Analisis

I Putu Gede dan Racikan Pertahanan Kokoh Perseru Serui

10 pertandingan telah dijalani Perseru Serui di Go-Jek Liga 1 2018. Dari 10 laga tersebut, Cenderawasih Jingga mencatatkan rekor apik, 5 clean sheets dan hanya kebobolan 5 kali. Keduanya adalah yang terbaik di Liga 1 sejauh ini. Apa sebenarnya resep pertahanan kokoh Perseru Serui?

Sebagai tim papan bawah yang targetnya hanya bertahan di kasta tertinggi, Perseru melakukan tugasnya dengan sangat baik. Mereka lebih mementingkan pertahanan, karena untuk tim sekelasnya yang penting adalah tidak kebobolan dulu, sedangkan gol adalah persoalan lainnya.

Untuk melakukannya, I Putu Gede selaku pelatih Perseru musim ini menitikberatkan taktiknya pada pertahanan. Dalam setiap pertandingan Perseru, legenda Arema Malang tersebut menempatkan minimal satu bek sayap dengan naluri bertahan tinggi. Biasanya Donny Harold Monim yang memerankan tugas itu, sedangan satu bek sayap di sisi seberang bertipe cepat untuk membantu serangan balik.

Taktik ini berbeda dengan yang diterapkan oleh dua pelatih Perseru musim lalu. Yusak Sutanto dan Agus Yuwono sama-sama menggeber kecepatan pemain sayap Perseru untuk memburu gol. Dampaknya, Perseru memang lebih produktif, terutama di laga kandang. Di Stadion Marora pada paruh kedua Perseru minimal mencetak dua gol per pertandingan.

Lukas Mandowen, Arthur Bonai, dan Ronaldo Meosido adalah pemain-pemain yang musim lalu sangat diandalkan untuk mencetak gol dengan kecepatannya. Hasrat mencetak gol itu kemudian semakin bertambah karena Perseru memiliki penyerang tajam dalam diri Silvio Escobar, dan playmaker andal bernama Ryutaro Karube.

Formasi anti-sayap

I Putu Gede menerapkan formasi yang menarik di Perseru. Jika menilik daftar susunan pemain atau line-up, Perseru tetap mengandalkan formasi 4-3-3 sama seperti tim-tim Liga 1 lainnya, yang notabenenya adalah formasi menyerang. Namun, 4-3-3 racikan I Putu Gede adalah formasi bertahan.

Seperti yang telah dijelaskan di awal artikel, satu bek sayap Perseru memiliki tugas utama untuk bertahan, sedangkan satu bek sayap lainnya bertipe cepat untuk melakukan serangan balik. Skema ini sengaja disusun untuk meminimalisir pergerakan pemain sayap yang menjadi andalan mayoritas tim-tim Liga 1.

Dengan memiliki satu bek sayap yang jago bertahan, Perseru tidak akan kekurangan pemain di lini belakang, karena minimal ada tiga pemain (dua bek tengah + 1 bek sayap) yang stand by di sana. Ditambah dengan kecakapan Kunihiro Yamashita dan kiper Samuel Reimas, lini belakang Perseru adalah salah satu yang tersulit ditembus.

Selain itu komposisi pemain sayap juga menarik. Satu slot hampir pasti akan diisi Anis Nabar (jika tidak cedera atau akumulasi kartu), sedangkan satu slot lainnya akan diisi oleh pemain yang lebih banyak bergerak ke tengah lapangan. Bisa Djamel Leeflang, Ronaldo Meosido, atau Makarius Fredik Suruan. Dua nama pertama sejatinya berposisi gelandang serang.

Dengan susunan seperti itu, 4-3-3 yang semula terpampang di line-up Perseru, akan berubah menjadi 4-3-2-1. Perseru hanya meninggalkan tiga pemain di depan. Dua adalah Anis dan Silvio Escobar, sedangkan satu lagi biasanya Djamel Leeflang yang menerima bola dari tengah lapangan untuk dibawa ke depan.

Namun I Putu Gede tidak selalu kaku dengan pemilihan formasi. Dalam situasi tertentu jika menghadapi tim yang memiliki kekuatan di kedua sayapnya, ia akan memakai pola 3-4-3 atau 3-5-2. Saat melawan PSMS Medan, Barito Putera, dan Persela Lamongan contohnya.

Perseru memasang tiga bek tengah plus dua bek sayap untuk menandingi kecepatan Frets Butuan dan Erwin Ramdani (PSMS), Rizky Pora dan Samsul Arif (Barito Putera), serta Fahmi Al-Ayyubi dan Saddil Ramdani (Persela).

Pemanfaatan tiga pemain depan

I Putu Gede sadar kalau terus menerus bertahan akan membuat anak asuhnya cepat lelah, baik secara fisik maupun mental. Oleh karenanya, ia juga berusaha membuat Perseru efektif dalam menyerang melalui tiga pemain depannya, Anis Nabar, Djamel Leeflang, dan Silvio Escobar.

Yang menarik adalah peran Anis Nabar. Sebagai pemain sayap ia tidak melulu stand by di sisi lapangan, tapi juga rajin mengejar bola. Bisa dibilang, dialah pemain pertama yang menjadi portal pertahanan Perseru, ketika bola masih berada di area pemain lawan. Contoh dari peran mantan pemain Sriwijaya FC ini bisa dilihat dari gol lawan Bali United. Anis Nabar saat itu langsung menekan Taufiq yang menguasai bola, dan bola yang berhasil direbutnya langsung diberikan pada Silvio Escobar. Sang mantan pemain Bali United tidak membuang kesempatan emas itu dan langsung gol.

https://www.instagram.com/p/BhRSUWZn7jP/

Sementara itu untuk Djamel Leeflang, pemain yang sempat tenar di Deltras Sidoarjo ini sangat diharapkan mendulang gol dari sepakan jarak jauh. Sejauh ini upayanya sudah berbuah satu gol, ketika menang 1-0 di kandang PS TIRA pada pekan 10. Gol yang dicetak Djamel tercipta dari tendangan jarak jauh.

Soal produktivitas gol, Perseru memang sangat buruk. Mereka baru mampu menyarangkan 5 gol dari 10 pertandingan (3 gol kandang dan 2 gol tandang), tapi berbekal pertahanan yang kokoh mereka berhasil menyodok ke papan tengah, mengungguli tim yang lebih mewah materi pemainnya seperti Bali United dan Arema FC.

5 kebobolan yang baru mereka derita saat ini adalah jumlah terminim di Liga 1 2018, sedangkan 5 clean sheets adalah catatan terbanyak bersama Bali United hingga pekan 11. Modal berharga untuk memastikan diri bertahan di Liga 1 sedini mungkin, tanpa harus berjibaku hingga pekan terakhir seperti musim lalu.