Dunia Amerika Latin

Kombinasi Kegilaan Bielsa dan Simeone Pada Diri Nelson Vivas

Posisikan diri Anda sebagai seorang pelatih sepak bola yang baru saja diusir wasit dari bench. Apa yang akan Anda lakukan? Langsung menuju tribun, protes keras, atau menendang botol minuman terdekat? Bagi pelatih Estudiantes de la Plata, Nelson Vivas, jawabannya lebih dari itu.

Di tengah laga Divisi Primera Argentina kontra pemuncak klasemen, Boca Juniors, akhir pekan ini (6/5), protes keras Vivas membuat wasit memberikan kartu merah dan memaksanya terusir dari bangku cadangan.

Bukannya langsung meninggalkan lapangan, pria berusia 47 tahun itu melakukan aksi yang bakal dikenang seumur hidupnya: Merobek kemeja putihnya ala pahlawan super Hulk, mempertontonkan otot serta tato di punggungnya, dan akhirnya menuju lorong stadion sambil melontarkan kata makian.

Sontak, aksi Vivas membuat seantero jagat sepak bola merasa heran sekaligus terkejut. Bagaimana bisa seorang pelatih yang mestinya bisa jadi contoh malah meledak sedemikian rupa sampai merobek pakaian yang dikenakannya? Namun, bagi yang sudah mengenal sosoknya, hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru.

Sepanjang kariernya baik sebagai pemain maupun pelatih, nama Nelson Vivas tak lepas dari agresivitas dan kekerasan. Hal ini tak lepas dari obsesi besarnya terhadap sepak bola, serupa dengan dua gurunya, Marcelo Bielsa dan Diego Simeone.

Kegilaan yang menular

Gaya meledak-ledak Vivas di lapangan sedikit banyak hasil pengalamannya ditangani pelatih sekaliber Bielsa di timnas Argentina, medio 1998 sampai 2003 lalu. Beberapa dari kita mungkin tahu gaya kepelatihan serta kepribadian tak lazim sang guru di mana pun dia berkarier.

Saat melatih Newell’s Old Boys, Bielsa sukses mempersembahkan trofi Divisi Primera Argentina pada kurun 1990/1991. Sayangnya kekalahan telak dari San Lorenzo di Copa Libertadores membuat rumahnya jadi sasaran demonstrasi suporter Newell’s. Tanpa pikir panjang, Bielsa membuka pintu sambil memegang sebuah granat! Dia mengancam bakal meledakkannya andai kerumunan suporter tak segera bubar.

Rupanya perilaku pelatih berjuluk El Loco atau Si Gila itu cukup memengaruhi Vivas terkait hubungannya dengan suporter. Pada 2013 silam, eks Arsenal dan Internazionale Milan itu sempat merasakan pengalaman pahit ketika melatih klub profesional pertamanya saat jadi pemain, Quilmes.

Sejak awal laga, sosok kelahiran Granadero Baigorria itu memang beberapa kali meminta seorang suporter untuk turun dari tribun. Ketika peluit panjang dibunyikan wasit, Vivas yang berdiri di depan bangku cadangan tak dinyana langsung berlari ke tribun dan memukul habis sang suporter. Dia akhirnya dilerai oleh aparat keamanan dan tragisnya, langsung dipecat oleh presiden klub meski baru sebentar dipercaya melatih.

Meski demikian, ada satu hal positif yang diteruskan Vivas dari Bielsa, yakni kegemaran dalam menganalisa permainan lawan. Seperti diketahui, Bielsa dikenal sebagai pelatih yang terobsesi dengan persiapan sempurna, salah satunya lewat rekaman video laga. Bahkan demi persiapan sempurna, dia pernah meminta lapangan latihan dibuat jadi basah karena mendengar ramalan cuaca bahwa pertandingan bakal digelar dalam kondisi hujan.

Obsesi ini pula yang membuat Vivas diminta jadi asisten Diego Simeone kala melatih Estudiantes musim 2006/2007. Ketika itu dirinya berada pada titik terendah kehidupan setelah tiga tahun pensiun. Keputusannya tak lepas dari sebuah gambar keluarga yang dibuat anaknya, tapi tanpa kehadirannya. Vivas sempat kembali dari masa pensiun meski hanya sebentar, mengingat aksi tamparannya kepada rekan setim setelah tak diterima di-nutmeg saat sesi latihan.

Previous
Page 1 / 2