Pilihannya untuk membela tanah leluhur di Piala Dunia tidak salah. M’Baye Niang, yang sempat digadang-gadang akan menjadi wonderkid Prancis dan sudah berseragam Les Bleus sejak level junior, di Piala Dunia 2018 menjelma sebagai salah satu pemain kunci Senegal. Itu dilakukannya di laga pertama yang berlangsung kemarin malam (19/6).
Mengejar bola lambung Polandia yang diarahkan ke lini belakang, Niang dengan cerdik mengintai bola dari blind side pundak bek Polandia, Jan Bednarek, pemain yang menggantikan Jakub Błaszczykowski di awal babak kedua. Ia mengira Niang ada di sebelah kirinya, tapi ketika ditengoknya sisi itu, Niang justru menyelinap dari sebelah kanannya.
Parahnya lagi bagi Polandia, kesalahan Bednarek bukan yang satu-satunya di gol itu. Paket combo keteledoran Polandia terjadi ketika Wojciech Szczeşny, yang di benaknya entah terlintas pikiran apa, coba maju menghalau bola ketika jarak antara Niang ke bola lebih dekat plus dengan lari yang pastinya lebih kencang dari kiper Juventus tersebut.
Sebagai kiper Szczeşny memang harus berpikir cepat. Mungkin ia merasa Bednarek akan kecolongan dan ia mencoba menutup ruang tembak Niang, tapi keputusan itu justru berbuah blunder. Niang dapat mencuri bola, berlari sendirian ke gawang Polandia, dan mencetak gol kedua bagi Singa Teranga.
Gol yang sekaligus membuat perjuangan Polandia semakin berat untuk membalikkan keadaan, karena hanya tersisa 30 menit untuk mencetak minimal 3 gol agar bisa mendapat 3 poin. Selain itu, Niang juga membayar tuntas kesalahannya di babak pertama yang gagal memberi umpan manis ke rekannya ketika mendapat ruang lari di kotak penalti Polandia.
Niang yang hari ini disayang
Di skuat Senegal, Niang bukan pilihan utama. Dalam babak kualifikasi ia bergantian mengisi pos sayap kiri dengan Keita Balde Diao, wonderkid yang diorbitkan Lazio dan sekarang merumput di AS Monaco. Oleh karena itu, pemilihan Niang sebagai starter di laga kontra Polandia cukup mengejutkan.
Itu juga berkaitan dengan rekam jejak Niang di level klub. Sejak membawa label pemain muda berbakat dari Caen, sinar Niang justru melempem. Ia kesulitan mengembangkan permainan di AC Milan, dan menjalani serangkaian masa peminjaman. Mulai dari Montpellier, Genoa, Watford, dan Torino musim lalu.
Semuanya hanya tim kelas dua, dan performa Niang biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial, sehingga orang-orang tak lagi peduli dengannya. Niang sudah kadung lekat dengan predikat pemain muda yang layu sebelum berkembang. Hingga akhirnya, kesempatan untuk memupus citra negatif itu tiba di Otkrytie Arena.
Satu gol cerdik, untuk tiga poin Senegal di pertandingan pertama. Sang Singa dari Teranga kembali mengawali turnamen empat tahunan ini dengan kemenangan, dan lagi-lagi menaklukkan tim Eropa. Prancis keok 0-1 di 2002, dan kali ini Polandia yang bertekuk lutut dengan skor 1-2.
Niang dan Senegal memang masih punya dua laga sisa di fase grup, yang akan menentukan kelolosan mereka ke babak berikutnya. Namun dengan jarak pertandingan yang masih lima hari lagi, tidak ada salahnya jika hari ini masih dirayakan dengan suka cita gegap gempita meraih kemenangan.
Setidaknya, Senegal bisa memulainya dengan menyapa Niang sejak keluar dari kamar hotel. “Selamat pagi, M’Baye Niang ku sayang…”