Perjalanan terjal dilalui Jerman di Piala Dunia 2018. Secara mengejutkan mereka dikalahkan Meksiko pada partai perdana. Di laga kedua, Manuel Neuer dan kawan-kawan mesti susah payah, dan menunggu hingga menit akhir pertandingan untuk menaklukkan Swedia. Laga terakhir fase grup melawan Korea Selatan jelas menjadi penentuan.
Kesalahan sekecil apapun tentu tidak bisa ditoleransi, karena apabila gagal melaju ke babak selanjutnya, ini seakan semakin membuktikan bahwa kutukan untuk juara bertahan Piala Dunia ketika bertanding di edisi selanjutnya memang benar adanya. Bahkan, Jerman yang terkenal kuat itu pun tak bisa melepaskan kutukan tersebut.
Pelatih timnas Jerman, Joachim Löw, tentu mesti menyusun kartunya dengan tepat untuk memastikan langkah Jerman ke babak selanjutnya. Winger muda, Julian Brandt, boleh jadi merupakan kartu truf yang akan memastikan langkah Jerman ke babak selanjutnya.
Sebelum turnamen dimulai, perdebatan kemudian muncul karena Löw lebih memilih untuk membawa Brandt ketimbang penyerang sayap Manchester City, Leroy Sane. Padahal, Sane memiliki musim yang sangat mengesankan bersama klubnya, bahkan membawa klub sisi biru kota Manchester tersebut meraih gelar juara Liga Primer Inggris. Catatan 10 gol dan 15 asis tampaknya tidak cukup untuk mengubah keputusan Löw. Dirinya tetap bergeming untuk membawa Brandt ketimbang Sane.
Löw menggunakan istilah atletik dan balap lari, “photo finish” untuk menjelaskan bagaimana dirinya begitu kesulitan untuk memilih antara Sane dan Brandt. Situasi timnas Jerman saat ini adalah waktu yang tepat untuk Löw membuktikan keputusannya tidak salah, saat ia menampik Sane dan lebih memilih Brandt.
Tiga pemain yang diandalkan Löw di sektor sepertiga akhir lapangan bagian penyerangan belum menampilkan permainan terbaik. Thomas Müller seakan kehilangan ketajaman seperti yang ia tunjukkan di dua edisi Piala Dunia sebelumnya. Marco Reus baru muncul tajinya di laga kedua melawan Swedia, sementara Julian Draxler tidak menunjukan level permainan yang sama setidaknya ketika ia menjadi kapten timnas Jerman di Piala Konfederasi 2017 lalu.
Sementara Brandt, di tujuh menit bertandingnya untuk timnas Jerman di dua laga Piala Dunia 2018 ini, melakukan pekerjaan yang mengesankan. Ya, hanya tujuh menit saja. Kunci dari permainan Brandt adalah keberaniannya. Ia seakan tampil lebih lepas ketimbang para seniornya. Boleh jadi karena masih belia, Brandt tampil penuh nyali di setiap kesempatan yang diberikan kepadanya.
Di tujuh menit tersebut, Brandt dua kali memberikan ancaman yang benar-benar efektif ke pertahanan lawan. Draxler memang menjadi pemain yang paling banyak menembak, tetapi upayanya tersebut hanya satu yang benar-benar menemui sasaran. Dua sepakan Brandt di dua pertandingan hampir saja membuahkan gol. Upayanya hanya terhenti oleh tiang gawang lawan.
Bahkan ketika serangan Jerman mampat, baik di laga melawan Meksiko maupun Swedia, masuknya Brandt justru membuat alur serangan tim menjadi lebih mengalir. Keberanian serta kesegaran Brandt membuatnya bisa dengan sangat percaya diri memegang bola dan melewati pemain bertahan lawan. Sesuatu yang jarang sekali ditunjukan oleh tiga gelandang serang Jerman yang lain.
Brandt memang memiliki potensi besar dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa menjadi kunci Jerman melenggang ke babak selanjutnya. Mereka mesti menang, tentu dengan skor besar atas Korea Selatan. Brandt adalah sosok yang sesuai mengingat pilihan Löw sebelumnya sepertinya mengalami kebuntuan. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah Löw bersedia berjudi dengan memainkan pemain muda seperti Brandt sejak menit pertama?