Cerita

Diego Simeone, El Cholo yang Dipuja di Atletico Madrid

Setiap kali membicarakan La Liga Spanyol, sudah barang tentu kedigdayaan Barcelona dan Real Madrid mengemuka sebagai salah satu ciri khasnya. Hal itu terjadi karena di sepanjang sejarah kompetisi teratas di tanah Matador ini, keduanya melesat jadi tim dengan perolehan trofi liga paling banyak.

Sampai saat ini, Barcelona telah mengoleksi 24 gelar sedangkan Madrid beroleh 33 titel. Dalam kurun satu dekade pamungkas, masing-masing kubu mencaplok enam gelar (Barcelona) dan tiga gelar (Madrid).

Satu-satunya klub yang sempat memutus duopoli keduanya dalam rentang waktu tersebut hanyalah Atletico Madrid di musim 2013/2014 silam. Manisnya lagi, gelar tersebut mereka rengkuh usai menahan imbang Barcelona dengan skor 1-1 di Stadion Camp Nou pada jornada terakhir.

Keberhasilan Los Colchoneros saat itu pun disambut suka cita oleh para penggemar setia mereka. Pasalnya, gelar tersebut adalah yang pertama bagi Atletico setelah terakhir kali merebutnya di musim 1995/1996.

Selain memuji para penggawa Atletico saat itu macam Diego Costa, Thibaut Courtois, Diego Godin, Joao Miranda, Arda Turan, serta David Villa, nama Diego Simeone yang menjabat sebagai pelatih juga ikut mengangkasa. Bagi Simeone sendiri, prestasi itu merupakan catatan positif pertamanya saat menukangi kesebelasan Eropa.

Sebelum membesut Atletico, karier kepelatihan Simeone banyak dihabiskan di negara asalnya, Argentina. Tercatat, ada empat kesebelasan yang pernah merasakan sentuhan magisnya yakni Estudiantes La Plata, Racing Club, River Plate dan San Lorenzo. Namun patut diketahui juga bahwa periode kepelatihannya bersama klub-klub tersebut berlangsung singkat, maksimal satu setengah tahun.

Kesempatan perdana Simeone menjabat sebagai pelatih di tim asal Eropa diperolehnya dari kesebelasan Serie A Italia, Catania. Meski begitu, durasi kerjanya cuma berlangsung enam bulan. Padahal, ia sanggup membawa I Rossoblu lolos dari jerat degradasi di musim 2010/2011.

Walau curriculum vitae-nya sebagai pelatih belum begitu mengilap (tapi sempat mencicipi gelar Torneo Apertura 2006 bareng Estudiantes dan Torneo Clausura 2008 bersama River Plate), manajemen Atletico tidak ragu untuk mendapuk bekas pemainnya di era 2000-an ini sebagai entrenador anyar menggantikan Gregorio Manzano.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, keputusan itu sama sekali tidak salah karena Simeone berhasil mengatrol nama Atletico ke level yang lebih tinggi. Dalam kurun tiga musim pertamanya mengasuh Los Colchoneros, Simeone sukses membawa timnya menggondol lima trofi (termasuk titel La Liga yang telah saya sebutkan di bagian awal artikel).

Pelan tapi pasti, mereka bertransformasi jadi sebuah armada yang rajin bertengger di papan atas La Liga guna bersaing dengan Barcelona dan Madrid. Tak hanya itu, sebab di tangan Simeone pula, inferioritas yang dahulu lekat dengan Atletico setiap berjumpa dengan sepasang tim tersebut pudar sedikit demi sedikit.

Bersamaan dengan itu pula, Simeone meroket sebagai figur pelatih dengan pengetahuan taktik eksepsional dan kemampuan manajerial yang cakap. Saat ini, Tribes pasti dapat dengan mudah menemukan artikel, baik berbahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris, yang mendedah gaya bermain Atletico di bawah rezim Simeone.

Sayangnya, dalam kurun tiga musim ke belakang, pria yang saat aktif bermain dahulu tampil di 106 pertandingan bareng tim nasional Argentina hanya dapat menghadiahkan satu trofi Piala Super Spanyol untuk Atletico. Walau dirinya tetap mendapat dukungan penuh dari manajemen, pemain dan suporter, keinginan untuk menggondol piala senantiasa menggelegak.

Namun pada musim kompetisi 2017/2018 kali ini, Simeone beroleh kesempatan untuk kembali menggenggam gelar juara. Bukan dari ajang La Liga ataupun Piala Raja Spanyol, melainkan Liga Europa. Sampai tulisan ini dibuat, Antoine Griezmann dan rekan-rekannya sudah menjejak babak semifinal.

Pada leg pertama babak semifinal melawan Arsenal yang dimainkan Jumat dini hari kemarin (27/4), Atletico sukses menahan seri The Gunners dengan kedudukan 1-1 di Stadion Emirates. Satu buah gol tandang itu sendiri dapat mempermudah perjuangan Los Colchoneros yang pekan depan giliran menjamu Arsenal di Stadion Wanda Metropolitano demi beroleh tiket ke partai final.

Sisi kompetitif yang begitu kentara dari Simeone pasti akan melambung sekali lagi guna mengamankan trofi dari satu-satunya kans yang tersisa pada musim ini. Menariknya, andai Simeone berhasil membawa Atletico jadi kampiun Liga Europa, gosip yang mengaitkannya dengan klub-klub lain akan tetap bergulir kencang meski dirinya baru akan purna tugas di musim panas 2020 nanti.

Feliz cumpleanos, Diego.