Selama melatih Atletico Madrid, nama Diego Simeone makin melambung sebagai salah satu pelatih dengan kualitas jempolan. Terlebih, ia pun sukses mengantar kubu yang bermarkas di Stadion Wanda Metropolitano itu mendulang trofi demi trofi, baik di kancah domestik ataupun regional.
Melalui prestasi itu pulalah, nama Atletico mulai terkatrol sebagai salah satu kesebelasan tangguh dan hebat dari Spanyol yang selama ini kelewat identik dengan hegemoni Barcelona dan Real Madrid.
Terbaru, lelaki berkebangsaan Argentina itu sanggup menghadiahi Los Colchoneros dengan gelar Liga Europa musim 2017/2018 setelah menghempaskan Olympique Marseille di laga puncak via skor mencolok 3-0 (walau Simeone sendiri tidak dapat mendampingi anak asuhnya secara langsung di tepi lapangan akibat sanksi dari UEFA gara-gara protes kerasnya pada babak semifinal kontra Arsenal silam).
Antoine Griezmann, Gabi dan Koke menjadi pahlawan kemenangan telak Los Colchoneros atas Les Phoceens tersebut usai mengukir gol-gol ciamik serta asis brilian saat merumput di Stadion Parc Olympique Lyonnais, venue partai final.
Buat Atletico dan Simeone, keberhasilan ini merupakan yang kedua dari ajang Liga Europa setelah di musim 2011/2012 lalu, mereka pun keluar sebagai kampiun usai membekap Athletic Bilbao di Stadion Arena Nationala Bukarest lewat skor yang identik.
4 – This will be Diego Simeone’s fourth major European final in charge of Atlético – the Argentine has lost both of his Champions League finals, however did win his only previous Europa League final in 2011/12. Repeat? pic.twitter.com/2mdDrG2ek3
— OptaJoe (@OptaJoe) May 16, 2018
Berdasarkan statistik, ia pun secara resmi menyusul nama-nama semisal Rafael Benitez, Luis Molowny, Jose Mourinho dan Juande Ramos sebagai pelatih dengan sepasang titel Liga Europa. Praktis, mereka hanya kalah dari Unai Emery dan Giovanni Trapattoni saja (masing-masing sukses mendulang tiga titel). Bahkan jika dipersempit lagi, Simeone jadi satu-satunya pelatih non-Eropa di antara nama-nama itu.
Pencapaian tersebut seolah membuktikan kapasitas seorang Simeone yang acapkali dianggap belum selevel dengan nama-nama seperti Pep Guardiola ataupun Mourinho. Terlebih, bekas pembesut Catania dan River Plate ini juga beken karena kegagalannya kala mentas di partai puncak Liga Champions sebanyak dua kali (masing-masing di musim 2013/2014 dan 2015/2016).
Walau Liga Europa cuma ajang kelas dua sehingga tidak banyak klub yang rela memforsir tenaganya di ajang ini buat meraih titel, tapi kesungguhan Atletico dan Simeone untuk terus mendulang trofi benar-benar luar biasa. Sebuah mentalitas yang patutnya dicontoh oleh klub-klub lain agar tidak jalan di tempat dan tampak ogah-ogahan setiap kali merumput di Liga Europa.
Teruntuk Simeone, catatan ini membuat curriculum vitae-nya semakin cemerlang. Sekarang, publik akan menunggu sekali lagi sentuhan midasnya agar Atletico dapat tampil lebih sempurna di Liga Champions musim depan, termasuk menggamit gelar kampiun.