Cerita

12 Mei 1999: Titel Eropa Keempat Parma Sepanjang Sejarah

Pada era 1990-an silam, ada satu kesebelasan dari Italia yang namanya begitu akrab di telinga penggemar sepak bola kendati mereka bukan termasuk ke dalam regu penguasa seperti AC Milan, Internazionale Milano, dan Juventus. Klub yang saya maksud adalah Associazione Calcio Parma (sekarang bernama Parma Calcio 1913).

Selama periode itu pula, I Gialloblu jadi salah satu tim yang begitu rajin mencaplok trofi juara, baik di kompetisi lokal ataupun regional. Misalnya saja Piala Italia, Piala Super Italia, Piala UEFA (kini Liga Europa), Piala Winners, serta Piala Super Eropa.

Dari sekian momen cemerlang yang diukir Parma, tanggal 12 Mei 1999 pasti akan selalu abadi di dalam memori. Pasalnya, tepat di hari itulah I Gialloblu berhasil memeluk trofi Piala UEFA keduanya sepanjang sejarah. Di bawah asuhan Alberto Malesani dan punya figur sekelas Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Hernan Crespo dan Lilian Thuram dalam skuatnya, Parma sukses tampil brilian selama berkampanye pada ajang Piala UEFA 1998/1999.

Keberhasilan Crespo dan kawan-kawan tampil di sana bermula dari posisi finis mereka pada klasemen akhir Serie A 1997/1998. Berbekal 57 poin dari 34 laga, kesebelasan yang berkandang di Stadion Ennio Tardini tersebut mengakhiri kampanyenya pada posisi enam.

Berdasarkan regulasi dan jatah partisipasan kejuaraan antarklub Eropa dari Serie A pada masa itu, mereka yang mengakhiri musim sebagai peringkat tiga sampai enam akan berlaga di Piala UEFA. Bermodal skuat terbaik, Malesani seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan unjuk gigi di Benua Biru. Secara berturut-turut, Fenerbahce (Turki), Wisla Krakow (Polandia), Rangers FC (Skotlandia), Girondins de Bordeaux (Prancis), dan Atletico Madrid (Spanyol) jadi pihak yang mereka benamkan sedari ronde pertama sampai semifinal.

Uniknya, dari setiap pertemuan dengan klub-klub di atas, Parma selalu kebobolan dua gol sehingga total kebobolan mereka saat menjejak partai final berjumlah 10 buah. Akan tetapi, hal tersebut mampu mereka redam dengan ketajaman lini serang yang sukses bikin 22 gol.

Mengambil tempat di Stadion Luzhniki yang berlokasi di kota Moskow, Rusia, Crespo dan kawan-kawan wajib berduel dengan wakil Prancis, Olympique Marseille. Kesebelasan yang ditangani Rolland Courbis itu punya Laurent Blanc, Florian Maurice, Stephane Porato, dan Robert Pires di dalam skuatnya sehingga tak boleh diremehkan kekuatannya.

Dipimpin oleh wasit dari Skotlandia, Hugh Dallas, Parma sudah menunjukkan dominasinya sedari babak pertama dimulai. Skema permainan yang mereka kembangkan betul-betul menyulitkan Marseille dan memaksa duo penyerangnya, Maurice dan Pires, terisolasi.

Memasuki menit ke-25, I Gialloblu akhirnya berhasil membuka keunggulannya dalam partai ini. Berawal dari blunder Blanc dalam melakukan backpass, Crespo mengoyak jala Les Phoceens dengan cara mencungkil bola sehingga tak dapat diantisipasi Porato.

Berjarak sepuluh menit kemudian, giliaran Paolo Vanoli yang bikin Porato memungut bola sekali lagi dari gawangnya. Sayap kiri bernomor punggung 24 itu secara gemilang mampu menyundul bola kiriman Diego Fuser dari sayap kanan dan membuat papan skor di Stadion Luzhniki berubah jadi 2-0. Keunggulan dua gol Parma itu sendiri bertahan sampai jeda.

Usai turun minum, Marseille berusaha keras untuk mencetak gol balasan sekaligus mempersempit jarak. Namun sial, sejumlah peluang yang mereka dapat tak bisa dimaksimalkan dengan baik. Kebuntuan itu lantas dihukum Parma dengan cara luar biasa setelah Enrico Chiesa mencetak gol indah via tendangan voli dengan memanfaatkan umpan Juan Sebastian Veron pada menit ke-55.

Di sisa waktu yang ada, Les Phoceens sama sekali tak punya daya untuk mencetak gol buat memperkecil skor. Padahal, Malesani telah menarik beberapa penggawa intinya seperti Chiesa, Crespo dan Veron. Hingga Dallas meniup peluit panjang, kedudukan 3-0 buat keunggulan Parma tidak berubah dan membuat mereka sukses menggondol trofi Piala UEFA keduanya sekaligus gelar antarklub Eropa keempat sepanjang sejarah I Gialloblu.

Terasa sedikit ironis, pencapaian Crespo dan kolega saat itu juga menjadi prestasi pamungkas klub-klub Italia di ajang Piala UEFA/Liga Europa sampai detik ini.