Pertandingan antara Nigeria melawan Islandia barangkali merupakan pertandingan yang paling hipster di Piala Dunia 2018. Kedua negara ini memang begitu populer, namun bukan karena alasan sepak bola. Nigeria mampu membuat banyak pencinta sepak bola jatuh hati karena seragam mereka yang begitu swag dan kekinian. Penggemar pun dimanjakan karena The Super Eagles pun mengenakan seragam kandangnya yang begitu elok, yang konon langsung habis terjual.
Di satu sisi, Islandia adalah idola semua orang. Kisah romantis mereka sebagai negara debutan yang penduduknya hanya sekitar 330 ribu orang menjadi alasannya. Tak hanya itu, suporter mereka yang begitu kreatif dengan thunderclap-nya tentu membuat Starakarnir okkar begitu mudah untuk dicintai.
Meskipun terkesan hipster, tentunya kita tetap mengharapkan pertandingan yang seru di Stadion Volgograd. Mengapa begitu, karena baik Nigeria maupun Islandia memang turun dengan kekuatan (hampir) penuhnya. Mengapa hampir penuh? Karena kedua negara ini sama-sama tidak menurunkan pemain yang diharapkan bisa bersinar dan menjadi pembeda sebagai starter. Pelatih kepala Nigeria, Gernot Rohr, memutuskan untuk meminggirkan gelandang muda berbakat yang merumput bagi Arsenal, Alex Iwobi. Di sisi lain, Heimir Hallgrimsson memutuskan untuk membangkucadangkan pemain sayap Burnley, Johann Berg Gudmundsson.
Dan benar, pertandingan pun berjalan menarik, meski hanya setidaknya di satu babak.
Di babak pertama, tim hipster dari Eropa-lah yang lebih banyak memegang kendali. Hanya enam menit laga berjalan, bintang Islandia, dua kali mengancam gawang Francis Uzoho. Sayang, baik tendangan bebas maupun sepakan jarak jauhnya masih mampu diamankan kiper belia tersebut. Setelah dua peluang tersebut, hampir tak ada terjadi peluang yang berarti. Nigeria mampu mengancam lewat kecepatan pemain sayap milik Chelsea, Victor Moses, namun tak ada yang berarti. Di satu sisi, Islandia mendapat peluang emas kala babak pertama hampir berakhir.
Kala itu, tendangan bebas yang dikirimkan Sigurdsson mampu disambut oleh Jon Dadi Bodvardsson. Sayang, antisipasi penyerang yang bermain bagi Reading tersebut tak sempurna dan bola harus keluar dari lapangan.
Yang mengagetkan, justru Nigeria yang lebih dulu mencetak gol. Ketika babak kedua baru berjalan empat menit, Ahmed Musa berhasil mengontrol umpan silang Moses dengan manis, sebelum menembak bola yang menghujam gawang Hannes Thor Haldorsson dengan kencang.
Momentum hadir ke The Super Eagles pasca-gol tersebut. Di menit 57, giliran rekan seklub Musa di Leicester City, Wilfried Ndidi, yang menebar ancaman. Ndidi melepas tendangan jarak jauh yang impresif, namun Haldorsson berhasil membuat penyelamatan yang tak kalah impresif.
Tak hanya itu, Moses yang tampil impresif di pertandingan ini berhasil beberapa kali mengancam pertahanan Islandia. Strakarnir Okkar setidaknya berhasil memberikan respon. Di menit ke-67, si tampan Rurik Gislason melepaskan sepakan jarak jauh. Sayang, bola melayang beberapa senti dari tiang gawang Nigeria. Di satu sisi, justru Nigeria yang berhasil kembali membahaykan gawang Islandia. Di menit ke-73, sepakan Musa membentur tiang gawang yang dijaga Haldorsson.
Beruntung bagi eks penyerang CSKA Moskow tersebut, hanya berselang satu menit dari sepakannya yang mengenai tiang, ia berhasil mencetak gol yang spektakuler. Musa berhasil mengelabui Haldorsson dan beberapa pemain bertahan Islandia, sebelum akhirnya menyelesaikan dribel slalom-nya ke gawang yang kosong.
Odin dan anak-anaknya tampak sedang tak peduli pada Islandia. Tepat di menit ke-80, Sigurdsson memiliki kesempatan untuk menyamakan kedudukan setelah wasit Matt Conger dan VAR memastikan Alfred Finnbogason dilanggar di kotak 16 besar Nigeria. Sayang seribu sayang, penalti Lionel Messi yang gagal kala berhadapan dengan timnya menginspirasi Sigurdsson untuk melakukan hal serupa.
Meski Islandia juga sempat melayangkan serangan, Nigeria-lah yang akhirnya meraih kemenangan di pertandingan favorit para hipster ini. Moses dan kolega pun berhasil menjaga asanya untuk lolos dari babak grup, sementara sang debutan harus menghantam batu karang besar untuk kembali menciptakan keajaiban seperti di Piala Eropa dua tahun lalu.
Satu yang pasti, hasil di laga ini tentu disambut dengan bahagia oleh Jorge Sampaoli dan Argentina di luar sana.