Brasil melawan Swiss, pertandingan antara dua negara dengan corak yang bertolak belakang. Brasil yang kental dengan nuansa tropis, pantai eksotis dan segelas minuman buah menyegarkan, bertemu Swiss, negara pegunungan yang terkenal dengan coklatnya, juga jam tangan yang di Indonesia sulit dibedakan mana yang asli dan palsu.
Di laga ini juga, dapat kita temukan corak kehidupan yang berbeda dari susunan starting line-up. Corak kehidupan yang berasal dari pencapaian masing-masing individu di klubnya musim 2017/2018
Brasil mengandalkan pemain-pemain terbaik dari tim-tim terbaik Eropa saat ini. Thiago Silva juga Neymar (Paris Saint-Germain), Marcelo dan Casemiro (Real Madrid), Danilo serta Gabriel Jesus (Manchester City), lalu Philippe Coutinho beserta Paulinho (Barcelona) adalah pemain-pemain yang musim ini menggengam trofi juara bergengsi di klubnya masing-masing.
Sementara itu untuk pemain lainnya, ada Joao Miranda palang pintu andalan Internazionale Milano, Willian yang memendam kerinduan pada Jose Mourinho, dan kiper AS Roma dengan aroma nama ala Islandia, Alisson Becker.
Kemudian di Swiss, yang terjadi adalah sebaliknya. Dari susunan 11 pemain inti yang diturunkan Vladimir Petković, beberapa di antaranya adalah pemain buangan. Ada Stephan Lichsteiner yang dipungut Arsenal dari Juventus secara gratis, ada juga Xherdan Shaqiri yang menjajakan diri di Rusia setelah Stoke City degradasi.
Sisanya, dari 11 pemain tersebut hanya Manuel Akanji wonderkid Borussia Dortmund yang diorbitkan FC Basel, Granit Xhaka gelandang Arsenal, serta bek kiri AC Milan dengan “blangkon” di kepalanya, yaitu Ricardo Rodríguez, yang performanya di level klub cukup bagus musim lalu.
Dengan materi pemain yang berbanding terbalik itu, jalannya pertandingan bisa ditebak dengan mudah. Brasil mendominasi penguasaan bola, dan Swiss hanya mampu bertahan sembari mencari celah untuk melakukan serangan balik. Ini membuat 4-2-3-1 yang sama-sama diterapkan Brasil maupun Swiss tampak berbeda skemanya di lapangan.
Dengan mengepung Swiss, Brasil sudah mendapat peluang di menit 10. Umpan silang Neymar secara tidak sengaja jatuh di kaki Paulinho, tapi gelandang Barcelona yang sempat diragukan pada awal kedatangannya di Camp Nou itu gagal menceploskan bola walau berdiri bebas.
Peluang Paulinho tersebut tampaknya menjadi pemanasan bagi Brasil. Sebab, 10 menit berselang mereka benar-benar menggenggam keunggulan. Philippe Coutinho mencetak gol sesuai ciri khasnya. Tendang placing jarak jauh yang melengkung indah menghujam gawang lawan. Memanfaatkan umpan silang Giring Nidji Marcelo yang gagal diantisipasi dengan baik oleh lini belakang Swiss.
Brasil mengakhiri babak pertama dengan keunggulan 1-0.
Unggul secara skor dan fakta unik, Brasil justru mengawali babak kedua dengan kelengahan. Sepak pojok Swiss di menit 50 menghasilkan gol penyama kedudukan yang dicetak Steven Zuber dengan sundulannya. Pemain Brasil sempat memprotes karena Zuber terlihat mendorong Miranda, tapi wasit tidak menggubrisnya.
Brasil yang berhasrat meraih tiga poin di laga perdana kemudian semakin gencar melakukan serangan. Namun berbagai upaya yang dilakukan anak asuh Tite selalu kandas di kaki dan kepala para pemain Swiss, yang berdiri kokoh tinggi menjulang seperti pegunungan yang mengitari negara mereka.
Bahkan masuknya Roberto Firmino dan tambahan waktu lima menit tidak mampu menolong Brasil untuk merasakan nikmatnya kemenangan di laga perdana Grup E. Skor 1-1 membuat kedua tim yang secara warna baju seperti Barito Putera dan Bali United ini menempati peringkat di bawah Serbia yang menang 1-0 lawan Kosta Rika, enam jam sebelumnya.
Peran Manuel Akanji dan Valon Behrami
Manuel Akanji dan Valon Behrami menjadi dua pemain terbaik Swiss di laga ini. Akanji menjelma bak gunung dengan trek terjal yang sulit didaki para anak-anak pantai dari Brasil. Ia mengagalkan penetrasi Gabriel Jesus dengan brilian, dan penempatan posisi yang baik membuatnya melakukan banyak intersep krusial.
Kemudian bagi Behrami, ia memang mendapat satu kartu kuning di pertandingan ini, tapi secara keseluruhan tampil nyaris tanpa cela. Sebagai seorang pemain veteran, ia secara dewasa meladeni Neymar yang bermain-main di depannya. Lugas dan tanpa kompromi Behrami menghentikan laju Neymar dengan berbagai cara, tapi tetap sesuai kaidah bermain sepak bola.
Hingga akhirnya, Behrami ditarik keluar di pertengahan babak kedua karena cedera. Otot pahanya tertarik setelah mencoba merebut bola dari penguasaan Gabriel Jesus. Posisinya digantikan Denis Zakaria, wonderkid Swiss lainnya dari klub Borussia Mönchengladbach.
Disertai ketangguhan kiper Yann Sommer yang bermain konsisten hingga akhir laga, jadilah ketiga pria tersebut pemain kunci Swiss pada laga yang berakhir sama kuat di Rostov dini hari ini.