Selain nama para pemain Islandia dengan akhiran ‘son’, nama para penggawa asal Korea Selatan juga sama menariknya. Apalagi ditambah nama para pemain Korea Selatan berbeda dengan kebanyakan negara Asia Timur lain yang kebanyakan terdiri dari dua baris nama saja. Uniknya, ada banyak kesalahan yang sering terjadi dalam mengeja atau mengucap para pemain asal Korea Selatan.
Boleh jadi karena bentuk nama yang berbeda, bahkan dengan kebanyakan negara di dunia, karena itu sering terjadi kesalahan dalam mengeja nama para pemain Korea Selatan. Kesalahan ini bahkan bukan saja terjadi di Indonesia saja, para pemandu pertandingan pun cukup sering melakukan kesalahan dalam mengeja atau mengucap nama para pemain asal Korea Selatan. Hal tersebut juga terjadi di laga perdana Korea Selatan di Piala Dunia 2018 melawan Swedia.
Nama belakang – nama depan
Biasanya ini yang cukup sering diabaikan karena kaidah Latin berbentuk nama depan-nama belakang (surname–last name), sementara itu, kaidah nama dalam bahasa Korea berbeda atau tepatnya berkebalikan. Nama belakang atau nama marga (last name) Korea disimpan di depan, sementara nama depan disimpan di belakang.
Agar tidak ruwet, begini penjelasan yang lebih mudahnya. Kita ambil contoh dari nama bintang Korea Selatan sekaligus andalan klub Tottenham Hotspur, Son Heung-min. Nama marga sang pemain adalah “Son”, sementara namanya sendiri adalah “Heung-min”. Maka seandainya ia memiliki anak, kata “Son”-lah yang kemudian akan diwariskan. Menjadi Son Kyung-soo, misalnya.
Ada beberapa perubahan yang dilakukan di turnamen internasional. Masih segar dalam ingatan bagaimana nama punggung para pemain Korea Selatan di Piala Dunia 2002, ditulis seperti ini “J.S. Park”. Dengan menempatkan nama marga di belakang, seperti kaidah latin, hal ini ditujukan untuk menghindari kebingungan dan memudahkan komentator dan perangkat pertandingan. Karena memang nama marga Korea lebih mudah dieja ketimbang nama mereka sendiri.
Dan banyak kesalahan ucap lain
Well, kesalahan ucap memang sering terjadi terutama karena ada perbedaan budaya ucap, dan aspek-aspek kebahasaan lainnya. Tentu tidak ada yang menyangka sebelumnya bagaimana nama N’Golo Kante dibaca No-Go-lo Kon-te. Atau nama belakang Diego Michiels nyatanya dibaca ‘Mi-hils’ bukan ‘Mi-cels’ atau ‘Mi-kels’ seperti yang seperti kebanyakan orang ketahui.
Tidak hanya di Indonesia, bahkan komentator di penyiaran global pun sering melakukan kesalahan dalam mengeja nama para pemain asal Korea Selatan. Lagi-lagi penyebabnya adalah karena perbedaan budaya (custom) dalam mengeja dan mengucap sesuatu, di mana kebanyakan negara di dunia memang mengacu kepada kaidah mengeja dan mengucap versi latin.
Kesalahan paling mendasar adalah mengucap kata Lee, seperti dalam nama bocah ajaib Korea Selatan, Lee Seung-woo atau kompatriotnya yang lain, Lee Jae-sung. Berbeda dengan cara ucap Cina atau latin yang mengeja kata Lee menjadi “Li”, cara mengeja nama Lee yang tepat sesuai dengan kaidah bahasa Korea adalah “Yi” atau “I” tergantung dengan dialek daerahnya. Di Korea Utara bahkan nama Lee dieja sebagai “Ri”,
Berlanjut dengan mengeja nama “Park” seperti dalam nama Park Ji-sung atau Park Joo-ho. Biasanya, kebanyakan orang akan mengeja nama pemain dengan nama ini seperti mengeja kata taman (Park) dalam bahasa Inggris. Padahal, sebenarnya cara yang tepat mengeja nama “Park” adalah “Pak” tanpa huruf “R”. Bahkan dalam beberapa dialek lain, nama ini juga dieja “Bak”.
Sementara nama “Kim” sebenarnya dieja “Gim” namun dengan huruf “G” yang agak samar. Nama pemain Korea dengan rima huruf “u” sebenarnya dibaca “o”. Misalnya Lee Jae-sung. Namanya buka dieja “Je-sung” melainkan “Je-song”. Atau pemain bertahan Yu Yong-sun yang nama tepatnya dibaca “Yong-son” bukan “Yong-sun”. Tetapi kaidah ini tidak berlaku bagi nama yang memiliki akhiran “u”. Nama kiper, Kim Seung-gyu tetap dibaca “Seung-gyu”.
Kesalahan ucap memang terkesan sepele, terutama karena alasan besar bahwa dunia ini diisi oleh budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Tetapi, Anda tentunya akan sedikit merasa terganggu ketika nama Anda dieja dengan cara yang salah, bukan? Boleh jadi itulah perasaan serupa dari para pemain asal Korea Selatan ketika nama mereka dieja dengan kurang tepat.
Bonus: Hyung bukan oppa
Selain salah eja dan pengucapan, ada salah kaprah lain terutama yang terjadi di Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa kata “Oppa” adalah sebutan untuk ‘Mas’ atau ‘Abang’ dalam bahasa Korea. Tidak salah memang, tetapi kata “Oppa” ini sifatnya tidak universal. ‘Oppa’ hanya diperuntukan ketika seorang perempuan menyebut seorang mas-mas atau abang-abang. Sementara ketika seorang laki-laki menyebut lelaki lain yang lebih tua kata yang tepatnya adalah “Hyung” atau “Hyung-nim” untuk situasi yang lebih formal.