Brasil bukanlah Brasil saat ditahan imbang Swiss 1-1 di laga pertama. Pernyataan yang aneh, namun tepat untuk menggambarkan penampilan mereka di Rostov Arena kala itu. Seperti melihat seorang teman tiba-tiba muncul dengan kelakuan yang tak sesuai dengan sikap kesehariannya.
Ketangguhan Selecao selama babak kualifikasi seperti tak terlihat. Terlalu banyak percobaan terbuang percuma. Kreativitas serangan pun terhambat. Saat bola sampai di kaki Neymar, pemain termahal dunia itu langsung ‘dihabisi’, dan sialnya, pertahanan tangguh mereka harus kebobolan dengan cara yang sedikit kontroversial.
Padahal kualitas lini depan Brasil begitu mengerikan, hingga pemain sekelas Roberto Firmino pun harus rela duduk di bangku cadangan, sesuatu yang mungkin akan membuat sang pelatih, Tite diludahi dan dicaci maki seandainya ia melatih Liverpool.
Demi mengangkat kembali nama baik yang sedikit ternoda di tangan Swiss, mereka bertekad menang melawan Kosta Rika di laga kedua. Neymar yang sebelumnya diragkan tampil dan sempat absen latihan, nyatanya tetap diturunkan. Bahkan kecuali Fagner yang mengisi posisi Danilo yang cedera, susunan pemain yang diturunkan tetap sama, bahkan termasuk formasi 4-2-3-1 yang baru dipakai Tite di Piala Dunia ini.
Melihat lawan mereka, Kosta Rika, adalah tipe yang gemar bertahan dan mengandalkan serangan balik, sudah dipastikan bahwa Brasil akan menguasai jalannya laga. Serangan yang didominasi lewat sisi sayap, tempat Neymar dan Willian berada pun menjadi andalan. Pola serangan yang coba dibangun secara rapi dari belakang pun dilakukan, namun sekali lagi, Kosta Rika bukanlah tim yang mudah ditembus begitu saja. Los Ticos yang sudah bertahun-tahun bermain dengan skema lima bek tahu betul bagaimana menahan gempuran para penyerang kelas dunia.
Ucapan Oscar Ramirez yang mengatakan akan menjaga Neymar dengan dua orang pun benarlah adanya. Berkali-kali usaha Neymar berhasil digagalkan barisan pertahanan Kosta Rika. Akibat kesulitan mencari celah di kotak penalti, rencana cadangan pun dilakukan, yaitu melakukan percobaan dari luar kotak penalti.
Philippe Coutinho dua kali mencoba peruntungannya seperti kala melawan Swiss, namun kali ini tendangannya tak melengkung indah dan menusuk sudut gawang, melainkan melebar jauh dari harapan. Begitu juga dengan usaha Willian dari sisi kanan. Akurasinya malah jauh lebih buruk. Marcelo pun tak mau ketinggalan. Ia juga dua kali melepaskan tembakan, namun satu tembakan mendatarnya mengarah tepat kepada rekan sekantornya di klub, Keylor Navas. Sisanya melenceng dari gawang.
Meskipun begitu, Brasil tak patah semangat. Babak kedua tetap mereka jalani dengan keyakinan bahwa akhirnya gawang Navas akan jebol juga. Terlebih melihat catatan kebobolan Kosta Rika yang sebenarnya cukup banyak meskipun mereka memakai lima pemain belakang. Demi memuluskan rencana ini, Tite mengganti Willian yang kurang eksplosif dengan Douglas Costa.
Lima menit babak kedua berjalan, Brasil sudah hampir unggul. Sayang, sundulan Gabriel Jesus membentur tiang dan upaya Coutinho masih bisa diselamatkan dengan heroik oleh Cristian Gamboa. Usaha memborbardir pertahanan Kosta Rika ini tak berhenti. Namun sayangnya tak ada yang membuahkan hasil. Baik upaya Thiago Silva, Casemiro, Coutinho, Neymar, hingga Gabriel Jesus, semua tak ada yang bisa mengubah papan skor. Tite sampai memasukkan Firmino untuk menggantikan Paulinho demi menambah daya gedor, namun lini belakang Kosta Rika tetap aman terkendali.
Brasil sempat mendapat angin segar saat wasit Bjorn Kuipers memutuskan untuk melihat tayangan Video Assistant Referee (VAR) setelah Neymar ‘diduga’ dilanggar oleh Giancarlo Gonzalez, namun keputusan wasit asal Belanda ini memutuskan tak ada penalti untuk Brasil.
Selama 45 menit babak kedua, ada 13 percobaan tembakan yang dilakukan Brasil ke gawang Kosta Rika. Semuanya gagal. Itu sebabnya saat ofisial keempat menunjukkan waktu tambahan 6 menit, bayangan hasil negatif akan kembali menghantui.
Namun ungkapan bijak bahwa usaha tak akan membohongi hasil benar-benar terbukti di pertandingan ini. Kosta Rika yang hanya ingin mengejar hasil imbang nyatanya benar-benar mendapatkan hukuman dari permainan mereka sendiri. Sebaliknya, Brasil yang tak pernah menyerah meski berkali-kali penyelesaian mereka mengecewakan ternyata mampu mencetak dua gol di waktu tambahan itu.
Coutinho membuka keunggulan di menit 90+2 kala umpan silang Marcelo berhasil disundul oleh Firmino, yang mengarah kepada Gabriel Jesus. Dengan satu sentuhan, penyerang muda Manchester City itu mengumpan pada Coutinho yang berhasil menempatkan bola di kolong kaki Navas. Saat petandingan memasuki detik-detik akhir, umpan terobosan Casemiro berhasil disambut Douglas Costa yang mengumpan kepada Neymar. Nama terakhir akhirnya berhasil mencatatkan namanya di papan skor, sekaligus menutup laga dengan kemenangan.
Brasil membuka lebar-lebar peluang lolos ke babak 16 besar, dan teruntuk Kosta Rika… selamat menikmati liburan musim panas lebih cepat.