Cerita

Upaya Menjemput Sejarah di Stadion Utama Gelora Bung Karno

Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) baru saja menyelesaikan renovasi besar-besaran. Tidak kurang 770 miliar rupiah dihabiskan. Rumput lapangan, kursi penonton, taman, fasilitas pendukung pertandingan, hingga sistem cahaya penerangan tak luput dari sentuhan. Pantas jika sekarang SUGBK yang begitu megah menyandang status stadion bertaraf internasional dan tidak kalah dari stadion-stadion klub raksasa di benua berbeda.

Malam itu, di stadion yang megah, Persija berlaga dengan misi mencatat sejarah, mencoba melaju jauh di Piala AFC 2018. Persija sendiri harus menunggu 15 tahun sebelum kembali berlaga di kancah Asia, meski kali ini hanya di kompetisi level ke-2. Terakhir Persija ke kancah Asia adalah pada musim 2001/2002, setelah sebelumnya menjadi juara Liga Indonesia.

Kala itu, Persija harus kalah di pertandingan pertama dari jawara Liga Jepang, Kashima Antlers, di kandangnya. Sebenarnya Persija-lah yg berhak menjadi tuan rumah, namun karena situasi negara saat itu yang tidak kondusif, Kashima menolak bertanding di Jakarta. Hasil itu membuat Persija harus mengubur mimpi.

Tepat pukul 19.30 WIB, wasit meniup peluit pertanda sepak mula. Di hamparan rumput lapangan, di bawah cahaya terang, pemain memulai pertandingan. Supporter yg memenuhi tribun-tribun stadion tak mau ketinggalan. Mereka memulai atraksi yg telah dipersiapkan. Tribun utara, timur, dan selatan serempak memulai aksi. Koreografi dan nyanyian lantang diteriakkan. Jika aksi sebelumnya, saat menghadapi Johor Darul Ta’zim mampu menarik perhatian dan pujian media di Asia, aksi malam ini nampaknya akan menguncang dunia. “HELLO FINAL” adalah pesan yang dikirimkan dari Jakarta.

Saya yang duduk di tribun khusus media melupakan pekerjaan di atas meja. Suasana malam ini begitu luar biasa. Dari sudut ini, yang berada di kanan tribun barat, pemandangan begitu indah. Suguhan suporter di tribun yang berbentuk lingkaran sempurna dapat terlihat sejauh pandangan mata. Suara lantang dan jingkrak kaki para suporter membuat tribun serasa bergetar.

Pertarungan seru di atas lapangan

Semangat para suporter nampak terbawa para pemain. Sejak awal, pemain berinisiatif memulai serangan. Menit ke-4, Persija menebar ancaman. Umpang silang Rezaldi Hehanussa bergulir di depan gawang Home United, namun gagal disambut Ramdani Lestaluhu dan Rico Simanjuntak yang terlambat sepersekian detik.

Satu menit berselang, Persija justru dikejutkan gol Shahril Ishak yg dibumbui kecerobohan Rizky Darmawan, sang penjaga gawang deputi Andritany Ardhiyasa. Rizky gagal menangkap sempurna bola lambung yang dilepaskan dari sisi kanan pertahanan.

Meski tertinggal 0-1 pemain, suporter tidak kehilangan semangat. Gempita kembali terjadi, Novri dilanggar dalam kotak penalti saat melakukan penetrasi. Marko Simic yg menjadi penendang penalti melakukan tugasnnya dengan baik. Gol ke-9 di gelaran Piala AFC berhasil dicatatkan pada menit ke-9 sekaligus menyamakan kedudukan.

Sayang, kecerobohan kembali terjadi. Tiga menit setelah gol Simic, pelanggaran tidak perlu dilakukan dalam kotak penalti saat berusaha menghalau tendangan bebas yg dilakukan pemain Home. Lagi-lagi penalti, mamun kali ini untuk Home United. Rizky Darmawan sebenarnya mampu menahan tendangan yang dilepaskan Shahril Ishak, namun sayang bola muntah kembali dapat disambar dan menjadi gol ke-2 Shahril Ishak di pertandingan ini.

Stadion tiba-tiba sunyi

Menit ke-12, seisi stadion terdiam. Bukan karena kecewa dengan gol yang baru tercipta, namun ini memang sesuai rencana. Ini adalah satu menit penghormatan. Mengenang keluarga yang telah berpulang, tepat di hari itu, dua tahun lalu. Fahreza, bocah 16 tahun, diduga menjadi korban kekerasan aparat keamanan dua hari sebelumnya, saat hendak menyaksikan Persija berlaga di tempat ini. Meski belum ada kejelasan dengan kasusnya, tapi para pendukung Persija tak akan lupa.

“Ayo Macan…Kemayoran…pantang mundur, pantang mundur!” Semangat kembali diteriakkan. Dua belas menit pertandingan, tiga gol tercipta.

