jepang meraih hasil minor.

Kalah 0-2 lawan Ghana di kandang, takluk dengan skor yang sama saat melawat ke markas Swiss, dan baru meraih kemenangan ketika menghadapi Paraguay di Austria, dengan skor 4-2. Titik lemah yang paling terlihat adalah ketajaman lini serang. Trio Keisuke Honda – Shinji Kagawa – Shinji Okazaki sudah tidak sehebat dulu, sedangkan penggantinya belum tampil meyakinkan.

Ketumpulan Samurai Jepang sebenarnya sudah tampak sejak babak kualifikasi. Meski mengakhiri fase tersebut sebagai pemuncak klasemen, tapi mayoritas pertandingan dimenangi dengan skor tipis. Hanya kemenangan 4-0 lawan Thailand yang dimenangi dengan margin lebih dari dua gol.

Oleh karena itu, menghadapi Kolombia di partai perdana Grup H, kekhawatiran melanda para pendukung Jepang. Bisakah timnas kesayangan mereka menembus pertahanan yang dihuni bek muda berbakat seperti Davinson Sánchez, bek berpengalaman Espanyol, Carlos Sánchez, dan kiper Arsenal, David Ospina?

 

Jepang mampu menaklukkan Kolombia

Memekarkan bunga Sakura di Rusia

Saat melawan Kolombia, Jepang mengawali pertandingan dengan cerdik. Tahu kalau Kolombia bakal mengepung dan menerapkan garis pertahanan tinggi, Jepang langsung memasok bola-bola panjang untuk diarahkan ke Osako. Skema yang langsung berhasil di menit ketiga.

Osako lolos dari kawalan Davinson Sánchez dan berhadapan satu lawan satu dengan Ospina. Sepakannya masih bisa ditahan kiper Kolombia tersebut, tapi bola muntah langsung disambar Shinji Kagawa dan diadang secara ilegal oleh Carlos Sánchez dengan tangannya. Kartu merah langsung dilayangkan wasit Damir Skomina.

Kagawa yang berdiri sebagai eksekutor kemudian menunaikan tugasnya dengan sempurna, mencetak gol pertama di pertandingan tersebut. Kolombia yang terlihat tidak siap bermain dengan 10 orang sejak awal pertandingan, akhirnya harus mengakui keunggulan Jepang 2-1. Gol tendangan bebas cantik yang sempat dicetak Juan Quintero hanya menjadi pemanis, ketika Yuya Osako memastikan tiga poin bagi sang jawara Piala Asia 2011.

Kemenangan lawan Kolombia adalah modal berharga bagi Jepang untuk melaju sejauh mungkin di Rusia. Melawan segala pesimisme, melawan segala cibiran tentang skuat uzur, Jepang punya kans memastikan tiket 16 besar jika Minggu esok (24/6) dapat mengalahkan Senegal.

Samurai Jepang di Piala Dunia kali ini mungkin memang tumpul. Secara permainan terbuka Jepang kurang bertaji, dan dua gol pertama didapat melalui bola mati. Tapi Samurai yang tumpul itu tidak akan jadi masalah jika mereka bisa, setidaknya, menyamai prestasi 2002 dan 2010 yang lolos ke perdelapan-final, apalagi melampauinya.

Piala Dunia 2018 adalah kesempatan terakhir bagi para pemain senior Jepang untuk mempersembahkan yang terbaik bagi negaranya. Kesempatan untuk memekarkan bunga Sakura di Rusia, dengan segala keindahan dan pesonanya, di tengah keterbatasan amunisi yang dibawa ke medan laga.