Gagal membawa tim nasional Cina lolos ke Piala Dunia 2018 membuat sang pelatih, Marcello Lippi, pusing tujuh keliling. Pasalnya, asosiasi sepak bola Cina (CFA) sudah memberi target lumayan tinggi kepada pria berusia 70 tahun asal Italia tersebut yaitu membawa timnas Cina ke jenjang lebih tinggi.
Seperti yang sama-sama kita ketahui, selama beberapa tahun pamungkas, geliat sepak bola di Negeri Tirai Bambu, khususnya yang menyembul dari Liga Super Cina, betul-betul luar biasa.
Para pesepak bola kondang dengan kualitas wahid bersedia untuk merumput di sana. Misalnya saja Yannick Carrasco (Dalian Yifang), Ezequiel Lavezzi dan Javier Mascherano (Hebei China Fortune), Obafemi Martins (Shanghai Shenhua), Alexandre Pato (Tianjin Quanjian), serta Ramires (Jiangsu Suning).
Selain keinginan buat mencicipi atmosfer sepak bola Negeri Tirai Bambu dan juga Asia, nama-nama populer di atas tak menolak pinangan klub Liga Super Cina sebab digoda dengan gaji yang nominalnya selangit.
Walau dianggap baik untuk meroketkan popularitas dan kualitas Liga Super Cina di mata penggemar sepak bola, berjejalnya para pemain bintang memiliki imbas kepada perkembangan para pemain muda yang agak terhambat. Pasalnya, kesempatan mereka beroleh menit bermain terus mengalami penurunan.
Bagi Lippi, hal tersebut jadi pil pahit yang mesti ditelan karena CFA tampaknya belum mau mengubah regulasi terkait perekrutan pemain asing berikut dengan jumlahnya. Padahal, sosok yang mengantar Italia jadi kampiun Piala Dunia 2006 itu telah mengungkapkan bahwa ia membutuhkan pemain-pemain muda berkualitas guna meningkatkan level timnas Cina.
Harapan Lippi terkait pemain-pemain muda ini sendiri lahir karena pengalamannya sebagai pelatih. Barangkali para penikmat sepak bola di penjuru Bumi tidak lupa dengan peristiwa gugurnya Gli Azzurri secara mengenaskan di Piala Dunia 2010 pada fase penyisihan grup meski berstatus sebagai juara bertahan.
Salah satu hal yang dicatut publik sebagai biang keladi adalah ketergantungan Lippi kepada para pemain berusia senja macam Mauro Camoranesi, Fabio Cannavaro, Antonio Di Natale, Gennaro Gattuso dan Gianluca Zambrotta.
Seolah tak ingin mengulang cerita kelam serupa, Lippi sungguh-sungguh ingin timnas Cina dihuni lebih banyak penggawa muda bertalenta. Ketergantungan terhadap sosok-sosok gaek seperti Feng Xiaoting, Gao Lin, Yu Dabao, dan Zheng Zhi kudu diminimalisasi sedari sekarang.
Menurutnya, hal itu akan sangat berguna untuk perkembangan timnas Cina di masa yang akan datang. Khususnya pada saat bertempur di Piala Asia 2019 mendatang.
Lippi pun sadar jikalau turnamen yang dihelat di Uni Emirat Arab tersebut jadi satu-satunya momen tersisa untuk membuktikan diri bahwa ia sanggup membangun fondasi apik buat Pasukan Naga sehingga lebih kompetitif dan dapat bersaing dengan negara-negara kuat lain di Benua Kuning seperti Arab Saudi, Australia, Iran, Jepang, dan Korea Selatan.
“Aku tahu jika tim ini bisa terus berkembang untuk jadi lebih baik. Namun buat mewujudkannya, tim ini kudu berbasiskan skuat yang masih muda. Para veteran hanya akan diberdayakan apabila mereka dapat membuktikan kepadaku perihal kualitasnya. Jika tim ini punya skuat muda yang tangguh, maka kami tak perlu merasa minder tiap kali bersua negara-negara yang lebih kuat hingga satu dekade ke depan”, terang Lippi seperti dikutip via chinadaily.
Sebagai salah satu cara menjaring pemain muda dengan kualitas jempolan, Lippi pun menugaskan salah seorang asistennya yang merupakan pelatih timnas Cina U-23, buat mengidentifikasi sekaligus mengevaluasi pemain-pemain belia yang potensial untuk dimasukkan ke timnas senior.
Andai beroleh apa yang diinginkannya, jangan kaget bila timnas Cina bakal melesat sebagai kesebelasan terbaik dengan menggondol trofi Piala Asia perdananya di tahun 2019 nanti.