Petaka hadir di menit ke-36

Ketika menunggu hadirnya gol, justru petaka hadir untuk Persija Jakarta. Di menit 36, pemain belakang, Jeimerson, mendapat kartu kuning kedua setelah menjatuhkan lawan yang melakukan serangan cepat. Ini menjadi kartu merah keduanya di Piala AFC 2018 setelah sebelumnya juga mendapat kartu merah saat menghadapi Tampines Rovers di tempat yang sama.

Setelahnya, Persija yg semula mengusai pertandingan nampak limbung. Rohit Chand yg menggantikan peran Jeime harus mundur dan meninggalkan celah di lini tengah. Lini tengah kini dikuasai penuh pemain Home United.

“Macan, bangun!” Teriakan bergema dari seluruh sisi tribun. Para suporter berharap sang Macan Kemayoran segera bangkit dan mengejar ketertinggalan. Namun di menit akhir babak pertama, macan yang limbung justru kehilangan konsentrasi. Gol ketiga Home hadir melalui kepala Song Ui-young memanfaatkan umpan cantik yang lagi-lagi dikirim dari sisi kanan pertahanan.

Babak kedua yang membosankan

Babak kedua dimulai. Namun suporter tidak seriuh awal babak pertama, sebagian telah duduk manis di kursi masing-masing.

Persija kembali mengambil inisiatif serangan. Meski hanya bermain dengan 10 orang, nyatanya mereka masih mampu mendominasi permainan. Di sisi lain, Home memang memilih bermain bertahan. Denagn formasi 5-4-1, mereka turun sangat dalam saat bertahan. Sebagai antisipasinya persija melakukan serangan melalui kedua sayap cepat yang terus berusaha memaksa masuk ke barisan pertahanan yg begitu rapat. Sedangkan Sandi Sute dan Ramdani berbagi peran di tengah. Sute berkonsentrasi bertahan, Ramdani begitu fokus membatu penyerangan.

Teriakan “Ayo, macan!” kembali bergema mengiringi langkah Adisson Alves memasuki lapangan menggantikan Novri di menit 61. Penyerang masuk, harapan mencetak gol bertambah, sekaligus pertanda Persija akan menyerang total.

Benar saja, Persija mulai menyerang habis-habisan. Rohit dan Maman Abdurahman sebagai pemain belakang juga ikut berdiri di garis permainan lawan. Strategi yang kini diterapkan adalah bermain tanpa strategi, hanya menyerang dan menyerang, semua cara dilakukan, peluang banyak didapatkan, namun gol belum juga datang. Tembakan keras Adisson, penempatan bola Rico, semua masih belum menemui sasaran.

Menit 76, Bambang Pamungkas masuk menggantikan Sute, sang gelandang bertahan. Masuknya sang legenda diharap memecah kebuntuan, namun hanya satu ancaman yg berhasil ia lakukan di menit 81 melalui sundulan.

Sorak sorai supporter ramai meski tim masih tertinggal.

Pergantian terakhir dilakukan. Ramdani digantikan pengatur serangan lainnya, Fitra Ridwan. Namun hasilnya nihil. Waktu 4 menit yg diberikan tidak dimanfaatkan Fitra mengubah keadaan. Hingga peluit panjang ditiup wasit, skor tidak berubah, membuat agregat menjadi 3-6 untuk kemenangan Home dan membuat mereka melaju ke final zona ASEAN.

Gagal mencatat sejarah

Sang kapten, Ismed Sofyan, terduduk di lapangan. Maman, Rizky Darmawan, Fitra Ridwan, menjatuhkan badan. Bermandi cahaya, raut kecewa jelas terlihat dari wajah mereka. Di depan 62.000 lebih pasang mata suporternya, kesempatan mencatat sejarah terlewatkan.

Malam berubah sunyi, SUGBK yang begitu megah terlarut dalam duka. Lampu-lampu mulai dimatikan mengiringi langkah para pemain meninggalkan lapangan permainan. Satu per satu suporter pun mulai meninggalkan tempat dengan membawa kecewa dan sisa cerita. Sebagian beranggapan Persija layak menjadi juara. Kartu merah, penalti, dianggap kontroversi.

Memang mudah mencari pelampiasan saat yang kita cinta membuat kecewa, seakan menyembuh luka namun semu belaka. Lepas dari semua kontroversi, nyatanya Persija memang kalah, kemasukan 3 gol dan hanya mampu membalas 1 gol. Fakta Persija memang main bagus, namun itu belum cukup.

Meski gagal mencatat sejarah melaju hingga final, melajunya Persija hingga tahap ini pun sudah merupakan sejarah. Sebagai tim debutan tidak banyak yg menjagokan Persija lolos dari grup yang berisi tim-tim kuat. Namun, Persija justru mampu  menjadi juara grup mengalahkan Johor dan Song Lam Nghe An yang kaya pengalaman dan diunggulkan.

Yang harus dilakukan kini adalah melupakan kekalahan. Fokus bermain baik di liga demi berburu tiket kembali ke kompetisi Asia musim depan. Dengan modal pengalaman yang didapat tahun ini, selayaknya Persija mampu berprestasi lebih baik nanti. Para suporter akan menunggu dan akan kembali, dengan satu janji: Persija selamanya.