Dunia Amerika Latin

Kombinasi Kegilaan Bielsa dan Simeone Pada Diri Nelson Vivas

Gila + gila: Trofi

Vivas yang pernah setim dengan Simeone di timnas Argentina pada ajang Piala Dunia 1998 dan Copa America 1999, sukses membantu Estudiantes meraih gelar liga pertama dalam 23 tahun terakhir. Sayangnya, keengganan meninggalkan anak perempuannya yang masih kecil, ditambah dengan perceraian, membuatnya berpisah dengan Simeone yang menerima pinangan klub Italia, Catania, Januari 2011.

Meski demikian, Vivas dan Simeone masih sosok yang sama: Kerap menunjukkan kegilaannya di sisi lapangan. Contoh teranyar saat Vivas menarik kemejanya sampai robek memang belum pernah dilakukan Simeone, tetapi kartu merah bukanlah hal asing bagi keduanya.

El Cholo, sapaan Simeone, pernah dikartu merah wasit saat dianggap sengaja melempar bola ke dalam lapangan saat laga berlangsung. Belum lagi saat entrenador Atletico Madrid itu dengan usil mendorong perangkat pertandingan. Tak hanya sekali, melainkan dua kali saat memegang kepala hakim garis saat laga derbi kontra Real Madrid tahun 2014 atau menekan dada wasit keempat di partai Liga Champions melawan Bayern Muenchen musim lalu.

Belajar dari pengalaman bersama Simeone, Vivas akhirnya mendapat kesempatan kedua sebagai pelatih utama, yakni ketika diminta melatih tim cadangan Estudiantes. Musim ini, presiden klub, Juan Sebastian Veron, menunjuknya sebagai pelatih tim utama. Kesuksesan akhirnya datang.

Vivas berhasil mendongkrak posisi Estudiantes ke papan atas dan meraih tiket Copa Libertadores. Pemain yang sempat membela dua rival terbesar Argentina, Boca dan River Plate, itu juga mengantarkan klub berjuluk Los Pincharratas atau Si Penikam Tikus tersebut mencatatkan lebih dari 20 laga tak terkalahkan.

Agresif sejak awal

Sayangnya, kegilaan Vivas kumat tatkala merobek kemejanya akhir pekan lalu. Meski demikian, sikap meledak-ledak memang tak bisa lepas dari curriculum vitae-nya. Saat berkarier di Arsenal, Vivas memang tak terlalu menonjol. Namun, dia sempat mendapat julukan fenomenal: Si Mesin Penendang, oleh Freddie Ljungberg.

Tiga tahun di Arsenal, termasuk semusim dipinjamkan ke Celta Vigo, Vivas hijrah ke Internazionale Milano. Di awal kepindahannya, nuansa canggung terjadi ketika fullback kanan ini bersua dua rekan setim anyar yang pernah dikasarinya saat membela timnas Argentina: Ronaldo dan Alvaro Recoba. Perasaan aneh juga dialaminya saat tiba-tiba berada satu lift dengan korbannya di masa lampau: Rivaldo.

Saat itu Vivas ternyata tinggal satu gedung dengan Rivaldo yang tengah memperkuat AC Milan. Bahkan, anaknya sempat kerap bermain dengan buah hati bintang timnas Brasil tersebut. Padahal berselang beberapa tahun, Rivaldo sempat nyaris jadi sasaran bogem mentah Vivas.

Hingga kini, insiden yang terlihat sekilas seperti pemukulan pada Rivaldo diakuinya masih jadi perdebatan di jalanan. Namun jika masih ada yang coba meragukan kesaksiannya, Vivas sangat siap untuk menghajarnya bahkan di depan publik sekalipun. Si Gila akhirnya menemukan penerusnya.

Author: Perdana Nugroho
Penulis bisa ditemui di akun Twitter @harnugroho