Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018, Swedia vs Korea Selatan: Baik-Baik Saja Tanpa Zlatan Ibrahimovic

Mata-mata, menjadi istilah yang hangat diperbincangkan jelang pertandingan Swedia vs Korea Selatan. Swedia tertangkap basah mengirim seseorang untuk mengamati latihan Korea Selatan, padahal saat itu tim Ksatria Taeguk mengadakan sesi latihan tertutup. Meski demikian, Korea Selatan sudah menyiapkan antisipasi hal itu.

Dalam laga uji coba melawan Bolivia dan Senegal, Korea Selatan mengacak nomor punggung dan nomor dada beserta nama punggung para pemainnya. Di dua pertandingan tersebut hanya Son Heung-min dan Ki Sung-yueng yang mengenakan nomor aslinya. Mengenai hal tersebut, Shin Tae-yong pelatih Korea Selatan memiliki alasan tersendiri.

“Kami menukar seragam mereka karena tak ingin lawan kami di Piala Dunia nanti mengetahui semua pemain kami dan kami mencoba untuk mengecoh mereka,” ungkap Shin dikutip dari BBC.

“Mereka mungkin sudah tahu beberapa dari pemain kami, namun sangat sulit bagi orang Barat untuk membedakan orang Asia. Itulah mengapa kami melakukan cara seperti itu,” pungkasnya.

Korea Selatan memang menyimpan ancaman tersendiri di Piala Dunia kali ini. Skuat Shin Tae-yong walaupun bukan yang terbaik di Grup A kualifikasi Zona Asia, tapi memiliki kualitas pemain khas tim-tim Eropa. Tiga yang terbaik langsung diturunkan sejak menit pertama malam ini.

Ki Sung-yueng yang sudah lama malang melintang di Liga Primer Inggris bersama Swansea City menjabat ban kapten. Son Heung-min, oppa idola para kaum hawa yang wajahnya paling kinclong saat pengumuman skuat Piala Dunia, diplot sebagai penyerang utama. Ia berduet dengan wonderkid Red Bull Salzburg berusia 22 tahun, Hwang Hee-chan.

Sementara itu dari Swedia, tim asuhan Janne Andersson yang menjalani fase baru selepas era Zlatan Ibrahimović tampil dengan Emil Forsberg sebagai jenderal permainan. Ia bertugas menjadi kreator serangan sekaligus pelayan penyerang dari Al-Ain FC, Markus Berg.

Babak pertama dimulai dengan inisiatif serangan Korea Selatan. Dengan formasi 4-3-3, Shin Tae-yong benar-benar memaksimalkan kedua sayapnya yang ditempati Hwang Hee-chan dan Son Heung-min untuk mengeksploitasi lini belakang Swedia yang berpostur tinggi besar tapi lambat berlari.

Strategi tersebut berjalan manis di 15 menit pertama. Hwang sangat merepotkan Swedia dengan kecepatannya. Di sisi kanan ia mendapat pasokan bola yang memadai, tapi ketiadaan penyerang tengah yang berkualitas membuat perpaduan Hwang dan Son di kedua sayap Korea Selatan tak berbuah maksimal.

Sebaliknya bagi Swedia, perlahan mereka mampu mengambil alih penguasaan bola. Bahkan di menit 19, Markus Berg mendapat peluang bersih yang 95% seharusnya gol karena tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Jo Hyun-woo, tapi kiper Korea Selatan itu dengan gemilang dapat mengagalkannya.

Setelah peluang Berg tersebut, Korea Selatan seperti kehilangan arah. Mereka terus menerus ditekan, dan 4-3-3 ala Shin Tae-yong yang baru dipakai pertama kalinya di tahun 2018 ini, terlihat masih belum fasih diperagakan para pemainnya.

Terbukti beberapa menit kemudian Berg kembali mendapat peluang emas. Lagi-lagi ia lolos dari kawalan dan berhadapan one-on-one dengan Jo, tapi lagi-lagi kesempatan itu terbuang. Kenapa itu bisa terjadi? Ya karena yang melakukannya Markus Berg. Hanya “Berg” tanpa “kamp” di belakangnya.

Hingga jeda turun minum, tak ada gol yang tercipta. Negara asal IKEA bermain imbang 0-0 dengan negara yang terkenal dengan kelezatan Kimbap-nya.

Di babak kedua situasi tak banyak berubah. Swedia yang kadung nyaman mengepung Korea Selatan kembali menggebrak lewat penyerangnya. Kali ini Ola Toivonen yang menyambut umpan tendangan bebas Emil Forsberg dengan sundulan, tapi lagi-lagi mentah di tangan Jo Hyun-woo.

Di momen tersebut, mungkin pendukung Swedia sangat kesal dengan juru gedor mereka. Mungkin juga, kerinduan pada Zlatan Ibrahimović dan atau Henrik Larsson muncul seketika. Tetapi pepatah berkata, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Kalimat legendaris yang menampakkan wujudnya di menit 65.

Kim Min-woo, bek kiri yang menggantikan Park Jo-hoo di babak pertama karena cedera, dengan ceroboh menekel pemain Swedia, Viktor Claesson, di kotak penalti sendiri. Wasit awalnya menganggap itu tekel bersih, tapi seperti di laga Prancis kontra Australia, ia berubah pikiran kemudian. Dihentikannya pertandingan, ditujunya Referee Review Area, lalu ditunjuknya titik putih.

Penalti untuk Swedia, dan dituntaskan dengan baik oleh Andreas Granqvist. Bek jangkung berusia 33 tahun yang di masa keemasannya sempat dirumorkan akan merapat ke AC Milan. Penalti ini juga menjadi gol pertama Swedia di Piala Dunia sejak 2006, sejak Marcus Allbäck dan Henrik Larsson membuat Inggris tertahan 2-2 di laga terakhir Grup B.

Gol penalti tersebut menjadi satu-satunya yang tercipta di Nizhny Novgorod Stadium malam ini. Membuat Swedia menyamai perolehan poin Meksiko di Grup F, yang berarti Korea Selatan beserta Jerman mendekam di dua posisi terbawah tanpa poin.

 

Konser tunggal Hwang Hee-chan

Korea Selatan memang takluk di laga pertama mereka pada Piala Dunia 2018, yang juga menjadi kekalahan perdana di empat partai pembuka Piala Dunia, tapi Ksatria Taeguk tidak sepenuhnya berlumur kesedihan. Sebab, ada satu titik cerah dari penampilan mereka malam ini, yaitu performa apik Hwang Hee-chan.

Pemuda berusia 22 tahun ini menjelajah sisi kanan timnya tanpa kenal lelah. Dari membantu Lee Yong di bek kanan sampai menginisiasi serangan balik di sayap kanan, Hwang menunjukkan potensi yang luar biasa. Determinasi tinggi, stamina kuda, visi bermain apik, dan kecepatan khas pemain Asia.

Malam ini memang tidak ada gol yang dicetaknya, termasuk peluang emas yang terbuang di menit 90, tapi wahai dunia sepak bola, ingatlah nama wonderkid Red Bull Salzburg yang satu ini. Dia akan jadi komoditi panas di bursa transfer Eropa, dan bersiap mengikuti jejak Park Ji-Sung serta Lee Young-pyo yang harum namanya di Benua Biru.