Cerita

Sanggupkah Steven Gerrard Mengubah Nasib Rangers FC?

Salah satu liga yang dianggap para penggemar sepak bola tidak kelewat seru adalah Liga Primer Skotlandia. Pasalnya, kompetisi yang satu ini didominasi oleh dua kesebelasan asal kota Glasgow, Celtic FC dan Rangers FC, selama berpuluh-puluh tahun.

Berdasarkan statistik, dua rival klasik yang pertemuannya di atas lapangan mendapat label derbi Old Firm tersebut sudah menjuarai Liga Primer Skotlandia sebanyak 103 kali secara keseluruhan. Rinciannya adalah 54 titel bagi Rangers dan 49 gelar untuk Celtic.

Namun patut diketahui bahwa kesuksesan terakhir Rangers mencaplok trofi Liga Primer Skotlandia lahir di musim 2010/2011 silam. Setelah itu, grafik The Gers terus mengalami kemerosotan, termasuk dipaksa turun oleh otoritas liga dan asosiasi sepak bola Skotlandia (SFA) ke divisi tiga pada musim 2012/2013 lalu akibat pailit.

Momen menyedihkan yang dicecap Rangers tersebut dimanfaatkan oleh Celtic untuk menahbiskan hegemoni mereka sebagai klub nomor satu di Skotlandia dan tanpa pesaing. Beruntung buat The Gers, nestapa itu dapat mereka lalui dalam waktu singkat karena per musim 2016/2017, mereka sukses kembali ke Liga Primer Skotlandia.

Walau berhasil kembali ke habitat aslinya secara cepat, sisi kompetitif Rangers masih jauh dari kata ideal. Tak heran bila mereka belum jua mampu menyaingi kedigdayaan Celtic yang terus menggondol titel demi titel di ranah domestik, termasuk Liga Primer Skotlandia tujuh kali berturut-turut.

Belum stabilnya kondisi Rangers sebagai unit yang kokoh, termasuk buat menyaingi Celtic, berujung pada pergantian pelatih sebanyak dua kali di musim 2017/2018 kali ini. Pedro Caixinha dan Graeme Murty adalah manajer yang jadi korban.

Sebagai upaya memperbaiki performa tim agar tampil lebih baik serta berdaya saing, Rangers lantas mendapuk Steven Gerrard sebagai nakhoda anyar mereka guna mengarungi musim 2018/2019 nanti.

Ironisnya, proses pengangkatan sosok kelahiran Whiston berusia 37 tahun itu justru diiringi skeptisme sejumlah kalangan. Salah satu alasan utama kemunculan hal tersebut adalah minimnya pengalaman Gerrard sebagai peramu taktik. Praktis, satu-satunya kesempatan melatih yang diperoleh mantan bintang andalan tim nasional Inggris itu hanyalah membesut tim U-18 Liverpool di musim 2017/2018. Namun dilihat dari sisi manapun, curriculum vitae itu jelas kurang mentereng.

Berkaca dari situasi demikian, satu pertanyaan besar pun mengemuka usai Gerrard ditetapkan sebagai pelatih baru The Gers. Sanggupkah ia mengubah nasib dari tim yang berkandang di Stadion Ibrox tersebut sekaligus membuktikan kapasitasnya sebagai manajer dalam percobaan perdananya?

Sejumlah pendukung Rangers tak ragu untuk menyebut penunjukan Gerrard adalah sebuah perjudian besar dari manajemen. Padahal, mereka lebih menginginkan nama-nama berpengalaman untuk menjadi pembesut Alfredo Morelos dan kolega mulai musim depan.

Meskipun begitu, penggemar Rangers yang lain juga menaruh optimisme tinggi setelah Gerrard dipastikan jadi pelatih baru. Setidaknya, The Gers dapat melesat lagi sebagai tim tangguh sehingga Celtic yang sekarang ditangani bekas pelatih Gerrard di Liverpool, Brendan Rodgers, tak bisa lagi berbuat seenaknya.

Mengembalikan nama besar Rangers usai terpuruk selama beberapa tahun pamungkas tentu bukan pekerjaan mudah. Hal ini pulalah yang harus dikerjakan Gerrard pada debutnya sebagai pelatih tim senior sebuah kesebelasan.

Andai sukses, ada kemungkinan buat Gerrard untuk bertahan cukup lama di Stadion Ibrox. Namun bila situasi sebaliknya yang terjadi, kariernya di Rangers pasti seumur jagung saja.