Piala Dunia 2018

Siapa Sih Sebenarnya Maximiliano Meza?

Argentina pada akhirnya berhasil lolos dari fase grup. Setelah mengawali dua pertandingan awal dengan menyedihkan—La Albiceleste imbang melawan negara debutan Islandia dan dipermalukan Kroasia dengan skor mencolok 3-0—Lionel Messi dan kolega berhasil memenangi partai terakhir nan krusial lawan Nigeria berkat gol Marcos Rojo di menit-menit terakhir.

Meskipun pada akhirnya berhasil menyegel tempat di babak 16 besar, performa skuat asuhan Jorge Sampaoli masih jauh dari memuaskan. Skema yang diterapkan oleh pelatih kepala berkepala plontos ini memang kerap dipertanyakan. Yang lebih meragukan lagi adalah pilihan pemainnya. Beberapa nama, seperti Eduardo Salvio, Marcos Acuna, dan Enzo Perez dipertanyakan kelayakannya untuk bermain bagi timnas Argentina. Namun,ada satu nama yang benar-benar dipertanyakan, sampai banyak candaan ‘orang dalam’ yang hinggap kepadanya. Ia adalah Maximiliano Meza.

Siapakah sebenarnya Meza? Pemain berusia 26 tahun ini adalah gelandang serang yang memperkuat salah satu klub terbesar di Argentina, Independiente. Jangankan dibandingkan dengan Messi, Gonzalo Higuain, atau Angel Di Maria, nama Meza pun bahkan tidak setenar Cristian Pavon atau Enzo Perez yang sama-sama merumput di liga lokal. Tentu saja, hal ini ada penyebabnya sendiri.

Tak seperti Pavon yang tergolong sebagai salah satu wonderkid di dunia sepak bola saat ini, atau Perez yang sempat mengenyam karier di Eropa, Meza adalah pemain yang barangkali hanya populer bagi penonton Liga Argentina. Meza menjalani pertandingan profesionalnya di tim utama di tahun 2012 lalu, ketika usianya menginjak 20 tahun, bersama Gimnasia.

Perlahan, ia berhasil mengunci tempatnya di tim Gimnasia, yang boleh dikatakan bukanlah tim yang kuat di Primera Division Argentina. Empat tahun mengenakan seragam Gimnasia, Meza resmi pindah ke Independiente di bulan September 2016.

Kariernya meroket bersama klub yang membesarkan Sergio Aguero tersebut. Meza mulai mendapat atensi lebih setelah mampu menjadi kepingan penting skuat Independiente yang menjuarai Copa Sudamericana, kompetisi kasta kedua antar klub di zona CONMEBOL, di tahun 2017 lalu. Pada akhirnya, Meza yang tampil 19 kali di Primera Division Argentina dipanggil oleh Sampaoli ke timnas Argentina di bulan Maret 2018 lalu untuk pertandingan uji coba melawan Italia dan Spanyol. Pemain yang lahir di tanggal 15 Desember ini akhirnya menjalani debutnya bagi La Albiceleste dalam pertandingan melawan Spanyol. Sayang, debutnya berjalan luar biasa buruk setelah negaranya dihancurkan La Furia Roja dengan skor fantastis 6-1. Apakah ini menjadi pertanda buruk?

Meskipun hanya mencatatkan satu cap, Meza berhasil masuk ke dalam skuat sementara Argentina untuk Piala Dunia. Penampilannya di pertandingan uji coba melawan Haiti tampak cukup untuk meyakinkan Sampaoli agar membawanya ke Rusia. Tentu saja, banyak kontra yang menghinggapi setelah namanya dipanggil ke dalam skuat final. Banyak yang menyebut bahwa playmaker Paris Saint-Germain, Javier Pastore, serta penyerang Internazionale Milano, Mauro Icardi, lebih layak ketimbang nama tak populer semacam Meza.

Namun, memang sudah menjadi ciri khas Argentina untuk memanggil satu dua nama yang berkiprah di liga lokal untuk menjadi pemain utama. Di tahun 2014 lalu, ada Fernando Gago, gelandang Boca Juniors yang mampu membawa negaranya masuk ke final. Ada juga Maxi Rodriguez, yang kala itu bermain di Newell’s Old Boys, yang dapat memberikan pengalaman berharga. Kiprah impresif Meza di liga lokal diharapkan mampu menjadi pembeda, dalam artian positif, bagi tim yang akan digunakan Sampaoli di Rusia. Tak hanya itu, ia juga disebut memiliki etos kerja yang di atas rata-rata, dan hal ini akan berguna bagi timnya.

Sayang, sejauh penampilannya di fase grup, membawa dan memercayai Meza tampak menjadi sebuah kesalahan yang besar. Di dua laga perdananya, melawan Islandia dan Kroasia, Meza yang turun sebagai starter tampil canggung. World Football Index yang sempat menyatakan bahwa kelemahan utama Meza, yaitu terlalu lama memegang bola dan kehilangan bola dengan mudah,begitu terlihat di dua laga awal ini. Memang, pria yang lahir di kota General Paz ini mampu memenangkan penalti di laga melawan Islandia, yang pada akhirnya gagal dieksekusi oleh Messi. Namun, secara keseluruhan, penampilannya tak memberikan kontribusi berarti bagi Argentina.

Yang lebih menyedihkannya lagi, Argentina tampil lebih baik kala Meza tak turun dari awal dalam pertandingan melawan Nigeria. Dimotori oleh Ever Banega, distribusi bola Albiceleste dari lini tengah ke depan menjadi lebih lancar. Ketika masuk di babak kedua untuk mengubah pertandingan pasca Nigeria menyamakan kedudukan, Meza juga langsung memberikan impresi buruk ketika dribelnya berakhir sia-sia.

Memang, sistem Sampaoli mungkin tak cocok bagi Meza. Namun, pemain berusia 26 tahun ini tentunya harus berusaha lebih keras lagi untuk menampilkan permainan terbaiknya apabila diturunkan kelak di babak 16 besar nanti. Masih ada kesempatan baginya untuk memperbaiki namanya, sekaligus membawa negaranya untuk berjaya.