Atlético Madrid resmi mengukuhkan diri sebagai juara Liga Europa 2017/2018. Bisa dibilang ini adalah berkah di balik musibah, karena skuat asuhan Diego Simeone di awal musim terlempar dari fase grup Liga Champions. Tapi tahukah kamu bahwa mereka bukan satu-satunya klub yang melakukan itu?
Tercatat sudah ada 8 kesebelasan yang melakukannya, termasuk Atlético Madrid musim ini, dimulai dari musim 1999/2000 ketika format baru Piala UEFA diterapkan dengan memasukkan alumnus Liga Champions musim itu ke Liga Europa/Piala UEFA. Siapa saja mereka dan kapan itu terjadi?
Galatasaray (1999/2000)
Klub asal Turki ini menjadi yang pertama mencatatkan diri sebagai juara Liga Europa (saat itu masih bernama Piala UEFA), yang berasal dari “buangan” Liga Champions. Avrupa Fatihi saat itu finis ketiga di grup yang dihuni Chelsea, Hertha Berlin, dan AC Milan. Ketika terlempar ke Liga Europa, Galatasaray melaju mulus hingga partai puncak. Mereka mengalahkan Arsenal dengan skor 4-1 lewat adu penalti di final.
Feyenoord (2001/2002)
De Trots van Zuid menjadi bulan-bulanan di Liga Champions musim itu, di grup yang berisi Spartak Moskow, Sparta Praha, dan Bayern München. Mereka pun terlempar ke Liga Europa, tapi siapa sangka ternyata di situlah nasibnya berubah 180°. Feyenoord mengalahkan sang rival, PSV Eindhoven, di perempat-final, lalu menyingkirkan Inter Milan di semifinal, dan juara setelah menaklukkan Dortmund 3-2 di final.
CSKA Moskow (2004/2005)
Sukses mencatatkan diri sebagai klub Rusia pertama yang juara Liga Europa, berbekal status sebagai kontestan yang tersisih dari Liga Champions. Skuat CSKA Moskow saat itu memang salah satu yang terbaik sepanjang sejarah mereka. Ada Vagner Love, Igor Akinfeev muda, Berezutski bersaudara, plus Yuri Zhirkov dan Miloš Krasić, membuat Sporting Lisbon tak berdaya di final dan kalah 1-3.
Shakhtar Donetsk (2008/2009)
Setelah kesuksesan CSKA Moskow, cukup lama klub buangan Liga Champions tidak menjuarai Liga Europa. Namun di musim 2008/2009 tren itu putus di tangan Shakhtar Donetsk. Fernandinho, Willian, Luiz Adriano, dan rekan-rekannya berhasil menjadi juara Liga Europa pertama dari Ukraina dan masih menjadi satu-satunya sampai saat ini, dengan mengalahkan sesama alumnus Liga Champions, Werder Bremen, di final.
Atlético Madrid (2009/2010)
Sebelum melakukannya tahun ini, Los Rojiblancos sudah lebih dulu menjadi juara Liga Europa dengan status tereliminasi dari Liga Champions, pada musim 2009/2010. Saat itu Atleti masih diperkuat duet Diego Forlán dan Sergio Agüero di lini depan. Di partai puncak, tim asuhan Quique Sánchez Flores ini mengalahkan Fulham dengan skor 2-1 lewat perpanjangan waktu. Semua gol Atlético Madrid diborong Forlán.
Chelsea (2012/2013)
The Blues juga mendapat berkah di balik musibah, terlempar dari Liga Champions dan jadi juara Liga Europa. Itu terjadi pada musim 2012/2013, yang diwarnai pergantian pelatih dari Roberto Di Matteo ke Rafael Benítez. Chelsea yang gagal lolos dari Grup E karena kalah bersaing dengan Juventus dan Shakhtar Donetsk, justru melaju mulus di Liga Europa dengan mencetak 17 gol dari babak 32 besar sampai final.
Sevilla (2015/2016)
Musim ketiga Sevilla menjuarai Europa League secara beruntun, yang uniknya dilakukan setelah tersenggol dari Liga Champions. Sevilla racikan Unai Emery saat itu tak mampu berbuat banyak di grup yang dihuni Manchester City, Juventus, dan Borussia Mönchengladbach. Namun ketika kembali ke “habitatnya” di Liga Europa, mereka langsung membabi-buta. Puncaknya adalah kemenangan 3-1 lawan Liverpool di final.
Atlético Madrid (2017/2018)
Ini dia yang terbaru. Datang ke Liga Europa dengan pencapaian hanya lebih baik dari Qarabağ di Grup C Liga Champions, senyum Atleti langsung kembali merekah di Liga Europa. FC Kopenhagen dan Lokomotiv Moskow dibabat dengan skor besar, Sporting Lisbon dan Arsenal dikalahkan dengan agregat 2-1, dan dini hari tadi Marseille ditundukkan di negaranya sendiri dengan tiga gol tanpa balas.