Kendati bernama Piala Dunia, namun turnamen sepak bola antar-negara yang satu ini masih didominasi oleh utusan Amerika Latin dan Eropa, khususnya perihal titel juara. Dalam 21 edisi penyelenggaraan, hanya negara-negara dari sepasang konfederasi tersebut yang sanggup beroleh titel juara.
Sementara wakil benua lain seperti Afrika, Amerika Utara, Asia dan Oseania, tak lebih dari sekadar pelengkap sekaligus penggembira. Praktis, capaian terbaik dari keempat wilayah ini adalah posisi tiga di Piala Dunia 1930 yang ditorehkan oleh Amerika Serikat.
Walau demikian, jangan coba-coba meragukan keseriusan negara-negara Afrika, Asia, Amerika Utara ataupun Oseania tatkala beroleh kesempatan mentas di Piala Dunia.
Khusus bagi utusan konfederasi Afrika, kehadiran mereka di setiap perhelatan Piala Dunia selalu menghadirkan kisah ikonik berupa kejutan. Penggemar sepak bola tentu tidak akan pernah lupa bagaimana Kamerun menghentak jagad raya di Piala Dunia 1990. Keadaan serupa diulangi Senegal pada Piala Dunia 2002 dan Ghana di Piala Dunia 2010. Kebetulan, semua negara ini berhasil melangkah sampai babak perempat-final.
Namun di luar itu semua, wakil Afrika mencatatkan sebuah konsistensi yang awet sedari Piala Dunia 1986 silam. Mengacu pada statistik, setidaknya selalu ada satu utusan Benua Hitam yang mampu menjejak fase gugur.
Bahkan di Piala Dunia 2014 kemarin, untuk kali pertama, muncul dua gacoan asal Afrika yang melaju ke 16 besar yaitu Aljazair dan Nigeria meski sama-sama tumbang pada babak tersebut.
Layaknya lima turnamen Piala Dunia terakhir, Afrika kembali mengirimkan lima wakilnya di Piala Dunia 2018. Mereka adalah Maroko, Mesir, Nigeria, Senegal, dan Tunisia.
Dipandang dari sisi kelayakan dan kualitas, negara-negara tersebut jelas mumpuni untuk bertarung dengan utusan konfederasi lainnya. Terlebih, masing-masing dari mereka juga punya seorang pilar andalan yang aksi-aksi ajaibnya sering mendatangkan sesuatu yang tak terduga.
Mesir bertumpu kepada Mohamed Salah, Maroko dipimpin Medhi Benatia, Nigeria siap terbang bersama Alex Iwobi, Senegal bareng Sadio Mane, dan Tunisia yang dikomandoi Wahbi Khazri.
Namun menilik pembagian grup yang sudah dilakukan, wakil Afrika berada pada posisi yang agak terjepit. Alhasil, satu pertanyaan besar pun mengemuka. Sejauh mana langkah wakil Afrika di Piala Dunia 2018 nanti?
Menengok pembagian grup di babak penyisihan, beberapa wakil Afrika berada pada situasi yang kurang menguntungkan. Sebagai contoh, Maroko terjepit di tengah-tengah raksasa Semenanjung Iberia, Portugal dan Spanyol, plus Iran di Grup B. Hal serupa juga dialami oleh Nigeria yang menghuni Grup D bareng Argentina, Islandia dan Kroasia. Sementara Tunisia, bersama Belgia, Inggris dan Panama, bercokol di Grup G.
Situasi itu membuat publik menilai kalau langkah ketiganya akan berakhir singkat pada fase grup akibat keok di hadapan tiga tim lain yang sama-sama ada di grup tersebut.
Praktis, cuma Mesir dan Senegal yang dinilai punya kesempatan lebih besar untuk melaju ke babak berikutnya. Pasalnya, kubu pertama ‘hanya’ bertemu dengan Arab Saudi, Rusia dan Uruguay di Grup A. Di atas kertas, The Pharaohs mengantongi kesempatan lumayan besar buat lolos ke babak berikut.
Sedangkan pihak kedua tergabung di Grup H guna bertarung dengan Jepang, Kolombia dan Polandia. Sejumlah pengamat bahkan yakin jika Les Lions de la Teranga cuma kepayahan saat berduel versus Kolombia. Artinya, menggondol tiket ke fase 16 besar lewat status runner up bukan suatu ketidakmungkinan.
Namun terlepas dari hitung-hitungan seperti itu, wakil-wakil Afrika kudu berusaha ekstra keras supaya mampu bersaing dengan para rival dan sukses mencuri tiket lolos ke fase gugur. Lagipula, sepak bola tidak mengenal kemustahilan sebab apapun bisa terjadi di atas rumput hijau dalam rentang 90 menit.
Bila dapat memperlihatkan aksi-aksi terbaiknya, tak peduli bahwa para penggila sepak bola menempatkan mereka pada posisi underdog, wakil-wakil Afrika pasti bisa membuktikan kapasitasnya di Piala Dunia 2018 secara paripurna demi menghadirkan sedikit kejutan manis.
Tidak menutup kemungkinan jika salah satu di antara mereka akan mampu mengulangi atau bahkan melebihi rekor terbaik utusan Benua Hitam saat berjibaku di Piala Dunia sekaligus memperpanjang streak yang sudah bertahan selama 32 tahun.